Bab 18 Menginap di Rumah Runi

9 2 0
                                    

Revan dan Yudha selesai menunaikan salat, suara yang terpantul dari dapur membahas tentang seorang menantu idaman.

Sontak jua berpikir bahwa mereka membahas Meisya, mereka pun sangat girang atas restu dari Bu Hesti.

Di sebuah ruangan mereka berkumpul, mereka terus saja menggoda Meisya.

"Cie, calon menantu idaman nih ye," bisik Revan pada Meisya.

"Apaan sih kamu."

"Bukannya bilang amin, malah kayak gitu. Emang kamu gak mau nikah sama Runi?"

Suasana menjadi beku, Runi pun menerbangkan pikirannya tentang perjodohan yang kemarin.

"Aku tahu, ibu masih menginginkan Sherly menjadi menantunya," batinnya.

Runi sangat gelebah dengan perjodohan itu, di benaknya sudah terdeteksi akan ada jiwa yang memar.

Gemintang masih asyik berdansa menghibur ratu malam, Runi mengajak teman-temannya masuk. Ia mengarahkan Meisya tidur di kamar Chyntia, adik Runi.

Saat ini ia sedang bertugas di daerah rawan, ia berprofesi sebagai kowad, ia berhasil lolos saat pendaftaran akmil dan sekarang berpangkat letda, tentu pangkatnya lebih tinggi daripada Runi kendatipun Runi adalah kakaknya.

Kamar yang begitu luas dengan nuansa merah muda dengan karakter Hello Kitty, aroma feminim menyeruak di kamar yang menggantung sebuah pendingin ruangan.

Meisya duduk di atas sprindbed melihat betapa bagusnya kamar adik Runi, sebuah foto berbingkai dengan riasan senyuman pada empat orang yang diapit oleh orang tuanya berbaju couple, Runi dan adiknya berseragam TNI.

Kamar Runi pun juga begitu luas, mereka masih asyik bersenda gurau, tak peduli malam sudah larut.

"Hei, apa kalian minta izin?"

"Iya donk, mana berani ke sini kalau belum dapat izin dari atasan," desis Yudha.

"Baguslah, kalian tidur ya, aku sudah mengantuk."

Runi pun terlelap, Revan dan Yudha pun bergegas menuju kamar Meisya, mereka sedang merencanakan sesuatu, tepat pergantian tanggal surprise itu akan digentorkan.

"Kamu aja yang bawa Mei!"

Mereka bertatih-tatih menuju kamar, Meisya mengerahkan kedua tangannya berhati-hati memegangnya supaya tidak mencumbui lantai.

Revan yang berjalan dengan tangan kosong, perlahan membuka pintu kamar.

"Happy birthday to you..., happy birthday to you, happy birthday, happy birthday, happy birthday to you," nyanyinya bersama.

Runi pun langsung terbangun, ia tak menyangka sahabatnya sangat perhatian padanya.

Kue ulang tahun yang diriasi lilin yang masih menyala, segera jua ditiupnya bersamaan asa dipintanya dalam hati.

"Kamu minta apa Runi?" Tanya Revan kepo.

"Aku tahu kamu pasti meminta berjodoh dengan Mei 'kan?" Kata Yudha seraya terkikik, meluncur jua cubitan di lengannya hadiah dari Mei.

"Kami bertiga punya hadiah untukmu," ucap Revan dengan suaranya sedikit parau lantaran sedang terserang gejala flu.

"Terima kasih sahabatku, kalian memang the best of the best."

Pedang jam sedari tadi berbisik, usai mereka salat subuh mereka pun membereskan pakaiannya.

Dinginnya air membikin raganya menggigil.

Senapan Yang Penuh Keajaiban (Tamat) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang