AKU-

16.3K 32 4
                                    


Aku Dewi. Begitulah orang-orang memanggil namaku. Jujur, keluargaku bukanlah keluarga yang terpandang, tapi aku tak pernah merasa kekurangan. Keluargaku juga keluarga yang menerapkan agama sebagai dasar kehidupan. Jadi, sejak aku SD, aku sudah mengenakan pakaian tertutup. Sehingga, kawan-kawan ku segan, dan kurang berani mendekatiku. Dan hal itu berlanjut sampai aku tuntas bangku SMP.

Memasuki dunia SMA dengan segudang pertanyaan di kepala. Ya, aku yakin. Hampir semua anak yang duduk di bangku SMA, selalu muncul rasa penasaran di otaknya. Dan itulah yang mendorong mereka melakukan hal-hal baru. Untuk memenuhi rasa penasarannya. Dan aku pun begitu. Aku selalu bertanya-tanya, apa itu pacar? Kalau tentang suka aku sudah memahaminya sejak lama, tapi untuk pacaran? Jujur, aku polos soal ini.

Semua bermula di hari pertama aku masuk ke SMA Negri unggulan di kotaku. Entah bagaimana ceritanya, di hari pertama aku masuk SMA. Yang awalnya aku duduk bersebelahan dengan Diana, tiba-tiba berganti dengan seorang laki-laki yang sama sekali tidak aku kenali. Dan anehnya, Diana asal menurut saat dipinta pindah tempat duduk.

Aku merasa sedikit janggal. Tempat duduk ku tepat dibaris ke dua. Sementara laki-laki di sebelah ku ini memiliki penampilan yang cukup menantang untuk duduk di barisan yang masih terbilang depan ini.

"Hey, aku Awan." Dia menjulurkan tangannya, mengajakku berkenalan. Dengan sopan kubalas dengan kutangkupkan kedua telapak tanganku di depan dada.

"Dewi." Balasku singkat. Sekilas dia tampak bereaksi biasa saja. Kemudian mendekatkan wajahnya ketelingaku secara tiba-tiba. Hal itu membuatku reflek menghindar sambil melayangkan tamparan ke wajahnya. Namun.

"Tenang, aku cuma mau bilang. Kamu kurang pandai merias diri, ya?" Bisiknya, dengan tangannya yang berhasil menahan pergelangan tanganku.

Sejenak, jantungku seperti berhenti memompa darah ke seluruh tubuh. Kulitku disentuh oleh orang yang bukan mahromku. Kurasa di sinilah setitik dosaku, yang kemudian tumbuh lebat.

Dia melepaskan tanganku, kemudian mulai mengambil buku dari dalam tasnya. Sementara aku, masih terdiam. Tubuhku seperti membeku. Ini pertama kalinya, seingatku. Karena sebelumnya tak ada yang berani mendekatiku. Namun semuanya kembali seperti semula, saat guru mulai masuk.

❤️ 

'teng-teng-teng'

Bel istirahat berbunyi. Guru pun telah pergi dari kelas. Aku berniat membuka kembali buku pelajaran, dan mengulang sekilas, sambil mencoba mengerjakan soal.

"Kamu ngga ke kantin?" Tanya Awan. Lihat di pakaiannya. Bajunya sudah keluar dari celana. Benik kancing bajunya bagian atas sudah terlepas. Aku sudah menduga sejak awal, pasti dia anak nakal.

Aku hanya menggelengkan kepala, kembali fokus pada buku ku. Kemudian dia berlalu begitu saja tanpa berkata lagi. Tapi tak lama, dia kembali dengan dua gelas jus di tangannya. Dia duduk menghadap ku, kemudian menancapkan sedotan plastik ke atas cup nya. Yang selanjutnya diserahkan kepadaku.

"Ini." Ucapnya. Aku yang tak ingin terlalu percaya diri, hanya mendiamkannya.

"Eh." Aku kaget, tiba-tiba bolpenku diambil olehnya. Kemudian dia meraih tanganku, lalu meletakkan segelas jus cup itu di sana.

"Kalo dikasih tuh diterima." Ucapnya sambil tersenyum.

Deg--

Ini dia yang ku takutkan. Orang seperti Awan lebih cepat memberikan rasa nyaman. Bahkan hanya sekedar senyum yang dipaksakan saja, sudah bisa membuatku gemetar.

"Ayo, diminum." Ucapnya, membuyarkan lamunanku. Aku yang tersadar pun langsung meminumnya sedikit. Aku tak mau terlihat gugup, apalagi sampai tersedak. Aku tidak boleh terjatuh kedalam sana.

Setelah ku minum, baru dia mengembalikan bolpenku.

Dan, sejak saat itu. Kita mulai akrab, walau hanya sekedar untuk berbincang.

Sorry gaes. Sedikit dulu. Ntar lanjut lagi kok.

HIJAB Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang