Bali 59

769 94 8
                                    

DI SINGAPORE

Kris dengan cepat membereskan semua bajunya. Nenek kris memasuki kamar kris. Nenek kris melihat kris dengan kebingungan.

"Kris kenapa?"

"Tadi aji telpon, kata aji singto masuk rumah sakit. Kris harus pulang"

"Tapi kamu baru sembuh kris"

"Kris sudah gak papa ni"

"Kalau begitu nini ikut. Nini gak mau cucu nini kenapa-kenapa"

"Ni, gak usah. Kris gak papa"

"Gak, nini harus ikut. Kamu lanjutin beresin baju kamu, nini juga mau beresin baju dulu"

Setelah mengucapkan itu, nenek kris segera berlalu menuju kamarnya. Kris juga lanjut membereskan bajunya, dia harus menyimpan tenaga untuk perjalanannya nanti.

Setelah siap kris segera keluar dari kamarnya. Kris melihat neneknya yang sudah siap di ruang tamu.

"Ni ayo"

"Kita pesen taxi dulu"

"Biar kris yang pesen ni"

Kris segera membuka aplikasi untuk memesan taxi. Setelah mendapatkan driver, kris keluar dari aplikasi tersebut. Kris membuka aplikasi untuk memesan tiket pesawat.

Setelah semuanya selesai, dan driver sudah menunggu di lobi. Kris dan neneknya segera turun dan naik ke taxinya. Entah mengapa kris merasakan sangat khawatir. Kris merasa bodoh.

"Ni, kris bodoh"

"Hey gak boleh bilang begitu"

"Kris ninggalin singto sendiri ni, singto gak punya tempat cerita lagi"

"Bukan salah kris"

"Tapi kalau kris gak ninggalin singto, dia gak mungkin masuk rumah sakit ni"

"Dengerin nini, kris gak salah, singto juga gak salah. Ini sudah jalan kalian. Kalian bisa saling kuat"

"Ni"

Kris memeluk neneknya. Tanpa sadar air mata kris menetes. Sesampainya di bandara, kris menunggu sebentar. Hampir 15 menit kris menunggu hingga akhirnya dia diperbolehkan memasuki pesawat. Kris mengepalkan tangannya, keringat dingin membasahi tangannya.

"Ni, kris takut singto kenapa-kenapa"

"Singto gak bakal kenapa-kenapa, percaya nini"

Setelah mengucapkan itu, nenek kris hanya bisa mengelus rambut cucunya agar sedikit menenangkan.

Hampir 3 jam kris di pesawat. Hingga akhirnya kris bisa bernafas lega. Kris segera memesan taxi online untuk menuju rumah sakit. Sebelum berangkat, kris sudah menanyakan rumah sakit tempat singto dirawat.

Kris segera memasuki taxi onlinenya. Kris membantu memasukan koper neneknya. Tak butuh lama untuk sampai di rumah sakit itu. Setelah sampai di rumah sakit, kris menurunkan kopernya. Kris berlari memasuki rumah sakit.

Kris sudah bertanya di mana kamar rawat singto. Nenek kris hanya berjalan santai di belakang kris. Kris menghampiri orang tua singto dan ayahnya.

"Aji, bapa, ibu" panggil Kris

"Kris" panggil Ibu Singto

Ibu singto langsung memeluk tubuh kris.

"Maafin ibu kris, maafin ibu. Maafin ibu, karena ibu, kris sama singto pisah. Maafin ibu"

"Ibu jangan bilang begitu, ibu gak salah. Gimana keadaan singto?"

"Masih ditangani dokter"

Dokter segera keluar dari ruang perawatan.

"Siapa keluarga pasien?"

"Saya ibunya dok"

"Anak ibu tidak apa-apa. Untung segera dibawa ke rumah sakit. Sebentar lagi anak ibu akan dipindahkan ke ruang rawat"

"Terima kasih dok"

"Sama-sama, saya permisi"

Terlihat beberapa perawat yang mendorong brankar dengan tubuh singto diatasnya. Mereka semua mengikuti perawat itu. Sampailah mereka di ruang rawat singto.

Setelah semua tertata, kris segera duduk di samping brankar singto. Kris menggenggam tangan singto.

"Hay anak pintar, kenapa kayak gini. Mana anak kuatnya kris? lemah banget sekarang. Anak kris kok lemah, bangun yuk"

Semua orang menatap kris dan singto dengan tangisan. Ibu singto lah yang paling sakit. Dia yang menyebabkan singto harus seperti ini.

"Nanti kalau anak kuatnya kris sudah sehat, kris janji bakal dengerin curhat singto lagi. Sembuh yuk"

Singto perlahan membuka matanya. Menyesuaikan cahaya lampu.

"Kris"

"Iya aku disini"

"Jangan pergi. Aku gak bisa tanpa kamu. Aku sayang kamu. Aku, aku gak mau kehilangan kamu. Jangan pergi kris"

"Iya aku gak pergi, kamu cepat sembuh ya. Aku pulang dulu"

"Gak, gak boleh. Kamu disini aja"

Kris menatap ayahnya dan orang tua singto.

"Sing, biarin kris pulang dulu"

"Bu, singto mohon jangan pisahin singto sama kris lagi. Singto mohon bu. Tolong bu. Singto janji gak bakal minta ibu buat sayang sama singto lagi, tapi jangan suruh kris pergi"

Singto memaksa tubuhnya untuk duduk.

"Bu singto mohon, singto bakal turutin apapun permintaan ibu, tapi jangan suruh kris pergi"

"Sing bukan begitu maksut ibu, biarkan kris istirahat"

"Gak bu, gak boleh"

Kris segera memeluk dan menenangkan singto.

"Aku gak pergi kok, iya aku di sini sama kamu. Kamu istirahat ya"

"Kamu pembohong, aku gak percaya. Kamu gak boleh pergi lagi"

"Gak sing, aku disini"

Kris menatap ayah dan orang tua singto.

"Kris di sini aja ya ji, bu, pa. Kris yang temenin singto. Kalian pulang istirahat aja. Nanti kita gantian"

"Kris kamu gak papa?" tanya Ibu Singto

"Gak papa bu"

"Maaf kalau merepotkan kamu"

"Gak bu, gak merepotkan"

"Kita pulang dulu ya kris" ucap Ayah Kris

"Iya ji. Hati-hati"

"Iya"

Tinggallah berdua, singto dan kris. Singto masih tetap menggenggam tangan kris, seakan takut ditinggal.

"Sing, aku ganti baju dulu ya sama mandi sebentar"

"Gak boleh, nanti kamu tinggalin aku"

"Gak sing, aku janji"

"Jangan tinggalin aku"

"Gak sing"

"Tunggu aku tidur baru kamu boleh mandi"

"Iya"

"Elus rambut aku, aku kangen kamu"

Tanpa berkata apapun lagi, kris hanya menuruti permintaan singto. Kris dengan setia mengelus rambut singto. Perlahan singto mulai memasuki alam mimpinya. Kris perlahan melepas tangan singto yang menggenggam tangannya. Kris memasuki kamar mandi. Kris butuh menyegarkan diri.

(✿ ♡‿♡) BERSAMBUNG (✿ ♡‿♡)

Bali [ Singto x Krist ] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang