36

58 5 0
                                    

Setelah mendengar penjelasan Qinan, Yasfa mengerti orang ynag ia cerita selama ini adalah Zayyin. Ntah apa yang ia rasakan. Rasa tidak terima, atau amarah.

Ia hanya tersenyum tipis dan menampakkan senyuman palsunya kepada Qinan dan Zayyin.

"Beruntung banget Lo Qin,"

Qinan mengernyitkan dahinya."yang harusnya beruntung Zayyin lah."

"No, yang beruntung tuh Lo, pak zay... Eh maksud gw Zayyin ini masyallah banget sih. Gw bahkan denger pertama kali Zayyin datang ke RS, banyak banget pegawai disana yang ngomongin Zayyin."

Zayyin hanya terkekeh mendengar pernyataan Yasfa.

Qinan menyilang kan kedua tangannya didada.

"Gw juga kali sayangnya aja langsung gw sikat tuh orang-orang biar gak berani ngeliat gw," ketus Qinan.

"Hahah liat zay, nih orang pedenya masyaallah,"

"Sejak kecil pun seperti itu,"

"Yayay ketawa sepuas kalian."

Mereka tampak puas menertawakan Qinan.

"Btw gw duluan ya, masih ada kerjaan," pamit Yasfa.

"Buru-buru banget Lo kan baru datang?"

"Mau gimana lagi kan pekerjaan banyak banget hari ini,"

Qinan mengiyakan.

"Assalamualaikum,"

"Walaikumussalam wr.wb," ucap mereka serempak.

Yasfa keluar dari rumah yang lumayan megah dan luas.

"Selamat ya gw bersyukur Lo udah nemuin kebahagiaan Lo lagi," Batin Yasfa.

"Bisa-bisanya kamu bohongin saya seperti ini?" Zayyin tak terima pasalnya hanya agar tidak terlambat Zayyin rela meninggalkan pekerjaan pentingnya.

"Kalau gak gitu, Lo gak bakal kesini kan."

Zayyin mengangguk paham maksud Qinan.

"Gw bahahia, benar-benar bahagia atas senyuman Lo didepan gw," batin Qinan.

-
-
-
-
-

Dua hari berlalu mereka telah menjalankan pertunangan dan akan segera menuju pelaminan, terlihat jelas pada raut wajah mereka masing-masing betapa bahagianya mereka, sekian lamanya menyembunyikan perasaan, berjuang hingga kini mereka akan tinggal bersama.

Adibah tengah membantu Qinan mencoba pakaian yang akan akan di pakai untuk pernikahan.

"Dib?"

"Iya teh?"

Qinan tampak terdiam beberapa saat.

"Sorry ya,"

Adibah mengerti maksud dari Qinan.

"Gapapa atuh teh, lagi pula yang lalu biarin aja berlalu sekarang ya sekarang saya seneng banget sekarang liat teteh lagi, bisa ngomong sama teteh lagi."

Qinan memeluk Adibah, betapa bersyukurnya ia mempunyai sahabat yang sangat mengerti dirinya.

"Eh gimana cantik gak pakaian gw?"

Adibah memberika dua jempolnya.

Qinan sangat amat bahagia, setelah melewati kesedihan yang amat menyakiti nya akhirnya kini ia akan dipinang oleh seorang pria yang tak pernah ia sangka akan menjadi jodohnya.

Qinan keluar dari ruang ganti.

Qinan yang berjalan mendekati mereka yang menunggu diluar, membuat terciptanya senyuman bahagia dan kagum.

"Bun... Ko masih kecil dinikahin sih Bun?" Ucap Salman.

Qinan melihat sinis abangnya yang tak terima jika didahului menikah.

"Iri? Bilang boss...wlee.."

"Bukan iri cuman kasian sama Zayyin harus bawa bayi manja gini tinggal bareng dia nanti,"

"Bundaaa," rengek Qinan.

Dinah terkekeh mendengar pernyataan Salman.

"Sudah-sudah kalian ini sudah besar masih saja ribut," lerai Wisnu.

Ditempat yang sama namun diruangan berbeda, Zayyin sudah memakai pakaian yang akan ia kenakan.

"Masyaallah ya, sudah lama.kamu menanti ini. Sejak kamu dipertemukan kembali dipesantren hingga ia pergi dan sekarang sebentar lagi kamu dan dia akan tinggal bersama,"

Zayyin mengancing pergelangan tangannya, mengingat itu membuat Zayyin terus tersenyum. Betapa lucunya. Ketika ia ikhlas mendengar Qinan akan menikah dengan orang lain tapi ternyata sekarang ia yang akan menjadi pendamping nya. Jodoh memang tidak ada yang tau dan tak pernah kita sangka.

"Terimakasih ya, kamu sudah menyimpan rahasia ini," ucap Zayyin

"Kenapa atuh harus bilang makasih, ada-ada aja."

Disisi lain Yasfa yang tengah duduk diruang kerjanya menatap kosong laptopnya.

Sedangkan seseorang yang berdiri sedang menjelaskan panjang lebar tak dihiraukan Yasfa.

"Pak?"

"Eh iya gimana tadi?"

Seseorang itu tak berani berkata apapun karna Yasfa adalah bosnya. Ia akhirnya pamit keluar ruangan karna ingin membiarkan Yasfa untuk sendiri.

"Kenapa? Harusnya gw kan yang nikah sama Lo? Selama ini gw nunggu hati Lo sembuh dan bisa Nerima gw kenapa gak sesuai ekspektasi gw?" Bisiknya.

"Arghh!!"

Ia mengepalkan tangannya hingga urat-urat pun nampak dilengannya. Sia-sia selama ini ia menunggu Qinan.

Teringat kembali pada saat Qinan tak menampakkan sedikitpun senyuman diwajahnya, wajahnya begitu pucat dengan rasa sakit yang ia rasakan dulu.

Flashback on

"Lo gapapa?" Tanya Yasfa di sebuah taman Yang ada ditempat kuliahnya.

"Gapapa santai aja," Qinan menunjukkan senyuman palsunya.

"Lo masih inget sama masa lalu Lo?"

Qinan tak bisa berbohong karna Yasfa mengetahui itu, memang sebenarnya Qinan tak ingin menceritakan nnya. Tapi ia juga tak bisa terus memendam rasa sakitnya.

Qinan kembali menangis dan menangis, ntah berapa banyak air mata yang sudha ia keluarkan.

"Kenapa sih gw gak berhak bahagia,"

"Qin?"

Qinan menatap yasfa.

"Kalau Lo terus-terusan gini, gimana Lo bisa bangkit, masa lalu biar masa lalu sekarang lo harus buka lembaran baru."

"Astaghfirullah yaallah," Qinan menyeka air matanya.

"Udah ya gak enak ingus lo keluar Mulu," ledek Yasfa.

"Bener-bener ya Lo," akhirnya Yasfa berhasil membuat Qinan menampakkan senyuman aslinya walaupun sesaat.

Flashback off

***

Jangan lupa vote dengan tekan bintang dan tinggalkan jejak dengan komen^^

jodoh tak disangka [Tahap Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang