♡♡♡
• Happy Reading •
Pelajaran terakhir pada hari pertama Alkana sekolah pun selesai. Pak Aswan hanya memberi tugas untuk menghafalkan sebagian materi untuk ujian lisan minggu depan.
Semua murid bersikeras untuk membereskan semua buku serta alat tulisnya ke dalam tasnya masing-masing.
Begitu pun dengan Alkana, ia memasukan semua buku-buku yang ada diatas mejanya.
Ia membawa semua buku tulis disetiap mata pelajarannya karena ia belum mengetahui jadwal pelajaran setiap harinya.
Fanasya yang hanya membawa tiga buku menatap Alkana dengan tatapan aneh.
"Lo seriusan bawa buku segitu banyak?" Tanya Fanasya sembari memasukan alat tulis kedalam kotak pensilnya.
"Iya lah, gue gak tau mata pelajarannya jadi ya bawa aja semuanya." Alkana menjawab.
Fanasya hanya mengangguk. Benar juga sih, lagi pula ia kan juga murid baru.
"BTW, lo bawa jadwalnya gak? Gue mau foto sebentar." Pinta Alkana pada Fanasya.
"Gak, ada di rumah." Balas Fanasya singkat.
Dengan otak cerdas yang Alkana punya ia berkata lagi.
"Yaudah kalo gitu gue minta nomor handphone lo aja." Tanpa rasa gengsi Alkana meminta.
"Buat?"
"Ya buat ngirim foto jadwal mata pelajaran yang ada di rumah, masa buat sleepcall sama lo." Ledek Alkana sembari tertawa.
"Gak jelas. Nih." Fanasya berdecak lalu memberi nomor handphonenya pada Alkana.
Alkana langsung mencatat dan menyimpan nomor yang diberi Fanasya.
"Oke thanks, jangan lupa nanti pas udah sampe di rumah." Alkana mengingatkan.
"Gak janji." Ucap Fanasya sembari menutup resleting tasnya.
"Gak bisa gitu, berat nih tas gue bawa buku segini banyak tapi kalau lo mau bawain tas gue gak apa sih." Protesnya dengan panjang lebar.
Fanasya terlalu lelah menghadapi Alkana, ia langsung mengambil tasnya dan menuju pintu keluar meninggalkan Alkana sendirian.
"Woi Sya jangan lupa!" Punggung Fanasya sudah tidak terlihat tetapi ia masih saja berteriak.
Sama halnya dengan Fanasya, ia juga lelah berteriak-teriak sendiri. Akhirnya ia memutuskan untuk keluar kelas dan menelpon bundanya meminta untuk dijemput.
°°°°°
Kini Alkana sedang di lobby sekolah menunggu bundanya yang sedang dalam perjalanan menjemputnya.
Aziel yang juga sedang menunggu jemputan ayahnya pun menghampiri Alkana dan duduk dikursi panjang sebelah Alkana.
"Eh Ziel, lo nunggu dijemput juga?" Tanya Alkana sedikit canggung.
"Iya nih lama banget bokap gue." Jawab Aziel sembari mengecek jam berwarna hitam yang ada di tangannya.
"Macet mungkin Ziel." Ucap Alkana dengan tenang karena ia juga sudah menunggu bundanya dari 15 menit yang lalu.
"Iya mungkin."
"BTW Na, lo keren sumpah." Puji Aziel dengan nada tinggi.
"Hah? Maksudnya?" Alkana sangat bingung mendengar apa yang diucapkan Aziel barusan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kanvas yang Telah Usai
Novela JuvenilTentang seorang gadis kesepian yang mempunyai bakat melukis. Lalu datanglah lelaki yang sangat berharga dalam hidupnya, namun itu hanya sementara saja. "Fanasya, kita tumbuh sama-sama ya, biar aku bisa lihat kamu jadi pelukis." Ucap Alkana dengan se...