PROLOG
Seorang gadis muda, pertengahan 20an , kulit putih bersih dengan rambut di ikat mengenakan baju OK dan stetoskop di leher khas seorang dokter menyusuri koridor menuju ke ruangannya sambil sesekali tersenyum menyapa pasien dan suster disepanjang koridor Rumah Sakit.
"Iaaaa......Raniaaaaaaaaaaaa", terdengar suara teriakan nyaring dari ujung koridor membuat gadis itu menoleh mencari sumber suara
"Aneee kebiasaan banget teriak di RS, jaga wibawa lo masa dokter teriak teriak", kata Rania saat Ane datang menghampirinya
"Ngopi yukkk! Capek kan pasti abis jaga IGD semaleman" Ajak Ane penuh semangat
"Ne, dimana mana ngopinya tadi malemm, kalo sekarang ya maunya istirahat. Ini gue mau ambil barang sama ganti baju gue terus mau balik istirahat" jawab Rania sambil melenggang meninggalkan Ane
"Rania kebiasaan deh belum selesai ngomong udah ditinggaaaaall" dengus Ane kesal
Rania terus berjalan meninggalkkan Ane sambil melambaikan tangan tanpa menoleh sedikitpun ke sahabatnya sejak di bangku SMA dulu, siapa sangka dua sahabat ini kini sama sama menjadi seorang dokter di Ibu Kota.
Rania masuk ke ruanganya sambil sesekali meregangkan pinggangnya ke kanan dan ke kiri kemudian duduk di kursi singgah sananya sambil menatap layar handphone karena semalam pasien gawat darurat cukup banyak sehingga Rania sama sekali belum mengecek handphonenya.
Pesan : Ibu
Nduk, Rania kok susah sekali dihubungi nak? Lagi banyak pasien? Jangan lupa telfon ibu
"kangen ibu sih tapi kalo ditanya masalah nikah ampun deh, yaudah telfon aja kali ya" gumam Rania sambil melihat kontak ibunya.
"Halo nduk, assalamualaikum", suara lembut dengan logat khas jogja terdengar dari ujung telpon
"waalaikumsalam ibu, ibu sehat?"
"Sehat nduk, kamu gimana? Jangan capek capek lho nduk"
"Sehat juga bu, Rania ndak capek kok bu, enjoy aja disini "
"Nduk, kamu apa ndak kesepian di Jakarta sendirian? Kamu ndak kepengin apa kaya mbakyumu, Mba Risna itu anaknya udah 2 ini malah mau nambah 1 lagi, kamu apa ndak pengen punya anak lucu-lucu kaya Fahri sama Farah?"
"Nggih bu, doain aja semoga jodohnya deket. Yaudah ya bu Rania mau pulang dulu, capek habis jaga IGD. Salam buat bapak ya bu, Assa..."
"Raniaa, selalu begitu kalau ibu ngomog, apa kamu ndakmau nyoba ibu kenalkan sama anaknya temen ibu ?"
"Ibu, kan Ia udah pernah ngobrolin soal ini ke ibu dan bapak, sudah ya ibuku yang cantik jelita tiada tara Rania mau pulang dulu, Rania tutup nggih Assalamualaikum"
"Waalaikumsallam" sahut ibu Rania pasrah menghadapi putri kecilnya itu
Rania menarik nafas panjang setelah mendengar omelan ibunya yang selalu menyinggung soal pernikahan, siapa juga yang tidak ingin punya keluarga bahagia dan punya anak kembar segemas keponakanya Fahri dan Farah tapi seorang Rania Anjani Putri WIshaka memang cukup idealis memlih pendamping hidup.
Bagaimana tidak? Saat ini rasanya dia sudah memiliki segalanya, hidup yang mapan, tempat tinggal yang nyaman, kendaraan, keluarga yang mencintainya, sahabat yang baik tentu saja membuatnya menjadi seorang wanita mandiri yang memiliki standar cukup tinggi dalam memilih kekasih hati.
Setelah merasa cukup bersitirahat, Rania bergegas menuju parkiran mobil dan melajukan mobil sedannya menuju apartemen miliknya yang tak jauh dari RS tempat kerjanya, beruntung jalanan ibu kota hari ini cukup lengang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sisa Rasa - Kevin Sanjaya S
Любовные романыKisah tentang Rania Anjani Putri Wishaka, seorang dokter yang dituntut untuk segera menikah, namun masih ingin menikmati kesendiriannya. Siapa sangka ia dipertemukan oleh seorang atlet bulu tangkis nasional Kevin Sanjaya Sukamuljo melalui situasi ya...