1 : pria sombong

476 34 2
                                    

Namaku Margaretha, akrab dipanggil Garet. Aku merupakan mahasiswi semesta kedua disebuah perguruan tinggi ternama.

Aku tinggal bersama nenek disebuah rumah kecil yang berada di daerah padat penduduk, dan ibuku sudah lama meninggal ketika usiaku sepuluh tahun, saat itu duniaku benar-benar runtuh karena kepergiannya yang secara tiba-tiba ditambah aku juga tidak tahu keberadaan ayah.

"Nenek, nek kau dimana?" Aku mencari nenek yang tidak terlihat didalam rumah.

Aku keluar untuk mencari nenek, khawatir jika terjadi sesuatu padanya apalagi usianya tidak lagi muda.

"Permisi Bu, apa kau melihat nenek?"

"Nenek mu berada di pinggir pantai"

"Baiklah, terima kasih"

Aku segera pergi ke pantai yang kebetulan memang tidak jauh dari rumah, karena ini adalah area rumah dipinggir laut jadi banyak keluarga yang mencari uang sebagai nelayan atau pencari kerang.

"Nenek.... Nenek...." Teriak ku memanggil namanya.

"Garet, nenek disini" wanita paruh baya melambaikan tangan dari kejauhan.

"Nenek, apa yang kau lakukan?" kataku begitu didekatnya.

"Lihat nenek mendapatkan banyak kerang, kita bisa makan enak hari ini. Kau ingin makan apa? Biar nenek belikan untuk mu" menunjukkan seember penuh yang terisi kerang laut.

"Apapun itu aku akan memakannya, apalagi bersama dengan nenek" aku tersenyum senang ketika wajah nenek  tersenyum ceria.

"Ayo kita beli bahan, lalu akan nenek masak masakan enak untuk mu" merangkul ku dan kami pergi menuju pasar.

Setelah selesai berbelanja kami pulang, nenek menuju dapur untuk mulai memasak, aku juga ikut membantu nenek.

"Tolong cuci itu dan potong" minta nenek.

"Baik nek"

"Hhm... Nek" kataku disela mencuci sayuran.

"Iya"

"Nenek jangan lagi pergi kelaut"

"Kenapa memangnya?"

"Garet cemas nek, laut cukup bahaya untuk nenek. Biarkan Garet yang mencari uang, dan nenek bisa diam dirumah"

"Nenek bekerja bukan hanya untuk uang, tapi biar nenek ada kegiatan juga. Lagipula nenek akan berhati-hati, jadi kamu tenang saja ya"

"Tetap saja aku cemas, pokoknya nenek tidak boleh pergi bekerja lagi setelah aku mendapat pekerjaan"

"Bagaimana sekolah mu?"

"Soal itu aku bisa mengaturnya, aku bisa sekolah sambil bekerja"

"Garet, lebih baik kamu fokus pada pendidikan mu. Jangan sia-sia beasiswa yang kau perjuangkan selama ini, belajarlah yang tekun soal uang serahkan pada nenek"

Nenek mengusap lembut kepala ku, aku memeluknya dari samping dengan Isak tangis yang tidak bisa ku jelaskan.

Selesai sarapan, aku berangkat ke universitas dengan bus. Karena jarak dari rumah ke halte bus cukup jauh, jadi aku harus berjalan kaki untuk sampai kesana.

Maklum saja namanya rumah dipinggir kota jadi sulit jika ingin menaiki kendaraan umum, saat berjalan menuju halte aku melihat sebuah brosur lowongan pekerjaan sebagai waiters di restoran ayam.

"Apa aku coba saja ya"

Karena lokasinya tidak begitu jauh dari halte jadi aku memutuskan untuk mampir dan mencoba melamar lowongan tersebut.

"Permisi, maaf saya melihat brosur ini dan berniat untuk bekerja"

"Sekarang apa kesibukan mu?" Tanya manager restoran.

"Saya seorang mahasiswi semester dua"

"Kau bisa bekerja paruh waktu disini, apa malam ini kau bisa mulai bekerja?

"Tentu saya siap, pak. Saya akan berusaha sebaik mungkin" menundukkan kepala dengan senang.

"Ah syukurlah aku mendapat pekerjaan, astaga aku kelewatan bus" melirik jam di ponsel begitu keluar dari restoran.

Byur....

Sebuah mobil secara tidak sengaja melewati genangan air dekat saluran air, semua bajuku jadi kotor dan basah akibat ulahnya.

"Hey kau, turun" aku mengetok kaca mobil mewah itu untuk menegurnya.

"Kau ini, hati-hati saat berkendara. Lihat baju ku basah dan kotor"

Kaca mobil perlahan turun hingga nampak seorang pria berjas yang nampak tidak merasa bersalah.

"Itu salah anda" ucapnya dingin dengan wajah datar.

"Tentu salah anda, karena tidak hati-hati"

"Nih" pria berjas tersebut melemparkan beberapa lembar uang kearah ku.

Aku menunduk dan mengambil semua uang tadi, kemudian melemparkannya kembali kearah wajah pria berwajah dingin yang menyebalkan ini.

"Kau kira aku butuh uang sebanyak itu, jangan kau pikir semuanya akan beres hanya dengan uang. Dasar orang kaya yang sombong, tidak bisa menghargai orang lain"

Aku berlari ketika bus selanjutnya tiba, sudahlah aku tidak peduli perilaku ku tadi pada pria sombong itu.

"Tuan, apa kau baik-baik saja?"

"Ya, jalan" perintahnya.

"Baik tuan"


Next >>


Vote dulu yuk sebelum lanjut

Hehe

Thanks yang udah vote

Yang belum yuk vote

💐

My Beloved DEVIL • JiHo (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang