"Dok, apa yang terjadi dengan istri Saya?" Tuk pertama kalinya Alfariel berani mengakui Revisha sebagai istri, selama ini kemana saja?
"Apa Anda tidak mengetahuinya?"
Alfariel mengernyitkan dahinya bingung lalu menggelengkan kepalanya.
"Pasien mengidap kanker paru-paru dan sekarang sudah memasuki stadium empat."
Alfariel terdiam, bagaimana mungkin Revisha memiliki penyakit itu? Selama ini ia selalu baik-baik saja, ia tau pertahanan tubuh Revisha memang lemah tapi ia tak tau jika hal itu ternyata ada kaitannya dengan sebuah penyakit. Apa keluarganya sudah tau? Kenapa tak ada yang memberitahunya?
Alfariel berjalan gontai memasuki ruangan, menatap seorang gadis yang tengah berbaring diatas ranjang rumah sakit dengan macam-macam alat yang menempel pada beberapa bagian tubuhnya. Tuk pertama kalinya Alfariel mampu menangisi seorang perempuan, ia meraih tangan Revisha yang terbebas dari infusan. Menggenggamnya dengan begitu lembut.
"Sha, aku di sini," bisiknya begitu dekat dengan wajah Revisha yang terlihat pucat. "Selamat ulang tahun, Sayang. Maaf, aku telat ngucapinya. Aku punya banyak hadiah buat kamu, ayo bangun dan kamu akan mengetahui bagaimana perasaan ku saat ini. Aku mencintai mu, Revisha."
Alfariel langsung berbalik dan berlalu ke luar, ia tak tahan jika harus melihat Revisha seperti itu. Ia ingat bau yang tak asing saat masuk ke dalam kamar Revisha adalah bau obat-obatan. Merengut rambutnya dengan kasar, Alfariel kesal pada dirinya sendiri karena selama ini yang ia pikirkan hanyalah perasaannya tanpa peduli bagaimana perasaan dan keadaan Revisha.
-o0o-
"Kita akan menindak lanjuti pengobatannya setelah pasien sadar," ucap Sang Dokter lalu pergi.
Alfariel beserta kedua keluarganya hanya diam di dalam ruangan, para sahabat Alvaro, juga Via dan Aris ada di sana, menunggu Revisha segera sadar. Sepertinya, Tuhan mendengar doa mereka. Revisha membuka matanya yang ia lihat tuk pertama kalinya adalah Alfariel tengah menatapnya dengan begitu lembut dan seukir senyuman yang menyiratkan kesedihan.
Revisha tau pasti bahwa Alfariel sudah mengetahuinya, itu sebabnya Alfariel memberinya ekspresi seperti itu. Revisha tidak mau seperti itu, yang dia inginkan adalah ketulusan. Alfariel tidak mencintainya setidaknya jangan mengasihani nya.
"Ka-Mamah." Niatnya memanggil Alfariel teralihkan kala melihat ibunya menghampiri lalu memeluknya.
"Kenapa kamu gak pernah bilang, Sha?"
Revisha tersenyum lemab sebelum menjawab. "Aku gak mau bikin Mamah sama Papah kepikiran, kalian harus fokus buat nyari Kak Shofia."
Farras yang mengusap puncak kepala Revisha pun ikut menangis, ia sadar bahwa selama ini yang ia lakukan hanya fokus pada pencarian Shofia tanpa sadar sudah mengacuhkan anaknya yang selalu ada di sisinya. Sekarang, yang terjadi malah seperti ini. Dia orangtuanya tapi tak mengetahui apapun tentang anaknya.
"Kak Shofi," panggil Revisha membuat Shofia langsung memeluknya.
"Maaf!"
Revisha menggelengkan kepala, kakaknya tidak salah. Dia yang salah karena sudah jatuh cinta pada Alfariel dan merebutnya, padahal Alfariel hanya mencintai Shofia.
Bukan maksud Shofia meminta maaf mengenai Alfariel, ia meminta maaf karena dirinya orangtuanya harus mengabaikan adiknya.
"Kak Al," panggil Revisha membuat Alfariel mendekat dan menggenggam sebelah tangannya.
Bagaimana pun Alfariel harus mengatakannya semuanya, ia tidak boleh ragu ataupun malu. "Sha, aku-"
"Maaf! Ruang operasi sudah siap!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Anything for You
Teen FictionRevisha yang mencintai Alfariel terpaksa harus menerima perjodohan yang dilakukan oleh kedua orangtuanya dengan orangtua mereka karena kenyataan membangunkannya bahwa cinta Alfariel bukan untuknya melainkan untuk kakaknya. Ia memang mencintainya tap...