Rumah

53 6 0
                                    

Naruto dkk. punya om Kishi, saya cuma pinjam.

.

Sasuke. Naruto.

.

.

Sekadar mengingatkan bahwa AU ini sangat Gaje, Ngawur, dan Aneh.

Kalo gasuka, Skip aja MaFren.

.

Selamat Membaca!

.

.

.

Sasuke Uchiha berdiri sendirian di sudut taman. Tangan kanannya sibuk dengan ponsel, sedang tangan kirinya memegang kantung plastik berlogo salah satu minimarket besar di Konoha. Sasuke memasukkan ponselnya ke saku celana saat suara bocah laki-laki terdengar memanggilnya. Suasana taman cukup ramai sore ini, namun Sasuke dengan mudah menemukan bocah berambut separuh hitam separuh pirang yang kini berlarian menuju padanya. Kedua tangan mungilnya memegang es krim.

"Abang, Ayah sudah bilang jangan lari-lari", Naruto Namikaze kini berdiri di hadapannya. Sasuke tersenyum mendapati bocah kecil dihadapannya kini merengut kesal.

"Tapi Ayah, kita harus cepat-cepat sebelum es krimnya mencair", si bocah bersungut-sungut.

Sasuke tergelak, menepuk kepala si bocah penuh kasih sayang. Naruto menggerutu kesal, mengatakan bahwa bocah itu terlalu banyak beralasan. Si Bocah lalu menyerahkan salah satu es krim di tangannya pada Sasuke.

"Papa, tolongin Abang bawa ini satu ya", mata si bocah berkedip-kedip lucu, merayu Sasuke. Sasuke kembali tergelak, meraih es krim yang disodorkan padanya. Si Bocah kemudian berjalan riang di depan, memimpin langkah dua pria dewasa di belakangnya.

Sasuke menatap Naruto yang berjalan di sebelahnya, kedua tangan pria itu membawa es krim. Mata biru pria itu fokus mengawasi bocah kecil di depan mereka. Sesekali mengingatkan bocah itu untuk berhati-hati dan tidak berlari. Si bocah sibuk menjaga es krimnya agar tidak jatuh, sesekali melotot pada ayahnya yang terus mengomel.

Sasuke tersenyum kecil, teringat kembali saat pertama kali Naruto mengenalkan bocah itu padanya.

Dahulu, Sasuke benar-benar telah dibutakan rasa benci. Sasuke sangat ingin membalas dendam, tapi objek balas dendamnya sudah meninggalkan dunia. Maka Sasuke menghabiskan hidupnya bersama minuman keras, memaki kakak sialannya yang telah merenggut nyawa orang tuanya.

Setelah orang tuanya meninggal, Sasuke berubah menjadi sosok yang mengerikan. Naruto tentu saja mencoba menghentikan Sasuke yang terus merusak tubuhnya, dan sesekali bahkan mencoba mengakhiri hidupnya. Naruto mengatakan bahwa dia mengerti perasaan Sasuke, dan berharap Sasuke mau memaafkan kakaknya karena Naruto yakin itu semua hanya kesalahpahaman. Tapi Sasuke menolak percaya. Naruto masih memiliki keluarga yang lengkap, bagaimana mungkin Naruto mengerti mengenai perasaannya? Sasuke memakinya hari itu, membuat Naruto melemparkan senyum pahit padanya, dan berhenti mencoba menghentikannya.

Sasuke tidak merasa lebih baik saat Naruto berhenti mendatanginya, hidupnya justru semakin kacau. Kemudian di suatu hari, beberapa minggu setelah Sasuke mendorong Naruto pergi, Uchiha Obito datang menemuinya. Menjelaskan kebenaran mengenai tewasnya orang tua dan kakaknya. Sebelumnya dikatakan bahwa kemungkinan besar kecelakaan itu terjadi karena Itachi sengaja mengendarai mobilnya menuju jurang, bunuh diri. Namun, setelah diselidiki lebih lanjut, rupanya Itachi diracun sebelum mengendarai mobilnya. Diduga kuat Itachi meninggal sebelum mobil yang dia kendarai bersama orang tuanya itu menabrak pembatas dan jatuh ke jurang. Polisi telah berhasil menangkap pelakunya dan meminta Sasuke untuk datang ke kantor polisi sesegera mungkin.

Sasuke menangis, untuk pertama kalinya setelah kecelakaan itu terjadi. Naruto benar, ini semua hanya kesalahpahaman. Kakaknya tidak bersalah, Kakaknya hanya korban. Sasuke mengusap air matanya dengan kasar, berlari meninggalkan Obito yang berteriak memanggil namanya. Sasuke mengetuk pintu rumah Naruto dengan tidak sabaran, seorang pria membuka pintu dan mempersilahkan Sasuke masuk. Pria itu, yang Sasuke tau adalah Ayah Naruto, mengatakan bahwa Naruto tengah menjemput putranya di Playgroup. Sasuke terkejut, tentu saja. Sejak kapan pula Naruto punya seorang putra. Sasuke menatap Ayah Naruto penuh tanya, Pria tua di hadapannya tersenyum.

