Chapter 91

46 2 0
                                    

Setelah laga UEFA Super Cup, Boruto dibawa ke rumah sakit.
"Ssssshh... eeeengggghhh". Boruto terus mengerang kesakitan.
"Tahanlah sakitnya sedikit ya nak", kata Tsunase.
"Namun rasanya seperti tanganku mau putus dok... hiks...".
"Aku paham nak, tetapi Bu Dokter mohon tahanlah rasa sakitnya sebentar saja ya", ucap Tsunade sambil mengelus surai kuning Boruto. Boruto mengangguk.

Tsunade lalu meninggalkan Boruto untuk memeriksa tangannya lewat kamera X-Ray.
"Baiklah...". Tsunade lalu secara perlahan mengarahkan kamera X-Ray ke tangan kiri Boruto yang terputar 180 derajat. "Hmm... tangannya memang terputar, tetapi lebih parahnya lagi terdapat serpihan - serpihan kecil yang aku yakin itu adalah akibat tubrukan kaki dan tangan yang sangat kuat".
"Serpihan - serpihan ini harus kukeluarkan dari area tangan Monsieur Boruto atau nanti bisa lebih parah. Tak ada tindakan lain selain operasi kecil, aku akan hubungi tim bedah untuk ini", batin Tsunade lalu merogoh ponselnya dan keluar dari ruangan X-Ray untuk menghubungi tim bedah melalui ponsel pribadinya.

"Kuharap operasinya berjalan lancar. Aku tak sanggup melihat Boruto merintih kesakitan seperti itu", kata Buffon.
"Bersabarlah, Mr. Buffon. Aku yakin operasinya akan berjalan lancar", kata Ronaldo menenangkan.
"Percuma saja rasanya memenangkan trofi ini tanpa kehadiran anakku di awarding ceremonynya".
"Yaaah, tetapi setidaknya Boruto melakukan apa yang perlu dia lakukan sebagai seorang kiper. Aku hanya takut kekasihnya akan menjitaknya lagi".
"Itu artinya Sarada benar - benar menyayangi Boruto dan mengkhawatirkannya... dan itu bagus. Jarang - jarang ada perempuan yang sepertinya, sangat beruntung Boruto bisa mendapatkan gadis sepertinya".

PIP!

Lampu ruang operasi mati. Tsunade keluar dari ruangan tersebut.
"Bagaimana operasinya, dok?", tanya Buffon.
"Operasinya berjalan lancar. Pasien sudah dipindahkan ke ruang pemulihan", kata Tsunade.
"Apakah Boruto sudah bisa dijenguk?". "Untuk sementara ini belum bisa karena pasien masih dalam pengaruh obat bius dan pasien kemungkinan baru akan reda sekitar 2 jam lagi. Namun tidak masalah bila kalian berdua ingin menungguinya di luar ruang pemulihan. Pilihannya terserah pada kalian".
"Baiklah, Dokter Tsunade".
"Saya izin dulu". Tsunade lalu pergi meninggalkan Buffon dan Ronaldo.

Buffon dan Ronaldo saat ini sudah berada di samping ranjang Boruto di dalam ruang pemulihan sambil mengajak Boruto berkomunikasi, tetapi sayangnya tiada respon yang diberikan olehnya karena dia hanya menatap kosong setelah menatap telapak tangan kirinya yang dibidai.
"Boruto, bicaralah nak. Jangan diam terus begini, kau hanya mengalami cedera tangan yang aku yakin pasti akan cepat sembuh mengingat usiamu yang masih sangat belia. Kau benar - benar sudah melakukan pengorbanan hebat Boruto", kata Buffon.
"Ya. Pengorbanan hebat sampai - sampai sekarang aku berada di ambang pensiun dini akibat cedera tangan bodoh ini", ucap Boruto dengan nada datar. Boruto lalu tiba - tiba saja tertawa sarkas pelan, tetapi perlahan semakin keras karena keadaan tangannya saat ini. "Haaah, aku rasa aku memang harus pensiun dini saja. Untuk apa lagi gunanya bermain sepakbola sebagai kiper kalau tangan kiriku cedera begini? Belum lagi orang tua kandungku sampai sekarang belum ketemu. Yaaah... aku rasa mati bukanlah ide yang buruk dattebasa".
Buffon sontak menatap Boruto tajam tetapi penuh kecemasan. "Sadarlah Boruto! Jangan sampai cederamu ini mempengaruhi kondisi psikologismu, ini hanya akan berlangsung sesaat nak", katanya dengan nada tegas.
"Papa Buffon benar nak. Jangan sampai gara - gara ini saja kau hampir berubah menjadi gila", kata Ronaldo.

Goalkeeper's StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang