P3 -Tidak Setuju

28 7 7
                                    

Apa kabar semuanya?

Happy Reading!

-----

Sampai lah mereka di Rooftop. "Ada apa sih? Pake narik-narik ga jelas." Ucap Misel sambil melepaskan tangan nya yang digenggam Araaf.

"Gue, gue pengen ngomong sama lo."

"Ngomong apa?"

"Itu, gue. Gue. "

"Gue? Gue apa?"

"Gue su-. " Ucapan Araaf terpotong karena hujan datang tiba-tiba. Misel menarik tangan Araaf untuk turun dari rooftop.

"Oke lanjut, ada apa?" Ucap Misel

"Ga jadi deh, besok aja."

"Kok gitu! Tadi katanya mau ngomong?"

"Gue ke kelas dulu ya." Ucap Araaf sambil pergi ke kelasnya.

*********

Sudah 1 minggu sejak kejadian di rooftop, Araaf tidak bicara lagi dengan Misel. Saat ini Araaf dan teman-temannya sedang ada di rumah Giorgino.
"Raaf, kenapa ga gue aja yang jadi pacarnya Misel?" Ucap Devan dengan percaya diri.

"Raaf, coba lo lebih pdkt lagi sama Misel. Biar dia percaya sama lo!. Biar dia ga curiga tentang masa lalu kakak kalian. " Ucap Liam.

"Benar yang dibilang Liam. " Ucap Devan, setuju.

"Okay! Besok, gue bakal lanjutkan misi gue untuk balas dendam karena kematian kakak gue! Gue bakal buat Misel sengsara!" Ucap Araaf dengan jahat.

"Gak! Gue gak setuju!"

"Apa lagi sih io? Masih kurang? Mau nanya bukti lagi?dari awal lo udah setuju ya. Tapi, semenjak lo ketemu Misel, lo berubah!! Atau jangan-jangan , lo suka sama Misel?!" Ucap Araaf kepada Gio.

"Ya, dari awal gue emang setuju sama rencana lo. Tapi semakin gue kenal misel,gue gak yakin tentang pikiran lo ke Misel, kalau Misel itulah, inilah. Yang salah itu kakaknya,bukan dia! " Ucap Gio.

"Benar! Emang kakaknya yang salah! Tapi gue juga mau buat Misel sakit hati. Sakit hati yang dialami kakak gue, karena dia cinta sama Marsel dan gak dihargai sama dia!." Ucap Araaf.

"Raaf. Kakak lo juga udah tenang disana. Lo bilang kakak lo cinta sama Marsel kan? Coba bayangin, kalau kakak lo ngeliat cowo yang di cintai itu disakitin sama adiknya sendiri! Dan itu lo. Jadi saran gue, mending lo batalin rencana lo ini. Stop balas dendam ga jelas kaya gini." Ucap Gio.

"Ga jelas lo bilang! Lo pikir kakak gue gak penting? Hah? Kalau lo gak mau ikut dalam rencana ini, mending lo keluar. Stop gabung dalam rencana ini! Itukan yang lo mau!" Ucap Araaf.

"Benar yang dibilang Gio. Rencana yang lo buat ga jelas!" Ucap seseorang yang sedang duduk di meja makan dengan posisi membelakangi Araaf.

"Yan! Sekarang juga lo ikut-ikutan? Kalian berdua yang awalnya setuju, kenapa tiba-tiba gak setuju?" Ucap Araaf sampai membuatnya berdiri, emosi.

"Males gue sama lo berdua!" Ucap Araaf sambil pergi meninggalkan ruang tamu dan pergi dengan motor besarnya.

"Sekarang gimana?" Tanya Liam pada teman-temanya yang masih berada pada tempatnya.

"Gimana kalau kita lapor polisi?" Jawab Devan.

"Jangan bawa-bawa polisi!" Sahut Gio.

"Intinya, kita harus dapetin banyak bukti lagi! Kalau kita udah dapat bukti itu, baru deh kita simpulin. Apa yang harus kita lakuin!" Ucap Abyan.

"Setuju! Devan setuju." Ucap Devan sambil menunjukan jari telunjuk yang berarti ia menyetujuinya.

"Dari tadi juga gue udah panjang lebar ngomong itu ke Araaf!." Ucap Gio dengan greget.

"Gue takut, kalau yang Araaf bilang tentang Marsel itu salah. Gue takut kalau itu fakta kebalikannya." Ucap Abyan.

"Hah? Maksudnya?" Ucap Liam dengan penasaran.

"Ya, Kalau misalkan Araaf memutar balikan fakta. Jadi seakan-akan keluarga Araaf itu korban. Sedangakan keluarga Misel yang jadi pelaku nya. Itu pendapat gue sih." Ucap Abyan.

"Sulit! Benar-benar seperti cinta, sangat sulit." Ucap Devan.

*******

Misel sedang berada di halte bus menunggu hujan redah, ia habis membeli beberapa kebutuhannya. Tiba-tiba ada seseorang yang mengendari motor jatuh. Dan akhirnya Misel membantunya untuk duduk di halte bus. Saat seseorang membuka helm yang ia pakai, Misel terkejut. "Lo?" Ucap Misel.

"Heem." Gumam Araaf.

"Tangan lo berdarah?" Ucap Misel saat melihat tangan Araaf yang berdarah akibat jatuh dari motor.

"Gapapa, cuma luka kecil." Ucap Araaf sambil menarik tangannya yang dipegang Misel.

"Sekecil apapun luka itu, kalau ga di obatin malah tambah sakit bukan sembuh." Ucap Misel.

Kini Misel sedang memperban tangan milik Araaf yang luka. Dan akhirnya selesai. "Dah, lainkali hati-hati." Ucap Misel.

"Thanks ya. "

"Ya."

-----

Next ga nih?

GIORGINOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang