Aku tak seperti yang kau lihat
..
.
Suara isak tangis menggema di seluruh ruangan. Tangis histeris mendominan suasana yang menyeramkan di tempat ini, di ruangan ini.
Ketakutan dan kekhawatiran melanda, merasuki seluruh jiwa dan raga.
Sebagian pasrah.
Sebagian berdoa penuh harap.
Sebagian bertekad, berpegang pada keyakinan.
Dan sebagian diselimuti api amarah.
Maut di depan mata, kapan saja nyawa bisa meregang. Berharap seorang malaikat penolong akan datang, namun itu hanya sebuah harapan yang melayang.
Para murid ketakutan, memeluk satu sama lain menyalurkan kekuatan ditengah jeritan-jeritan kesakitan.
Di luar sana, suara peluru terdengar berirama. Laksana melodi musik yang menenangkan jiwa bagi sang antagonis kita, Roger Federer, sang ketua teroris.
Warna darah yang menyebar tak beraturan bagai sebuah karya seni bagi Roger. Dirinya menyaksikan banyaknya raga tanpa jiwa yang tergeletak tak berdaya di atas tanah yang menjadi saksi bisu kematian mereka.
Kembali ke dalam sebuah kelas, kekhawatiran masih belum enyah dari pikiran semua murid. Hanya ada satu siswi yang nampak tenang, terduduk di bangku pojok dengan pandangan mata yang kosong.
Penampilan siswi itu yang paling mencolok, menyita perhatian siapapun yang masuk. Karena dirinya berbeda dari yang lain.
Surai rambutnya berwarna ungu, berbeda dengan manik matanya yang berwarna kuning keemasan, yang terpadu dengan kulit putih pucatnya.
Dikala semua mata memancarkan kerisauan dan air mata, pandangan gadis itu sangat tenang, seolah ketakutan tak bisa menembusnya.
"Kita harus bagaimana?!"
"Apa kita akan mati?!"
"Aku tidak ingin mati sekarang!"
Seorang gadis bersurai cokelat menggerakan jemari lentiknya, menyentuh bahu gadis di sampingnya dengan perlahan.
"Olivia, apa kamu ti-tidak takut?"
Gadis bersurai ungu yang dipanggil Olivia menoleh tanpa ekspresi melihat teman sebangkunya yang amat sangat ketakutan.
Tak mendapat respon dari Olivia, Anna justru semakin cemas. Bulu kuduknya seakan ditarik oleh suatu medan magnet yang membuatnya berdiri.
Olivia, sang siswi baru, yang baru datang hari ini belum mengatakan sepatah katapun. Yang membuat Anna merasakan heran terhadap sikap gadis itu.
Tapi, Anna tak memperdulikannya, ia terlalu hanyut dalam rasa takut yang amat besar.
Diantara para murid yang tengah ketakutan itu, seorang siswa berdiri, berjalan dengan penuh berani bak pangeran berkuda putih. Langkah kaki yang meyakinkan membawa siswa itu menuju ambang kematian.
Siswa itu membuka pintu dan hendak keluar melawan salah seorang teroris yang menyandra mereka, tapi malaikat maut lebih dahulu membawanya sebelum ia siap berjuang.
Dor!!
Kelas mendadak hening. Terasa kelu untuk sekedar mengeluarkan sebutir air mata. Semua pasang mata itu menyaksikan salah satu dari mereka telah terbebas dari belenggu sang teroris.
KAMU SEDANG MEMBACA
Only Me (1/1)
Short Story(1/1) Sekelompok teroris datang ke sekolah kami untuk bersembunyi dari para tentara, Mereka menjadikan sekolah kami sebagai markas sementara bagi mereka. Karena jarak sekolah kami yang cukup jauh dari kawasan penduduk. Mereka menyandra kami, memban...