"Nggak gitu sih," lirih Hanah. Dia terlihat sedih, namun kata-kata yang dilontarkannya masih membela Sam. "Dia baik dan care sama gue. Tapi, yang bikin gue sebal adalah dia ga ngabarin gue sama sekali selama dia sibuk."
"Dia nggak meleng di luar sana kan?" Nadya bertanya ragu.
"Hus! Nggak gitu!" sahut Hanah. "Dia bukan orang yang seperti itu!" Hanah tahu Sam bukan laki-laki bajingan. Selama dia mengenal Sam, dia melihat sendiri didikan keras kakek Sam. Dan kakek mengajari Sam untuk menjadi laki-laki yang bertanggung jawab. Bukan sebaliknya.
"Iya, sorry, bukan maksud gue nuduh yang nggak-nggak," ujar Nadya.
"Sebenarnya gue ngajakin ke club itu karena ingin kabur dan mencari kesenangan lain, Nad. Gue mau ngelupain Sam sejenak. Gue sih yang pertama bilang, urusan masing-masing yang tidak menyangkut satu sama lain, itu berarti Sam nggak perlu ikut campur atau tahu. Begitu pula sebaliknya," jelas Hanah panjang lebar. "Tapi sekarang—"
"Sekarang lo nyesel?" potong Nadya yang langsung dijawab anggukan kepala oleh Hanah. "Lo penasaran dan ingin tahu kesibukan Sam?"
"Bukan ke hal itu sih, tetapi lebih ke arah supaya dia ngasih tahu gue. Walau hal kecil sekalipun, gue nggak bakal protes ke dia," jawab Hanah.
Nadya menghela napasnya pelan. Dia mengira bahwa terjadi masalah besar di antara Hanah dan Sam. Rupanya, masalah utamanya adalah kurang komunikasi. Sepertinya gara-gara syarat pernikahan kontrak mereka, Sam jadi segan membicarakan hal-hal yang menyangkut dirinya. Begitu pun Hanah, dia merasa Sam tidak perlu tahu. Pada akhirnya, terjadilah ketegangan dalam hubungan mereka. Buktinya, saat ini Hanah jadi merasa kesal karena Sam tidak memberi kabar.
"Ya udah, kalau gitu lo tunggu 5 menit deh," ucap Nadya tiba-tiba. "Sebenarnya saat sebelum masuk gedung karaoke, gue diam-diam menghubungi Sam buat jemput lo di sini."
Kedua mata Hanah langsung terbelalak mendengar pemberitahuan Nadya. "Lho, kok—" Dia bingung bagaimana sahabatnya itu bisa tahu nomor Sam. Dan apa katanya tadi? Sam akan kemari? Menjemputnya? Gadis itu meringis sambil merasa pusing dengan kenyataan yang datang bertubi-tubi menghantam ke arahnya. Apakah Sam juga tahu rencana awalnya dia mengajak Nadya ke club malam? Kini kekhawatiran mulai memenuhi benaknya.
Nadya yang sepertinya bisa membaca isi pikiran Hanah dari raut wajahnya, kembali membuka suara. "Gue tahu nomor Sam semenjak hari pernikahan kalian. Ini untuk mengantisipasi hal darurat. Contohnya, seperti yang terjadi saat ini," jawab Nadya tanpa ditanya. "Dan sorry, gue terpaksa jujur ketika Sam bertanya bagaimana kita bisa berakhir di karaoke."
Hanah meraih kedua pundak Nadya lalu menggoncangnya cukup keras. "Ya ampun, bisa gila gue! Lo kok polos ngasih tahu Sam semuanya?!" protes gadis itu merasa gemas.
Nadya hanya memutar bola matanya melihat reaksi histeris Hanah. Tadi bukannya dia yang bersikeras mau ke club malam? Sekarang tiba-tiba ciut begitu sang suami tahu. "Lo harus terus terang sama suami lo. Ingat, kalian udah bukan dua orang melainkan satu. Kalian sendiri yang ucapin janji nikahnya."
Hanah mendengus mendengar ucapan sahabatnya itu. Nasi sudah menjadi bubur, jadi dia akan menghadapi Sam nanti. Sesudah menaruh mic di atas meja, Hanah membuka tas lalu mencari handphone yang sedang berdering, tanda ada sebuah panggilan masuk.
Suamiku.
Nama yang tertera pada layar seolah bagai suara ketukan palu hakim yang menjatuhkan hukuman bagi narapidana. Jantung Hanah berdebar kencang. Dengan tangan bergetar, dia menerima panggilan masuk itu. "Ha-halo," ucap gadis itu tergagap. Dia berusaha tidak gugup, namun tubuhnya mengkhianati usahanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Behind Marriage (Completed)
RomanceBagi Sam, Hanah adalah alat yang ia perlukan untuk membuat kakek memilihnya menjadi penerus bisnis keluarga. "Buktikan pada kakek bahwa kamu bisa membentuk sebuah keluarga. Dengan begitu, kakek akan membuat kamu menjadi penerus satu-satunya bisnis k...