Hari itu, akhirnya Sasuke mengetahui segala kebenaran tentang Naruto. Orang tua yang Sasuke pikir adalah orang tua Naruto, ternyata hanyalah kepala pelayan di rumahnya. Orang tua serta Kakak Naruto meninggal dalam kecelakaan mobil, dikarenakan supir mereka yang mengonsumsi Narkoba sebelum berkendara. Putra Naruto yang dimaksud, adalah anak dari supir mereka, Naruto berniat mengadopsinya. Sasuke benar-benar merasa malu, akan sikapnya yang menjijikkan. Maka, saat Naruto datang 5 menit kemudian, Sasuke bergegas memeluknya, meminta maaf, dan mengadu bahwa kakaknya tidak bersalah. Naruto balas memeluknya, menenangkan Sasuke, mengatakan bahwa Sasuke masih memiliki dirinya. Hingga kemudian suara tangis seorang bocah laki-laki mengalihkan perhatian mereka. Naruto segera melepaskan pelukan Sasuke dan bergegas menggendong putra kecilnya.

Sasuke tertegun sejenak, kala bocah berambut belang itu menatapnya marah dengan air mata berlinang. Naruto mencoba menjelaskan bahwa Sasuke adalah temannya, dan Sasuke tidak akan membawa Naruto pergi. Si bocah yang awalnya ragu, kemudian mengulurkan tangannya pada Sasuke. Sasuke melangkah maju tanpa dia sadari. Tangannya yang besar, merangkum tangan kecil yang terulur padanya. Kemudian, lagi-lagi tanpa dia sadari, sudut bibirnya terangkat. Naruto yang berdiri membelakangi Sasuke, masih mencoba membujuk si bocah, tanpa tau bahwa Sasuke kini telah sepenuhnya jatuh cinta pada bocah kecil di hadapannya.

Sebuah tepukan di pundak kemudian menyadarkan Sasuke dari kenangan masa lalu. Naruto tengah tersenyum padanya, menanyakan apakah dia baik-baik saja. Sasuke baru menyadari bahwa mereka telah sampai di tempat tujuan. Gadis kecil berkaca mata tengah melompat-lompat di depannya. Sasuke tertawa kecil sebelum menyerahkan es krim yang dipegangnya.

"Abang! Jangan lari-lari!"

Sasuke melihat si bocah berambut belang yang merengut tidak suka. Bocah kecil berambut pirang yang tengah duduk manis bersama si gadis kecil berkacamata, menatap polos si bocah berambut belang. Gadis kecil lain nampak duduk tenang menikmati es krimnya di pangkuan wanita berambut merah muda. Naruto menghela nafas pasrah, sadar bahwa putra sulungnya akan segera menangis.

"Abang, sini sama Papa!"

Sasuke mengulurkan tangannya, membuat si bocah menelan kembali tangisannya. Si bocah berambut belang kemudian berjalan lesu menghampirinya. Sasuke membawa si bocah ke pangkuannya.

"Abang, Bunda ngga marah sama Abang. Kalau Abang lari-lari, Kakak Sarada, Kakak Boruto, dan Adek Hima bisa ikut lari-lari. Abang ngga mau kan kalau adek-adeknya Abang jatuh?"

Si bocah berambut belang menggeleng lemas. Bocah itu meminta maaf kepada Sasuke, kemudian berjalan menghampiri bundanya yang tengah menggendong bayi mungil berambut hitam.

"Bunda, Abang minta maaf ya.."

Si Bocah berambut belang memeluk kaki wanita yang dia panggil Bunda. Wanita itu lantas menyerahkan bayi di gendongannya pada Naruto, untuk kemudian memeluk si bocah berambut belang dan meminta maaf karena telah membentaknya.

Sasuke tersenyum tulus, menatap Naruto yang kini tengah menimang bungsu Uchiha. Keluarga yang telah direnggut darinya dan Naruto, kini telah mereka dapatkan kembali. Kebencian yang menggerogoti hatinya, telah berhasil Naruto musnahkan. Rasa sepi yang menghantui kehidupan Naruto, telah berhasil Sasuke singkirkan. Bersama, mereka telah berhasil menjadi rumah bagi satu sama lain.

.

.

.

END

.

gitu aja.

.

.

Sekian dan terimagaji.

kritik dan saran diterima.

alafyu MaFren

RumahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang