Jaemin sedikit kesal, padahal hari ini ia pulang dari Jepang tapi sahabat terbaiknya yang bernama Seo Haechan itu tidak menghubunginya, bahkan Haechan tidak bisa dihubungi beberapa hari belakangan.
Saat sampai disekolah Jaemin disambung hangat dengan pihak sekolah dan teman teman yang lain, Jaemin tidak berhasil membawa medali emas, namun setidaknya medali perak itu kini terkalungi di lehernya.
Jaemin senang?
Tentu saja tidak, setelah mendapatkan medali perak itu, ia sudah bertekad untuk memberikannya kepada Haechan, seharusnya medali ini milik dirinya, semua kado yang ia dapatkan itu seharusnya milik Haechan.
Ketika Jaemin masuk kedalam kelas, loker dan mejanya dipenuhi oleh bunga bunga dan kado. Jaemin tersenyum senang saat masuk kedalam kelas, bukan karena kado yang ia dapatkan tapi menunggu ekspresi jijik Haechan yang melihatnya di puja puja seperti itu.
Namun ketika masuk kelas, senyumannya menghilang, kursi yang berada di ujung belakang kelas, spot yang bahkan orang orang tidak bisa melihatnya, namun setiap masuk kelas spot itulah yang selalu Jaemin lihat. Haechan yang tengah tertidur atau hanya merebahkan kepalanya, dan memberikan senyuman tipis kepadanya. Hari ini Jaemin tidak bisa melihatnya. Bahkan tas hitam, pemberiannya sebagai kado ulang tahun dan selalu dipakai oleh Haechan juga tidak ada disana.
" Jaemin-ah... ada apa?" Tanya teman sebangkunya
" Apa Haechan tidak datang?"
" Oh.. si cupu itu? dia sudah tidak ada lagi disini waah.. aku lega sekali"
" Maksudmu?"
" Ya dia pindah"
" Pindaah??"
" Eung... 4 hari yang lalu kalau tidak salah"
Jaemin dengan cepat berlari dari ruang kelasnya, berharap apa yang ia dengar hanya kebohongan. Namun ketika sampai di kantin ia tidak bisa menemukan Ten yang selalu menyapanya di kantin.
" Haechan-ah! Paman!" Teriak Jaemin di kantin bahkan sampai masuk ke dapur, tapi dua orang itu tidak menunjukkan wujudnya.
Jaemin bahkan mengecek atap , halaman belakang, bahkan ruang musik tempat Haechan biasanya menghabiskan waktu tapi orang yang ia cari itu tidak ada.
Ketika Jaemin berlari ingin keluar dari sekolah menyusul Haechan kerumahnya siapa tau Jaemin masih sempat melihatnya, namun seseorang menarik tangannya.
" Lepas!"
" Ikut dengan ku"
" LEE JENO LEPAS!" Jaemin sudah menangis, Haechan bahkan tidak mengucapkan salam kepadanya
" Kau ingin mencarinya kan? Percuma!"
" Tapi.... Haechan....a...aku bahkan... tidak sempat...." Jaemin tidak bisa melanjutkan kalimatnya hatinya benar benar sakit.
Jeno memeluk Jaemin mengelus kepalanya
" Sudah lah.... ini yang terbaik buat dirinya"
Jeno memberikan segelas air pada Jaemin, mereka saat ini berada di atap. Jeno, walaupun ia sekarang ia memiliki pacar, tapi Jaeminlah cinta pertamanya. Jeno sampai meminta ayahnya untuk bekerja sama dengan ayah Jaemin hanya agar Jaemin bisa menjadi miliknya, namun semua usahanya itu sia sia.
Sudah ada seseorang di dalam hati Jaemin dan sepertinya Jaemin tidak akan mau melepaskannya. Orang itu adalah
Haechan..
Teman terbaiknya.
Jaemin memang sudah jatuh cinta pada Haechan saat pertama kali ia bertemu dengannya. Karena ia tau jika Jaemin mendekatinya sebagai seseorang yang menyukainya, Haechan pasti menolak, karena itu Jaemin berteman dengan Haechan dan menjadi sahabat agar Haechan selalu berada di sisinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[COMPLETED] Blind Love || Markhyuck
ספרות חובביםMark mengira kisahnya dengan cinta pertamanya berjalan dengan mulus. Hingga saat itu ... Satu kebenaran yang membuat dirinya Menyesal....