Bully

1.7K 91 4
                                    

Faisal tengah grogi sekarang karna hari ini masing-masing dari anak-anak yang sudah ikut prakerin harus memimpin sebuah rapat dan ini bukan rapat biasa melainkan sebuah rapat yang benar-benar penting bagi perusahaan.

Hal ini di lakukan oleh pak Abraham untuk mengecek perkembangan dari setiap anak-anak yang sudah melakukan prakerin hampir 1 bulan di sini.

"Ahk..papa kenapa sih, kasih presentasi ke para bocah ingusan itu" gumam Faisal dalam hati.

Faisal benar-benar tak bisa percaya dengan keputusan sang ayah karena Faisal berpikir jika anak-anak tersebut mengacau maka perusahaan ini akan hancur.

Faisal terus bolak-balik hatinya benar-bebar tak tenang dan otaknya tak singkron iya khawatir jika Aksa mengacau di sana.

Iya sadar bahwa hampir 1 bulan ini iya sama sekali tak mengajari Aksa dengan benar bahkan yang ada iya malah menyiksa nya dengan kejam.

Ceklek!// Suara pintu terbuka.

"Faisal ayo, yang lain sudah menunggu " ucap Adeline mengagetkan Faisal.

"Ok.." balas Faisal singkat.

Setelah itu Faisal membuntuti Adeline ke ruang meeting iya menatap ke arah Aksa lekat namun iya merasa aneh ketika melihat Aksa yang sangat tenang.

Pak Abraham membuka meeting dengan mengucapkan salam, di sambung oleh Adeline setelah itu rapat di buka.

"Del yang ikutan cuman 3 anak doang yah?" Tanya Faisal ketika yang datang hanya 3 anak.

"Iya sisanya masuk gelombang 2 dan 3"

Faisal bergumam kenapa Aksa tak mendapatkan gelombang 3 saja setidaknya dia masih bisa mengarkanya dalam hal-hal basic.

2 anak sudah melakukan presentasi dengan hasil yang kurang dapat terlihat pada ekspresi para kolega, Pak Abraham mu menatap Alisa dan Oliver lekat hal ini membuat Faisal semakin takut.

Setelah itu tiba giliran Aksa, iya berdiri dari bangkunya memberi salam dan mulai melakukan presentasi dengan menggunakan bahasa inggris.

Seisi ruangan terkagum terutama para kolega yang tidak harus menggunakan translator lagi, bahasa Inggris Aksa sangat lancar iya seperti penutur asli.

Aksa juga menjelaskan presentasi dengan pasih tanpa ada kesalahan, setelah selesai semua yang ada di dalam ruangan bertepuk tangan dan nampak raut wajah bahagia tergambar dari wajah Pak Abraham.

Faisal menarik napas panjang akhirnya iya lega, iya sudah pasrah jika hari ini iya akan di hajar oleh sang ayah namun takdir berkata lain.

Meeting selesai mereka pun keluar dari ruangan, Aksa terus di berikan apresiasi karena iya mendapatkan point yang cukup besar sehingga Pak Abraham ingin Aksa menjadi contoh bagi anak-anak lain termasuk juga para staf.

"Kamu benar-bebar hebat" puji Pak Abraham.

"Semua ini tidak ada apa-apanya tanpa bantuan Pak Faisal" balas Aksa.

Faisal yang mendegar itu bukanya senang iya malah merasa perkataan Aksa adalah sarkas untuk dirinya.

Pak Abraham memeluk Faisal erat iya tahu putranya dapat menjadi seorang pembimbing yang sangat baik sesuai ekspetasi nya walau kenyataanya berbeda jauh.

Aksa merasa bersyukur walau dia tak mendapatkan pelajaran dari Faisal namun iya belajar secara otodidak sehingga iya mampu menagani hal ini.

Setelah meeting selesai semua orang pergi untuk bekerja kembali termasuk Aksa, Aksa kembali ke ruangan saat tiba iya susah melihat sosok Faisal yang menatapnya tajam.

PKLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang