brughhh !!
Kana yang lagi fokus ke hape langsung kaget dan noleh ke arah jendela. Malem-malem kayak gini Zeno mau ngapain dateng ke kamarnya?
Patut di curigai. Kana berdiri dan menghampiri Zeno untuk membukakan pintu untuknya. Muka Zeno di tekuk kayak ikan asin yang lagi jemur di teriknya sinar matahari. "Kenapa muka lu?" tanya Kana, membiarkan Zeno masuk terlebih dahulu. Setelah itu Kana kembali menutup pintu. Udara malam ini sangat dingin euy, nggak tahan kalau diem di luar.
Kana duduk di sisi ranjang yang masih kosong. "Kenapa hum?"
"Kevan di beliin kinderjoy, gw kagak" pernyataan itu sontak bikin kana tepuk tangan heboh.
"Bhaks!! Ahaha!" tawanya pecah, membuat Zeno semakin menekuk ekspresi wajahnya. "Haha, sorry-sorry oke?? Lagian sih elu. Kek bocah aja rebutan kinderjoy!" Kana menahan suara kikikkan tawanya.
"Tapi kinderjoy enak Na" dengus Zeno. Kana masih berusaha menyembunyikan suara tawanya, takut kalo si Zeno malah makin ngamuk. Kana nunjuk ke pangkuan Zeno dengan ekspresi bertanya. 'Boleh?' Zeno yang ngerti kode dari Kana langsung ngangguk dan bawa Kana kedalam pangkuan nya. Mereka saling berhadapan satu sama lain, posisi Kana yang paling tinggi sekarang. Jari-jari lentiknya menangkup dan mengusap rahang tegas Arzeno Daeswara.
"Ralat, gw lebih suka lo senyum senyum kek orang gila dari pada murung kayak gini" ia berujar, masih menggerakan ibu jari nya untuk sekedar mengusap rahang dan pipi Arzeno. "Ayo, mana senyum nya?"
Melihat Arkana berubah menjadi soft kayak gitu, jelas Zeno nggak bisa nahan buat tersenyum lebar di depannya. "Nahh gitu dong! Baru pacar gw" Kana terkekeh kemudian memeluk leher Zeno.
Aneh, padahal dulu Kana liat kehadiran Zeno aja bikin dia emosi mau ngumpat ini itu, dan juga nih kalo perlu Kana rela pindah rumah. Tapi sekarang, rasanya itu mustahil. Belum . . Kana belum sepenuhnya mencintai Zeno. Ia hanya 'menjalankan' Kana mau minta maaf kalau sampai Zeno tau tentang perasaan nya yang masih abu-abu. Tapi, Kana memang merasa nyaman dengan pria manja satu ini. Cinta kapan datang? Kalo itu datang pasti gw makin sayang sama makhluk bentukan kayak Arzeno - Arkana Abinaya.
"Ngantuk?" tanya Zeno yang merasa tidak ada lagi pergerakan dari Kana. Kana mengangguk pelan dengan matanya yang sudah terpejam. Zeno menggeleng heran, menepikan guling-guling yang berserakan di kasur. Pelan-pelan Zeno menidurkan tubuh kecil Arkana. "Tidur yang nyenyak oke?"
"Heum, iya" Kana bergumam, membiarkan Zeno menyelimuti tubuhnya. "Tidur disini Zen"
"Lah emang gapapa?" Zeno mengerutkan keningnya. Di balas dengan anggukan oleh Kana. Senyum terpatri di wajah tampan nya, Zeno langsung ngambil posisi tidur di samping Kana. "Mama lo gak bakal marah kan kalo nemuin gw disini?"
"Mama suka lo, dia lebih milih marahin anaknya dari pada tetangga kesayangannya" dengus Arkana.
"Pfftt, i know" Zeno terkekeh. "Baby?"
"Hum? Apa?"
"Sleep well, ily" Zeno mengecup ringan kening Arkana. Wajah si empu langsung merona dan sebisa mungkin dia tidak menunjukan hal itu. Menutupi sebagian wajahnya dengan selimut.
"Ily too, Arzeno"
-
"Janur? Aa kamu kemana? Kok belum sarapan?" pagi-pagi gini seisi rumah keluarga Yuda Genandra langsung di hebohkan dengan suara Mama yang melengking nyaring.
Januar ngangkat bahunya. "Gak tau Mah, kan aa emang suka ngebo" entengnya. Mama menggeleng heran.
"Yaudah, Mama susul dulu"
KAMU SEDANG MEMBACA
[ ✔ ] Arzeno ; nomin
Teen FictionDia datang di waktu yang tidak tepat. Memberikan secercah harapan baru dan kehidupan yg baru pula. Memberanikan diri untuk terjun ke dalam jurang hitam yg gelap, tiada jalan untuk keluar. Seolah hantaman besar datang, dia malah keluar setelah apa ya...