Chapter 2 : Si Tukang Ojek Payung

11 3 0
                                    


Dira kembali ke dapur dengan sedikit tergesa, tanpa sadar menaruh nampan cukup keras hingga membuat Joana yang sedang mengulek sambal terkejut. Di elusnya dada itu kemudian memicingkan matanya kepada Dira yang juga sedang melihatnya dengan tatapan bertanya-tanya.

"Huh?"

"Hah huh hah huh. Kaget tau Dira, pelan-pelan aja naronya." Ucap Joana. Seakan sadar dengan apa yang barusan dia perbuat, Dira merasa bersalah kepada Joana.

"Maaf ya Jo.. Nggak segaja hehe"

"Ngakpapa santai aja, kaget dikit. Kamu kenapa? Buru-buru amat tadi." Gadis berambut coklat kriting itu meneruskan acara menguleknya.

"Itu di depan, ada pelanggan yang bilang baju aku nggak sopan."Dira menyandarkan tubuhnya ke tembok sambil memperhatikan kegiatan Joana.

Mendengar itu kening Joana menggerut, menatap Dira dari ujung sepatu hingga kepalanya. Dira sedikit berdeham, agak risih juga jika di perhatikan seintens itu. Tatapan Joana sangat tajam seakan mengeluarkan laser pemindai untuk menilai penampilan Dira.

"Nggak ah Dir, cakep kok kamu. Siapa emang yang bilang gitu? Harus di kasih kacamata minus kayaknya."

Ucapan Joana membuat Dira tertawa, gadis itu menggeleng kemudian menepuk pundak kawannya.

"Ada tuh di depan, udah ah aku ke depan lagi yaa, takut ada pelanggan lagi." Ucap Dira sebelum pergi.



Di depan meja kasir ada kak Andin dan Tio sedang berdebat sambil berbisik, Tio harus merelakan telinganya di jewer berkali-kali oleh kak Andin. Jika kak Andin sudah seperti itu tandanya kak Andin sudah sehat kembali.

Dira menatap sekeliling tempat itu, sudah cukup sepi tidak terlalu ramai seperti tadi. Pantas saja kak Andin dan Tio berani berbuat sedikit gaduh didepan sini.

"Makanya kata aku juga itung yang bener Tio, ini tuh di taro ke-"

"Kak."panggilan Dira mengintrupsi kegiatan mereka berdua, kak Andin berbalik lalu tersenyum manis ke Dira.

"Eh Dira, udah nganterin minumannya? Duduk aja dulu sebentar, lagi sepi ini."ucap kak Andin, Tio mendengus.

"Dih kak, kok Dira boleh istirahat aku kok nggak sih."

Kak Andin menoleh lalu menjewer telinga pria itu lagi membuat Dira antara ingin tertawa dan meringis melihatnya.

"Kamu nggak ada istirahat, itung dulu yang bener itu uangnya. Masa selisih 150 ribu sih, aku nggak rela ya!"

Tio menggenggam tangan kak Andin dan menatap memelas,"Tapi kalo udah selesai boleh istirahat ya kak ?"

"Apaan heh pegang-pegang. Inget ya aku udah punya anak satu." Wanita itu memukul tangan Tio. Dira tidak bisa menahan tawanya lagi, kak Andin memang suka bercanda dan terlihat ramah tetapi disisi lain sikap tegasnya membuat Dira kagum wanita itu. Dira jadi curiga, sepertinya tidak mungkin jika kak Andin hanya karyawan dapur biasa.

"Dira, nanti malem kita buat pesta bakar bakar yuk!" ajak Kak Andin.

"Pesta bakar ikan atau ayam gitu yuk, mumpung anakku lagi di rumah neneknya nih. Ajak Joana, Arjun sama Febi juga. Eh tapi Febi nggak masuk ya hari ini?"ucapnya lagi. Arjun dan Febi adalah karyawan di sini juga. Febi sebenarnya bertugas di kasir, tetapi gadis itu tidak masuk kerja hari ini karena ibunya sakit. Maka Tio yang menggantikan posisinya. Kenapa bukan Dira saja yang di kasir? Hey, Dira baru saja masuk dan memang restaurant ini membutuhkan karyawan baru untuk mengantar makanan bukan kasir. Sedangkan Arjun adalah kawan sepergelasan dengan Tio atau barista di restaurant ini.

SCELTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang