Takkan Terganti

11 1 3
                                    

Udah lama banget gak nulis di wp, this story i dedicated to Brian yang baru masuk wamil. Baek2 bang disana, bahagia terus, sehat2, semoga cepet ketemu lagi ya kita

 Baek2 bang disana, bahagia terus, sehat2, semoga cepet ketemu lagi ya kita

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

***

Arini menatap sendu pria di hadapannya, mungkin sudah lima tahun yang lalu sejak pertemuan terakhir mereka, dan lucunya, di restoran ini juga tempat pertemuan terakhir mereka. Takdir yang memisahkan mereka, lalu takdir juga yang mempertemukan mereka.

“Apa kabar?”

“Apa kabar?”

Lalu keduanya tersenyum satu sama lain, bukankah ini seperti mengingatkan mereka akan masa lalu, tentang kenangan indah yang pernah mereka bagi satu sama lain? Dejavu itu menelusup ke dalam pikiran mereka masing-masing.

Brian—pria di hadapan Arini—masih sangat jelas mengingat kenangan indah mereka di masa lalu. Lima tahun sama sekali bukan penghalang untuk melupakan semua itu. Bahkan jika memungkinkan, Brian ingin kenangan itu selalu muncul di benaknya, agar ia bisa ingat tentang seorang wanita yang pernah mencuri hatinya, bahkan hingga saat ini.

“Kamu apa kabar?” tanya Arini.

“Aku baik, kamu keliatan…beda.” Sungguh, Brian sebenarnya ingin mengatakan jika Arini terlihat sangat cantik, tapi ia menahan kata itu.

Cincin yang sudah melingkar di jari manis itu, serta hijab maroon yang Arini kenakan, membuat Brian menahan ungkapan itu. Ia tak ingin kurang ajar pada seorang wanita yang sudah bersuami. Itu juga bukan kata yang sopan untuk ia ungkapkan setelah bertemu kembali setelah lima tahun.

“Aku harap ‘beda’ itu dalam artian yang baik,”ucap Arini.

“Yah, pasti.”

Lalu hening lagi. Suasana di antara mereka sangat canggung, Brian ingin mematap wajah ayu di hadapannya untuk waktu yang lama, tapi ia juga sangat tahu jika itu tak mungkin. Rindu sangat menyesakkan dadanya.

Lima tahun berlalu, hati dan pikirannya masih tertuju di satu wanita, ia sama sekali tak berniat untuk menggantikan Arini dengan siapapun. Wanita ini yang menemani masa mudanya, mereka yang melewati lika liku kehidupan menuju dewasa, tapi harus di pisahkan oleh takdir. Takdir memang kejam, tapi kadang takdir juga  bisa memberikan pilihan yang terbaik.

**

Lima tahun yang lalu…

“Menurutmu ini yang terbaik?” Brian, untuk terakhir kalinya ia ingin memastikan jika keputusan yang di ambil oleh Arini adalah yang terbaik.

Sudah empat tahun mereka bersama, menghadapi kehidupan kampus yang rumit, serta kegiatan organisasi yang menguras tenaga mereka, suka dan duka mereka hadapi bersama. Mereka juga sama seperti pasangan muda mudi lainnya, yang mengimpikan masa depan indah berdua. Tapi, kenyataan tak selalu seindah harapan. Sejak awal mereka memang tak seharusnya bersama, tapi mereka juga tak bisa menolak percikan api cinta di antara mereka.

Keyakinan mereka berbeda, bahkan kedua orang tua Brian sudah mengingatkan dengan gamblang tentang hubungan mereka yang tak memiliki masa depan. Kedua orang tua Brian selalu berharap jika anaknya nanti bisa menjadi seorang pendeta untuk menggantikan sang ayah memimpin gereja miliknya.

Dari semua itu, tidak ada jalan untuk Arini maupun Brian bersama. Ingin dipikirkan seperti apapun, sama sekali tak ada jalan keluar untuk hubungan mereka.

“Ya, memang sudah seharusnya begini sejak awal, aku saja yang terlalu egois karena mencintaimu,” jawab Arini.

Suaranya tercekat di tenggorokan, menahan tangis yang mungkin akan pecah kapanpun. Ia ingin melepas pria ini dengan hati yang lapang, walau rasanya sedikit tak mungkin. Kata lapang terlalu mewah untuk Arini. Ia mencintai pria ini dengan sepenuh hatinya.

Keduanya saling menatap. Yang akan terjadi selanjutnya sudah bisa mereka pastikan, semua kenangan indah mereka akan terkubur begitu saja oleh satu perpisahan rumit ini.

“Aku ingin egois untuk selamanya, tapi ini bukan hanya tentangku atau kamu, tapi juga keluarga kita. Aku tahu ini sangat berat, tapi aku akan mencoba, karena memang yang terbaik adalah perpisahan kita,” ucap Arini.

Brian hanya mengangguk, dengan hati yang patah. Tak ada yang menginginkan perpisahan ini, hanya saja, mereka memang harus berpisah.

“Terima kasih sudah menemaniku, aku selalu mendoakan kebahagiaanmu.” ucap Brian.

“Terima kasih sudah mengisi masa mudaku dengan kenangan indah, aku juga selalu memdoakan kebahagiaanmu.”

Senyum itu muncul di sela tatapan mereka yang sendu. Tak ada perpisahan yang tak menyakitkan, tapi semoga perpisahan ini adalah yang terbaik, rencana Tuhan selalu lebih baik di banding rencana manusia.

**

Oh jangan sampe ketinggalan po pilihan kedua tanggal 20 nanti ya 😁😁
Have a great wednesday!

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Oct 13, 2021 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Takkan TergantiWhere stories live. Discover now