"Bahkan dia sudah tak lagi menganggapmu ada. Mungkin tak hanya dia, sepertinya semua orang juga tak ada yang menginginkan dirimu.
Karena sejak awal, memang tak ada tempat untukmu-"
.
.
-KRINGGGGGGGGG
Sialan, mimpi itu lagi.
Wanita muda itu terbangun dengan nafas terengah dan sedikit air mata yang mengalir di pipinya. Ia menghela nafas pelan, kemudian segera menghapus kasar air matanya.
Hari buruk ke-8030 yang harus ia jalani lagi di hidupnya. Hari-hari yang suasananya selalu berisik dengan teriakan dan perintah tak masuk akal. Hari-hari yang udara paginya selalu terasa panas dan menyesakkan.
"Pa, uhuk-uhuk, boleh matiin rokoknya ?" ucapnya sambil terbatuk-batuk.
Dengan wajah kesal, pria berusia 50-an itu hanya mengarahkan rokoknya ke arah berlawanan, yang sebenarnya sama sekali tak membuat asapnya pergi.
Mungkin wanita itu sudah tak bisa lagi membedakan antara udara segar dengan asap rokok.
Dengan langkah gontai, ia keluar dari kamarnya untuk mandi dan mempersiapkan diri. Di akhir minggu ini, biasanya pelanggan kafe akan ramai. Ia harus segera tiba disana sebelum pukul 10.
"Astaga, jam segini baru bangun kamu ?"
Wanita yang usianya tak jauh dari pria berokok tadi, berkata dengan suara keras sambil berjalan kesana-kemari. Ia sudah memakai pakaiannya dengan rapi dan didukung oleh wangi yang menguar dari parfum expired-nya. Terlihat jelas bahwa wanita itu sedang bersiap untuk pergi ke suatu tempat.
"Aku baru tidur jam 5 pagi, masih wajar kalau aku bangun jam 8, kan ?" balasnya sesarkas mungkin. Sambil membolakan matanya, ia berjalan menuju wastafel untuk mencuci muka.
Undereye-nya rasanya semakin hitam sejak minggu lalu. Ia peduli ? Tentu saja tidak. Jika orang-orang berkata kepadanya "kamu harus merawat diri, kamu itu perempuan loh," well, tak ada bedanya jika ia cantik atau jelek. Siapa yang akan peduli ?
"Mama mau pergi dulu. Jangan lupa kerjain yang udah mama bilang kemarin. Kan kamu udah janji."
"Iya, Ma."
Sekarang kalian tahu kan, apa yang membuat paginya selalu terasa buruk ?
Setelah menghidangkan sarapan untuk sang Papa, ia segera berangkat menuju ke cafe di dekat rumahnya. Meskipun hanya seorang daily worker, setidaknya ia masih bersyukur ada sebuah cafe yang mau menerimanya untuk bekerja.
Hidup sebagai pengangguran setelah lulus bukanlah sesuatu yang ia rencanakan. Mungkin bisa dibilang, memaksakan diri mengambil jurusan yang tak cocok dengannya adalah kesalahan besar di dalam hidupnya.
---
"Bagus, Liora , kerja bagus hari ini. Saya titip cafe, tolong pastikan semuanya terkunci. Saya tinggal ya."
"Baik Pak, terima kasih," ucap wanita yang bernama Liora itu seraya dengan perginya pria tua yang berstatus sebagai bos-nya. Pria itu keluar melewati pintu bersama dengan para staff malas yang diajaknya untuk traktiran ulang tahunnya.
Jujur, ia sempat bertanya-tanya, mengapa justru para staff malas itu sering mendapatkan treat dari bos-nya ? Dan mengapa hanya ia satu-satunya staff yang tidak diundang olehnya ?
Disinilah ia, mengepel lantai teras sendirian sekaligus menjaga cafe. Sudut matanya tiba-tiba menangkap sosok kecil yang berlari kecil ke arahnya.
Rupanya, seekor anak anjing liar yang kelaparan, mungkin ?
KAMU SEDANG MEMBACA
A Journey to Find a Home | Bang Chan
FanfictionSiapa yang akan menyangka ? Chan, seseorang yang selalu kesulitan membedakan mana hotel mana rumah, bertekad untuk menjadi pelindung bagi Liora Lee, seseorang yang selalu hidup di dalam rumah yang tak layak. "Layaknya lomba estafet, rumah adalah pes...