Apakah Aku Harus Mundur

7.2K 411 25
                                    

Sudah ending di Kbm App
Akun kani_kani30
Judul Penyesalan Tiada Akhir

#Penyesalan_Tiada_Akhir
Part 11

Hendra turun dari mobil seraya menggendong Aura yang terlelap. Bermain dan membagikan makanan di perapatan lampu merah yang membutuhkan tenaga ekstra, membuat gadis itu kelelahan. Hingga tertidur di mobil pada saat perjalanan pulang.

Melewati ruang keluarga, Hendra menatap Mama Maya yang telah berdiri di depan pintu kamarnya. Lalu, melangkah mendekat seraya membenarkan posisi kepala Aura yang tiba-tiba jatuh dari bahu Hendra.

"Kamu nggak balik ke rumah sakit, Ndra?"

Hendra menggeleng.

"Kenapa?"

"Rani nggak mau ada Hendra di sana, Ma!"

Kerutan tipis di kening Mama Maya kian menebal. Mendengar pernyataan Hendra yang tidak ia mengerti.

"Hendra dan Rani, bukan lagi pasangan suami istri! Jadi, tidak mungkin kami berada di dalam satu ruangan."

"Memangnya kenapa? Toh kalian di sana hanya menunggui orang sakit. Nggak lebih!" Mama Maya mendecak kesal usai memberikan bantahannya pada Hendra.

"Mama nggak ingat siapa Rani?"

Mama Maya yang masih terlihat tidak puas dengan jawaban Hendra, mendadak bungkam mendengar pertanyaan tersebut.

"Lalu, jika Rani butuh sesuatu, siapa yang akan membantunya. Atau saat ia mencari makan, siapa yang akan menjaga Una?"

"Mama nggak usah khawatir! Hendra sudah mengurusnya."

Mama Maya mendesah. Meski ia tahu kesigapan dan cara kerja putranya. Namun, keraguan yang masih menggelayuti hatinya tak dapat ia pungkiri. Khawatir dan cemas, masih membayang jelas di wajahnya.

"OK! Biar mama yang menemani Rani di rumah sakit. Kamu urus Aura!" pungkas Mama Maya memberi solusi, tanpa meminta persetujuan Hendra.

"Mama ke rumah sakit?"

"Ya! Kalau sesama perempuan, tentunya Rani tidak keberatan." Dengan yakin, Mama Maya membalikkan tubuh dan berjalan menuju kamar.

"Mama, ke rumah sakit sekarang?"

Mama Maya mengangguk, seraya melanjutkan langkahnya yang tertahan.

Setelah bayangan Mama Maya hilang di balik pintu, Hendra bergegas naik ke lantai atas. Menapaki satu persatu anak tangga dengan puncak hidung yang tak henti menyesap lembut pipi si putri tidur.

Sesampainya di depan kamar, menggunakan siku Hendra menekan gagang pintu dan mendorong dengan tungkai panjangnya hingga terbuka lebar. Lalu, melangkah mendekati ranjang king size yang terdapat di tengah ruangan.

Perlahan, Hendra duduk di bibir ranjang. Dengan hati-hati, ia memindahkan tubuh mungil yang terlelap di gendongan ke atas kasur berlapis seprai putih polos. Di sana, Aura yang terlihat nyaman dengan tempat tidur nan lapang bergerak bebas mencari posisi. Hingga tanpa sadar, tangannya meraih guling dan memeluk erat. Hendra yang melihat pemandangan tersebut, tersenyum haru.

Puas menikmati senyum Aura yang tertidur pulas, Hendra bangkit dari duduk. Tak lupa, ia melepaskan kerudung instant yang membungkus rambut hitam legam putrinya. Lalu, merapikan selimut demi melindungi tubuh mungil itu dari hawa dingin yang keluar dari mesin pendingin udara.

"Tidur yang nyenyak sayang!" Sebelum memastikan beranjak dari hadapan Aura, Hendra menyempatkan diri untuk saling menempelkan kepala. Seakan menjadi candu, Hendra tak mau berhenti dan tidak mau lepas dari kegiatan barunya. Lagi dan lagi, tanpa bosan ia mendaratkan kecupan sayang di ubun-ubun dan pipi anaknya. Hingga erangan sang putri membuat ia tersadar dan segera menghentikannya.

Penyesalan Tiada Akhir (Jandaku)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang