" AAAAAAK SO SWEET SEKALI" Teriak Jaemin di kamar Haechan yang membuat Haechan harus menutup telinganya
" Jadi dia mendengar kau menangis? Lalu dia menjaga pintu agar tidak ada orang yang mengganggumu.. Huaaa seperti di drama drama saja... lalu dia tertidur karna menunggu mu... da-"
Jaemin tidak melanjutkan kalimatnya ketika sebuah bantal menadarat dengan keras di wajahnya
" Sudah selesai?" Tanya Haechan kesal
" Kenapa pas sekali ya, dia yang mendengar mu menangis?"
" Entah...."
Jaemin beranjak dari tempat tidur Haechan, menatap sebuah pot bunga kaca yang airnya sudah menguning
" Yak! Tidak bisakah kau merawat bunga ini dengan baik?" Gerutu Jaemin kesal sambil membawanya ke kamar mandi untuk mengganti airnya
" Itu bukan keahlian ku"
" Lalu apa keahlian mu?"
" Membuat mu kesal dan menyuruhmu melakukan semuanya"
" SEO HAECHAN!"
" HAHAHAHH"
Kini pot bunga itu sudah bagus kembali, terdapat lima buah tangkai mawar merah disana.
" Kau tidak akan mengatakan padanya?" Tanya Jaemin sambil menatap beberapa lembar surat di atas meja Haechan
" Apa?"
" Kalau kau menyukainya"
" Siapa?"
" Yak Soe Haechan, setelah perjuangan ku selama ini jangan berlagak sok tidak tau kau!!"
" Hahahah iya iya aku paham... memangnya aku pantas?"
Jaemin melempar dengan kasar bantal yang sempat mengenainya tadi pada Haechan
" Kau gila? memangnya kenapa kau tidak pantas bersamanya, kau pintar, kau juga tidak terlalu buruk, apalagi kalau kau tersenyum ia pasti langsung jatuh cinta padamu!"
" Tapi aku tidak kaya"
" Apa maksudmu!"
" Kau lupa kedua orang tuanya pembisnis hebat, sedangkan aku hanya anak penjaga kantin, aku pasti merusak citra keluarganya"
Jaemin terdiam. Haechan selalu mengatakan hal itu setiap kali ia menginginkan sesuatu
Memangnya aku pantas?
Kalimat itu selalu membuat hati Jaemin sedih, kenapa dia selalu bertanya seperti itu, padahal yang lebih benar untuk ditanyakan adalah
Memangnya mereka berhak meremehkan mu?
Jaemin selalu mengatakan itu, tapi langsung dibalas telak oleh Haechan.
" Sudahlah... aku hanya mengaguminya sama seperti kau yang mengagumi oppa oppa yang ada di drama korea"
" Tidak...kau mencintainya"
" Hah! Sejak kapan kau menjadi pakar cinta seperti ini?"
" Aku memang ahli!"
" Berhalu dengan oppa oppa yang ada di tv maksudmu"
" DIAM!"
" HAHAHAHAH"
Jaemin beranjak dari tempat tidur Haechan, mengambil tumpukkan buku pelajaran Haechan.
" Ini!" Jaemin memberikan buku itu kepada Haechan
" Kenapa?"
" Pastikan kau mendapatkan medali emas! jangan harap aku akan berteman dengan mu jika kau tidak menang"
" Nana-ya...."
" Dan ketika kau menang! Kau bukan lagi Haechan si anak penjaga kantin! Tapi Soe Haechan peraih medali emas , mengerti!" Jaemin menyudahi kalimatnya dengan sebuah isakan tangis bahkan kini air matanya sudah mengalir deras
" Ya..... kenapa kau menangis...."
" Tidak tau... aku kesal padamu!" Pecah sudah tangisan Jaemin
" Hahhaha... kemarilah... " Haechan memeluk Jaemin, temannya satu ini sangat cengeng dan Haechan sudah terbiasa dengan hal itu
" Yak ! seharusnya kau yang menghiburku sekarang... kenapa jadi aku"
" Benar juga ... yasudah kau saja yang menangis aku tidak jadi"
" Hahahhaha bodoh...."
" Kau yang bodoh!" Jaemin memukul Haechan dengan bantal
" Eoh? kau ingin berperang sekarang?!"
" Yang kalah besok harus mencuci semua piring di kantin!" Jaemin dengan cepat mengambil guling Haechan layaknya memegang sebuah pedang
" Call..... "
Dan berakhirlah mereka bermain perang bantal hingga larut malam. Jaemin sangat hafal dengan sifat Haechan, ia tidak suka dikasihani. Karena itu Jaemin memiliki caranya sendiri untuk menghibur Haechan .
.
.
.
Seperti pagi pagi biasanya, Haechan dan Jaemin sudah berada di kelas Mark untuk mengirimkan surat atau pun bekal untuk Mark. Haechan akan terus berdiri di luar mengawasi keadaan sekitar dan Jaeminlah yang akan masuk kedalam kelas.
Jika kalian bingung kenapa tidak Haechan saja yang masuk kedalam kelas, karena Haechan tidak percaya pada Jaemin jika dia yang bejaga, bisa bisa mereka ketahuan karena Jaemin yang suka hilang fokus.
" Sudah kau taruh semuanya?" Tanya Haechan
" Ya hanya surat kan?"
" Bodoh... aku kan juga menyiapkan bekal untuknya"
" OIYA ! Lalu kotak bekalnya mana"
" Itu yang ditangan mu apaan? Waah... aku tidak menyangka kau benar benar bodoh"
" Aku fikir ini kotak bekal ku, tunggu disini aku akan menaruhnya lagi"
Lihat kan, hanya menaruh barang di dalam loker saja Jaemin bisa seceroboh itu
Bugh
Jaemin tidak sengaja menabrak seseorang karena ia yang belari terlalu cepat
" Kau tidak apa apa?" Tanya Mark
" Tak apa apa kak... maaf " Jaemin membungkuk pelan kemudian kembali menjauh dari Mark.
" ahaha... aneh sekali... tunggu.... " Mark dengan cepat berlari menuju kelasnya dan benar saja, lokernya tidak tertutup dengan rapat.
Ketika Mark kembali berlari menuru lorong, orang itu sudah menghilang
" Arrghh... aku lupa melihat name tag nya!"
Mark sebenarnya tidak begitu kesal, hanya saja kesempatan itu, Mark tidak akan tau kapan lagi bisa melihat orang yang selama ini mengaguminya dan Mark tentu saja juga menyukai orang tersebut. Terlebih lagi, Mark tadi tidak sempat melihat wajah orang itu. Ketika Mark ingin kembali ke kelasnya, kakinya tidak sengaja menginjak sesuatu yang ternyata itu adalah name tag.
" Jadi selama ini kau yang mengagumi ku.... menarik..."
KAMU SEDANG MEMBACA
[COMPLETED] Blind Love || Markhyuck
FanfictionMark mengira kisahnya dengan cinta pertamanya berjalan dengan mulus. Hingga saat itu ... Satu kebenaran yang membuat dirinya Menyesal....