32. Runyam

82 16 2
                                    

"Del, ada yang mau gue kasi ke lo," buka Axel menginterupsi kegiatan Adel yang memandang ke luar jendela taksi.

"Apaan?"

Axel merogoh sakunya kemudian memberikan sebuah kalung choker dengan liontin bulat kecil berwarna hitam. "Kalung?"

Axel menggeleng pelan, mendekatkan wajah ke telinga gadis itu dan berbisik, "minicam ...."

Adel lantas dibuat menoleh dengan mata terbelalak kaget. "Serius lo?"

Axel mengangguk membenarkan, kemudian mengambil ponselnya dan mengetikkan sesuatu di sana. "Jadi gini, kenapa gue nggak kasi lo buat pakai softlens produk KA aja, yaa karena lo bisa aja nutup mata. Kita nggak tau apa yang bakal terjadi sama lo, pokonya selama itu berhubungan dengan Humpty dumpty kita harus ekstra hati-hati."

Adel yang ditunjukkan lantas membaca itu, dengan kening mengerut. "Kenapa hp lo?" Adel sedikit memilih kata-kata, merasa ada yang janggal hingga Axel memilih untuk tidak berbicara.

Pertanyaan itu lantas membuat cowok itu menyeringai tipis, dia menunjukkan liontin kalung yang ia pakai. Adel mendekat dan melihatnya dengan lebih detail dengan kening mengerut, selanjutnya ia terbelalak ketika mengetahui apa maksud dari Axel.

"Keripik kentang?!"

Axel terkekeh pelan, namun tetap mengangguk membenarkan. Hal itu lantas membuat Adel buru-buru mengambil ponselnya, dan ikut mengetikkan sesuatu di sana.

"Humpty dumpty?"

Axel mengangguk lagi, membuat Adel membekap mulut tidak percaya. Tidak percaya jika selama ini Humpty dumpty ternyata mengamati mereka dari dekat, sangat dekat, melalui Axel.

"Kenapa lo baru bilang?" ketik Adel lagi, pada ponselnya.

Axel berkutat pada ponselnya, lalu menunjukkan itu sambil memasang raut bersalah. "Maafin gue ...."

Adel mendengkus pelan, namun gadis itu tetap mengangguk berusaha memaafkan. "Jadi mau lo, gimana?" tanya Adel masih dengan ketikan di note ponselnya.

Axel kembali menerbitkan seringainya, lalu mulai mengetikkan rencana dan menunjukkannya pada Adel yang langsung disetujui. Lalu beberapa menit kemudian mereka sampai di depan bandara internasional, Axel keluar lebih dulu membayar taksi lalu Adel keluar seraya memperbaiki tatanan rambutnya yang sebelumnya dicepol asal kini diurai.

Kalung yang diberikan oleh Axel, sudah terpasang apik di leher jenjangnya.

"Kita mencar nih?" tanya Adel, yang diangguki oleh Axel.

"Iyaps, gue ke kanan. Lo ke kiri, kalau ketemu sesuatu yang janggal jangan lupa di foto atau langsung telepon gue. Sebaliknya, gue juga bakal hubungin lo kalau gue nemu sesuatu."

"Oke, sejam lagi kita ketemu di sini," putus cewek itu yang disetujui oleh Axel.

Adel pun melangkah masuk ke maskapai OL Travel, menatap sekeliling bangunan itu. Jadi rencananya, Axel yang mengecek bagian luar bandara dan maskapai, sementara Adel yang mengecek langsung OL Travel.

Gadis itu menatap sekelilingnya, beberapa orang berjalan dengan menyeret koper seraya berkutat dengan ponselnya. Lalu tatapnya terhenti pada sisi bangunan, yang tidak dilalui siapapun.

Sepi, dan menjanggalkan.

Dia masih saja melangkah, sesekali memotret hal yang dirasanya penting, namun tiba-tiba seseorang membekapnya dari belakang sambil menyodorkan pistol ke pelipisnya.

Adel menjerit kaget, tubuhnya seketika menjadi kaku. "Cordelia ...."

Dengan debaran jantung yang bertalu-talu, gadis itu melirik lengan dengan jaket kulit hitam yang menyanderanya. Kemudian, sebuah seringai terbit dibibir Adel.

Senandung Kematian [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang