Bersinarlah Terus!

51 11 0
                                    

Dua nama teratas dalam daftar presensinya tidak hadir di kelas.

Yukimura Aguri tahu bahwa rata-rata anak-anak ini masuk ke kelas E karena nilai buruk atau kelakuan buruk. Setelah tahu di hari pertama tahun ajaran baru bahwa nomor urut satu di daftar presensi 3-E sedang kena skors karena menghajar kakak kelas (oke, itu adalah sebuah awalan yang cukup ekstrem untuk memulai menganalisis riwayat siswa dari catatan sekolah), dia menelusur dari bagian bawah daftar dua puluh enam nama itu, dari nama terakhir, Yoshida Taisei. Dicentangnya kolom nilai buruk untuk sebagian besar dari mereka, atau kelakuan buruk seperti menyontek untuk segelintir orang, atau gabungan keduanya untuk sisanya, tapi di urutan nomor 2 (sebelum akhirnya dia akan membaca riwayat Akabane Karma) dia menemukan nama Isogai Yuuma. Aguri bingung sambil membacai catatan sekolah tentang murid satu itu.

Masuk peringkat 10 besar di kelas 1-A dan 2-A, tak ada setitik pun catatan kelakuan buruk ... Catatan kepala sekolah hanya ada satu—demi Tuhan, hanya SATU—dan itu langsung membuat Isogai terdepak ke 3-E: melanggar aturan sekolah pasal empat belas ayat kelima dengan bekerja paruh waktu.

.

.

.

.

.

.

Assassination Classroom (c) Matsui Yuusei

Bersinarlah Terus! (c) Roux Marlet

-Penulis tidak mengambil keuntungan material apa pun dari fanfiksi ini-

Dipublikasikan untuk #SelfWorthChallenge #ValueYourself

Warning: Modified Canon

.

.

.

.

.

.

Dua tahun sebelumnya, Isogai Yuuma membisu di depan papan pengumuman pada hari pertama sekolah.

Namanya ada di kelas 1-A!

Orang-orang lain tentu akan merasa bangga; tidak sembarang murid bisa masuk di kelas unggulan SMP Kunugigaoka itu. Tapi yang ada di pikiran Isogai hanya satu: besaran uang sekolah untuk kelas unggulan adalah dua kali lipat dari kelas lainnya. Bisa ngos-ngosan kedua orang tuanya nanti membayari; untuk makan sehari-hari saja mereka pas-pasan. Meskipun dari hasil tes akademik saat mendaftar Isogai sudah diberi tahu bahwa dirinya memenuhi klasifikasi masuk kelas A, dia menolak dengan alasan finansial dan meminta dimasukkan kelas B saja.

Apa ada kesalahan administratif sehingga namanya tetap nongol di daftar kelas top itu? Petugas tata usaha tidak tahu-menahu. Terpaksa Isogai menghadap langsung kepala sekolah, Asano Gakuhou.

"Kalau cuma karena itu, sekolah bisa memberimu keringanan biaya."

Solusi pak kepala sekolah enteng saja.

"Lagipula nilaimu sebelumnya memang bagus. Uang sekolahmu akan disamakan dengan yang masuk kelas reguler. Kembalilah ke kelas, nanti akan kuurus di bank."

"Terima kasih, Sensei." Isogai pamit dari ruangan dengan sopan.

Kembali ke kelas (meski tadi Isogai belum ke sana sejak dari depan papan pengumuman), muncul perkara lain: karena wali kelas belum datang, seisi kelasnya sedang membanding-bandingkan oleh-oleh masing-masing pascaliburan. Makanan kaleng, arloji, jepit rambut bertatahkan permata, dan masih banyak lagi.

Bersinarlah Terus!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang