[7] Keadilan 3

127 17 2
                                    

Oscar sedari tadi terus terpana dengan kemegahan gedung SMA Ganesha. Laki-laki itu tidak segan-segan mengucapkan
'Masyallah' padahal agamanya sendiri Kristen. Laki-laki itu emang suka lupa diri karena sudah lama dikelilingi oleh orang-orang muslim.

Walaupun hanya dia yang beragama non muslim di antara teman-temannya, dia lah yang lebih suka ceramah tentang dalil dalil islam. Entah dari mana dia belajar. Sampai-sampai teman-temannya pun suka lupa kalo dia non muslim. Karena sering sekali menceramahi teman-temannya kalo melakukan suatu kesalahan.

"Gavi, lo jangan sering-sering curi cancut tetangga sebelah dong. Lo tau gak dalam surah Al Maidah ayat 38 barang siapa yang mencuri, potonglah tangan keduanya sebagai balasan atas perbuatan yang mereka lakukan dan sebagai siksaan dari Allah. Lo gak ngeri Ga? Gue aja merinding. "

Gavi sangat terheran-heran dengan temannya itu. Bahkan dia lebih pintar dari pada pada dia yang jelas-jelas tulen beragama islam. Bukan satu kali itu saja namun berkali-kali.

"Kar, mendingan lo langsung login aja. Gua ajarin pelan-pelan yuk! Ashadu-"

Oscar menutup mulut Gavi yang seenaknya ingin melontarkan bacaan syahadat. "Jangan lah! Bisa digebuk emak gue kalo sampe tau."

"Lo juga jangan bilang soal kemarin yang gue ikutan sholat jumat biar dapet nasi kotak! Awas aja lo sampe bilang! Gak bakalan mau gua lo suruh temenin lo ke sekolahan ini."

"Aman. Gas masuk!" Gavi melangkahkan kakinya masuk ke dalam gedung bertingkat itu.

Sekolah itu sudah ramai, lantaran bel istirahat yang sudah berbunyi. Mereka tidak begitu tersorot karena jumlah murid SMA Ganesha memang cukup banyak. Jadi banyak sekali yang tidak saling mengenal. Berbeda dengan sekolahnya yang jumlah muridnya pun bisa dihitung, satu kelas saja isinya cuman 10. Itupun cowok semua.

STM 13 cuman ada 3 jurusan, yaitu listrik, otomotif, dan elektro. Jadi sangat amat gak mungkin kalo ada cewek yang suka rela masuk ke dalam lingkaran sekolahan yang mayoritas nya adalah laki-laki yang tampangnya cabul yang kalo ngeliat cewek langsung tantrum satu sekolah.

Gavi, Leo, dan Oscar di kelas Elektro. Gibran di kelas Otomotif. Sedangkan Seno dan Deon mengambil jurusan Listrik. Lima orang itu bisa menjadi satu dikarenakan adanya sebuah komunitas dulu. Komunitas motor yang membuat mereka bisa mengenal satu sama lain. Tapi bukan geng motor.

"Kita kemana dulu nih?" tanya Oscar.

"Kantin. Mau ngerasain makanannya SMA," jawab Gavi.

Oscar menyetujuinya, mereka berdua dengan beriringan mencari keberadaan kantin sekolah yang entah dimana letaknya.

"Ga, kayaknya kita bisa nyasar deh kalo gini caranya. Kok gak dibikinin map aja ya nih sekolahan?"

Perjalanan mereka berdua mendapatkan tatapan-tatapan aneh dari siswa-siswi sana. Entah mereka terlalu nora atau terlalu ganteng. Yang pasti saat mereka melangkahkan kaki, lirikan mata terus bergerak mengawasi. Mereka seperti sedang menahan tawa ketika mereka berdua lewat.

"Mereka kenapa sih Ga? Apa kita terlalu ganteng mungkin ya?"

"Emangnya di sekolahan semewah ini gak ada pangeran tampan kayak gue apa ya?" Oscar terus membanggakan dirinya.

Mereka terus tertawa dan mengamati gerak-gerik mereka berdua. Gavi pun menyadari sesuatu yang aneh. Sedari tadi orang-orang itu terus mengamati bagian ujung bawahnya. Dia jadi curiga kalo resletingnya belum dikancing.

Laki-laki itu menunduk, mengamati celana abu-abu nya yang kusut itu. Dan benar saja. Resleting celananya terbuka. Untung saja dia pake kolor. Dia tidak rela kalo sampai si Joni nya itu dilihat banyak orang.

Fight Or DieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang