"katanya cowok, masa ditinggal musuh nangis?"
~Bryan Orlando
•EVANESCENT•
Hujan deras mengguyur ibukota membuat sosok gadis yang tengah berjalan ditrotoar mau tidak mau berteduh di halte terdekat. Mengibas rambut dan seragamnya yang sedikit basah lalu mengusap kedua tangan karena ia kedinginan.
Menatap langit yang gelap diterangi cahaya kilat menyambar. Tersenyum tipis lalu duduk dihalte tersebut dan memeluk dirinya sendiri. Matanya menatap kosong kebawah. Ucapan sosok Joshua berputar terus-terusan diotaknya.
"Bodoh banget lebih pilih uang daripada sahabat,"
"Gue nyesel pernah suka sama lo!"
Matanya memejam membuat cairan bening turun begitu saja dari pelupuk matanya. Tidak ada yang pernah mengerti perasaan dirinya. Mereka tidak tau apa yang terjadi padanya. Apa yang terjadi pada keluarganya. Mereka juga tidak tau kalau sebentar lagi ia tidak akan muncul lagi disekolah. Karena beasiswanya dicabut, dengan alasan telah membuat rumor dimading dan ikut serta menculik sosok Eva.
Mengingat hal itu membuat dirinya sakit. Mau tidak mau, ia harus bekerja lebih keras lagi agar bisa menyembuhkan ibunya. Ia juga harus membiayai adiknya sekolah karena masih menginjak dikelas 8 SMP.
"Maafin gue Va," lirihnya lalu terisak samar dibawah guyuran hujan.
•EVANESCENT•
"Kak Bryan, kenapa secepet ini?"
Bryan menatap sosok Joshua datar. "lo mau Eva sembuh kan? Serahkan semua ke gue, gue bakal urus dia disana"
"Tapi kak——jangan secepat ini juga, gue masih mau sama Eva"
Bryan menghela. "lo sayang banget ya sama adek gue?"
Lelaki dihadapannya mengangguk jujur. Ia memang menyayangi musuhnya itu. Eh, apakah disebut musuh jika ia menyayanginya?
"Kalo lo sayang sama dia, biarin dia pergi sama gue. Biarin dia bahagia, karena kalo dia terus disini dia bakal semakin terluka. Lo mau dia terluka?"
Lelaki dengan tinggi 1,85 m itu mengusak Surai hitamnya. "gue gamau ditinggal lagi kak,"
Bryan tersenyum tipis. "katanya cowok, masa ditinggal musuh nangis?"
Joshua mengernyit. "Lo tau?"
Bryan terkekeh, "Taulah, gue kan kakaknya. Gue selalu mantau Eva dari jauh, jadi gue tau semuanya. Termasuk..."
"....penyakitnya"
"Kapan kakak berangkat?"
Lelaki dengan wajah seperti anak berandalan itu melirik arlojinya. "jam tujuh malem,"
Joshua melotot, "Kenapa malem berangkatnya?"
Bryan mengerutkan keningnya, "loh kenapa? Suka-suka gue lah!"
"Dih kok ngegas?!"
"Lah situ juga ngegas!"
"Anjir, kan lo duluan yang ngegas jingan!"
"Oh, ngatain?"
"Eh, ng-nggak! M-maksud gue eee"
Bryan tertawa. Sangat manis, jarang ia tertawa bahak seperti itu. Melihat tawa Bryan membuat Joshua speechless dan sedikit....kagum?
"Apa lo liat-liat gue gitu?! Gue masih normal ya!"
"Anjing, gue juga masih normal kali! Najis bat gue suka sama lo!"
KAMU SEDANG MEMBACA
•EVANESCENT✓•
Teen Fiction(Jangan lupa Follow sebelum baca, biar gk ketinggalan🤗) This my first story!! Pacaran dengan sosok setampan Saga memanglah tak mudah. Setiap mereka kencan selalu ada kendala. Entah itu dari sahabat masa kecil Saga, latihan basket lelaki itu, bahkan...