Aku kesulitan untuk fokus. Laptop yang menyala di atas meja sudah tidak kusentuh lagi, padahal aku memakainya untuk mencari referensi. iPad di pangkuanku pun tidak menampilkan apa-apa selain halaman kerja yang kosong.
Bisakah otak menyaring sendiri apa saja yang harus ada di pikiran? Misalnya, aku harus memikirkan bagaimana nasib berkas lamaranku, atau aku harus bisa lebih kreatif untuk mengerjakan desain. Sisanya bukan berarti tidak dipikirkan lagi, tetapi kuharap tidak membuat kacau seperti saat ini.
Alby, Claudia, Jeffrey. Tiga orang yang tanpa bertemu dengan mereka aku akan baik-baik saja. Beban pikiranku hanya akan berada di seputar pekerjaan. Oh, dan utang Dad yang banyak sekali. Namun, dua hal itu tidak akan sememusingkan ini, hidupku berjalan tanpa ada bumbu drama percintaan tiga orang itu.
Aku menyerah, kusandarkan tengkukku pada puncak sofa, hingga wajahku menatap langit-langit berwarna putih gading. Aku juga berusaha mengalihkan pikiranku, mungkin dengan sesuatu yang akan membuatku lelah dan lupa untuk memikirkan masalah lain, seperti melakukan sesuatu pada langit-langit rumah, tetapi catnya masih baik-baik saja.
"Satu minggu tanpa Alby seharusnya membuatmu senang, tapi yang kulihat mukamu kusut sejak kemarin. Besok dia berangkat, sebagai kekasih yang baik, apa kau akan mengantarnya?"
Aku mendelik ke arah Nate ketika bocah itu baru saja lewat di depanku, lengkap dengan handuk di lehernya. Dia baru saja mandi sore dan membuatku sangat kesal karena dia menghabiskan waktu lama di kamar mandi. Maksudku, aku juga sedang menunggu giliranku tiba untuk mendinginkan kepala. Mandi adalah jalan terbaik.
Namun, sekarang aku sudah telanjur malas.
"Dia pergi setelah menimbulkan masalah baru, Nate. Dan Jeffrey justru ikut terlibat. Aku ingin membuat Claudia cepat sadar kalau dia dan Alby masih saling mencintai, tapi--"
"Yang itu, aku sudah mendengarnya."
Aku memandang Nate bergantian dengan sekotak susu yang disodorkannya kepadaku, dia juga mengambil satu dari kulkas untuk dirinya dan sedang disesapnya hingga menghasilkan suara. Caranya meminum susu membuatku tergoda untuk menerima kotak susu darinya.
"Kurasa masalahnya bukan dari Alby. Kau tidak sadar sudah peduli padanya sampai repot-repot menemui Claudia. Sayangnya, kau memang mau kena sial hari itu dan bertemu Jeffrey." Nate mengganti saluran TV setelah mengempaskan tubuh di sebelahku. Tetesan rambutnya yang basah mengenai wajahku.
"Sudah saatnya kau memotong rambut," ucapku kesal sembari menyapu wajah.
"Hng. Kau mengganti topik pembicaraan, Ava," sahutnya dan memberiku lirikan yang menyebalkan.
Aku mendengkus dan kekesalanku kulampiaskan pada kotak susu. Sedikit lebih kuat lagi, aku bisa saja membuat kotak ini bocor dalam genggamanku.
"I'm a mess."
"Sayangnya kau tidak seseksi penyanyinya."
Aku mengernyit, karena dia lebih tidak nyambung lagi. "Siapa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Heart to Break [✔]
Romance[Song Series][Completed] Ava, seorang layouter majalah, tidak pernah sesial ini dalam hidupnya; kekasihnya setuju dijodohkan dengan wanita lain, dan dia juga harus kehilangan pekerjaan di saat yang bersamaan. Orang bilang, di balik kesialan, akan di...