Bagi Teddy, tahta, harta, dan jabatan adalah nomor satu. Ia rela menghalalkan segala cara untuk mencapainya. Seperti saat ini, di kantor ada kesempatan promosi jabatan. Alih-alih mengumpulkan prestasi, Teddy lebih senang mengumpulkan "strategi". Pengambinghitaman persona sudah biasa dijalani. Penjilatan bokong atasan apalagi, sebuah hal lumrah yang selalu dieksekusi.
"Jadi orang jangan terlalu polos, Rubi. Zaman sekarang kita tak bisa menggapai impian tanpa katebelece orang. Pakailah ilmu katak. Injak kepala kanan, kiri, lalu "hap", lompat! Tibalah kita di pucuk jabatan. Kau harus mencontoh caraku," jelas Teddy kepada Rubi.
Mendengar hal itu, Rubi hanya tersenyum. Ia sama sekali belum tertarik dengan cara yang ditawarkan Teddy. Digumamkan "belum" karena Rubi tak pernah tahu apa yang akan terjadi di masa depan. Mungkin saat ini, ia masih mampu berprestasi dengan persaingan sehat, tetapi siapa yang bisa menjamin esok atau lusa ia akan mengambil jalan ninja untuk mendapatkan jabatan. Betapa hati manusia mudah terbolak-balik.
***
Siang itu langit biru tanpa awan.Tenggorokan Rubi meminta seteguk air es . Hawa panas yang makin membuat kering tenggorokan seolah bekerja sama menuntun laki-laki berkulit sawo matang ini menuju kantin. Namun, semua itu dapat dikalahkan oleh sebuah pemandangan. Rubi melihat sahabatnya menenteng sebuah plastik besar, mengendap-endap memasuki gudang penyimpanan berkas. Lorong gedung menuju gudang, lengang. Area ini memang jarang sekali dilewati orang. Paling-paling hanya petugas kebersihan yang lewat.
Rasa penasaran membawanya melihat apa yang akan dilakukan Teddy. Diam-diam Rubi pun menguntit di belakang. Setibanya di gudang arsip, Rubi bersembunyi di balik salah satu lemari. Posisi seperti ini membuatnya mudah memantau gerakan Teddy tanpa ketahuan. Dalam waktu kurang dari lima menit, Teddy sudah menumpahkan isi plastik tersebut. Suara cicit riuh rendah. Hewan-hewan kecil itu lari tunggang langgang tanpa tujuan.
"Ah, kalau sudah begini, Mbah Tresno Gunung Sindul pasti Bahagia. Aku telah menjalankan tugas dengan baik." Teddy bergumam sendiri seraya memasukkan sebuah benda ke salah satu tumpukan berkas. Rubi menajamkan penglihatannya. Apa yang diletakkan Teddy di atas berkas itu? Gumam Rubi dalam hati. Suasana di gudang ini membuat bulu kuduknya merinding. Teddy meninggalkan gudang dengan langkah ringan. Siulan khas Teddy bersenandung menerobos setiap celah lorong kantor.
Rasa ingin tahu Rubi sangat besar. Setelah yakin Teddy menjauh, ia pun memasuki gudang tersebut. Cicit tikus yang lalu lalang cukup membuatnya jijik. Tak habis pikir, bagaimana mungkin Cinderella bisa berkawan dengan hewan yang satu ini. Dasar dongeng! Dengus Rubi dalam hati.
"Ini dia arsip berkas yang tadi dibuka Teddy." Betapa terkejutnya, Ketika Rubi melihat sebuah boneka mini yang terbuat dari bahan belacu dihiasi beberapa jarum pentol. Tak ada yang lebih mengejutkan Rubi, selain menyadari di file siapa boneka itu diletakkan. Inikah ilmu katak yang Teddy pakai? Tak peduli siapa yang diinjak, siapa yang dikorbankan.
KAMU SEDANG MEMBACA
RUANG BAWAH TANAH
Ficção GeralKumpulan kisah dua tokoh, Rubi dan Hanah, tentang hal-hal yang mungkin terkadang tak muncul di permukaan, ataupun tabu untuk dituliskan. Hanya ketika berada di ruang bawah tanah, keduanya bebas menuliskan dan menceritakan apa saja yang mengganggu ra...