'Aku tidak tahu bagaimana semua ini bisa terjadi, tapi yang jelas saat aku membuka mata, aku sudah berada di sini. Di dunia antah berantah yang baru saja kusadari adalah sebuah dunia novel dari cerita yang sering dibaca adik perempuanku.'
Nike Anzio Sofaran adalah nama dari pemilik tubuh ini. Seorang kakak laki-laki dari antagonis pria. Seorang tokoh figuran yang akan mati di medan perang. Dan tokoh figuran yang menyisakan jejak kebencian besar di hati antagonis pria.
----🦋----
Semuanya terjadi begitu saja diluar kendali Egi. Yang Egi ingat hanyalah adik perempuannya yang terlempar ke ujung trotoar dan truk yang melaju kencang menabrak dirinya. Sangat sakit saat itu, tubuhnya terpental keras dan dia mendengar teriakan histeris dari orang-orang di sekitar. Dia yakin dia pasti sudah mati saat itu.
Tapi sekarang, dia malah terbangun di kamar asing dengan memori orang lain di tubuhnya. Detik berikutnya dia langsung menyadari siapa dirinya saat ini.
"Apakah aku baru saja mati dan masuk ke dalam dunia novel? Jangan bercanda! Aku pasti sudah gila."
Dia bergumam sendiri. Berusaha menutup mata dari kenyataan yang ada. Sambil berharap bahwa semua ini hanyalah mimpi belaka. Yang mana dia bisa segera bangun dan kembali ke realita. Tapi kenyataannya tidak begitu, dia memang benar-benar masuk ke dalam dunia novel.
Keringat dingin mulai mengucur dari dahinya. Diikuti dengan telapak tangan dan kakinya yang ikut basah.
'Mustahil! Ini semua tidak mungkin terjadi!'
Egi yang sekarang ini berada di dalam tubuh Nike langsung merasa takut dengan keadaannya sendiri. Bagaimana bisa jiwanya masuk ke dalam tubuh orang lain yang bahkan sebelumnya hanyalah karakter fiksi.
'Benar. Mungkin saja saat ini aku masih tidur dan sedang bermimpi. Atau mungkin aku baru bangun dari koma selama bertahun-tahun karena kecelakaan dan adikku membawaku ke tempat ini untuk pemulihan. Aku... aku harus pergi mencarinya!'
Dengan sigap dia beranjak dari ranjang. Kemudian dia duduk sebentar di pinggiran, sebelum akhirnya berdiri secara perlahan untuk melangkah keluar ruangan. Tapi belum sempat dia sampai di pintu kamar, dia sudah dikejutkan dengan pantulan dirinya di cermin besar.
Tubuhnya mulai bergetar. Ekor matanya melirik ke arah cermin itu. Seorang remaja laki-laki kisaran 15 tahun berdiri mematung di sana. Siapa? Apakah itu dirinya? Ah, pasti bukan!
Ini tidak masuk akal. Egi mulai melangkah maju ke arah cermin itu dengan perasaan tak karuan. Dia ingin memastikan sesuatu. Dan benar saja, raut wajahnya langsung berubah horor. Pantulan itu persis seperti gerakannya. Dengan kata lain itu memang tubuhnya. Tapi, itu bukan dirinya. Itu adalah Nike. Nike Anzio Sofaran, kakak laki-laki dari antagonis pria.
PYARR!
Tak lama setelah itu, bunyi pecahan kaca terdengar nyaring di udara. Sampai penjaga dan pelayan di luar mendengarnya. Karena takut terjadi sesuatu dengan tuan mereka, akhirnya mereka bergegas masuk ke dalam kamar tanpa izin.
"Tuan Muda! Apa yang terjadi?"
Semua orang panik melihat situasi di dalam kamar Nike. Sebuah cermin besar pecah dan ada bercak darah menempel di sana. Sedangkan Egi yang sekarang ini berada di dalam tubuh Nike tersungkur di lantai dengan punggung tangan yang berdarah. Dia gemetar hebat sambil menunduk.
"Tidak mungkin ... ini benar-benar nyata?!" ucapnya lirih saat merasakan sakit di tangan kanannya.
Setelah itu para pelayan langsung membantunya berdiri dan segera membersihkan pecahan kaca yang berserakan. Sedangkan penjaga lainnya memanggilkan dokter untuk mengobati luka di tangan Nike.
Tak lama kemudian, seorang dokter sampai di kediaman Sofaran. Dan beliau segera mengobati telapak tangan kanan Nike dengan hati-hati. Sedangkan si empunya hanya diam saja saat tangannya mulai dibalut dengan perban.
"Tuan Muda Sofaran, saya harap Anda tidak akan melakukan hal berbahaya seperti ini lagi di masa depan. Untunglah kali ini lukanya tidak terlalu dalam," ucap pria tua itu yang memakai jas putih dengan tas coklat kotak berisi peralatan medis sederhana.
"... Baiklah."
Entah niat dari mana, tapi Egi menjawabnya. Untuk saat ini dia ingin semuanya segera selesai dan semua orang keluar dari kamar ini. Dia ingin menyendiri.
Tidak ada yang salah dengan hal itu. Entah setua apapun Egi, dia tetaplah syok dengan kenyataan ini. Jadi wajar saja jika dia perlu ruang untuk berpikir sejenak.
Pak tua itu menghela napas diikuti dengan senyuman tipis, karena saat ini dia merasa Nike bersikap aneh.
'Mungkin Tuan Muda sedang terganggu dengan suatu hal,' batinnya.
"Baiklah kalau begitu. Karena semuanya sudah selesai, saya izin pamit terlebih dahulu, Tuan Muda Sofaran."
Egi mengangguk. Lalu pria tua itu keluar, dan Egi pun menyuruh yang lain untuk ikut keluar juga. Dia mengatakan bahwa dia ingin istirahat dan mereka semua paham.
Bisik-bisik di antara pelayan terdengar sesaat sebelum pintu kamarnya tertutup. Tapi dia sudah tidak peduli lagi dengan hal itu.
Egi melentangkan tubuhnya di atas kasur. Tatapannya mengadah ke arah langit-langit ruangan. Dia masih tidak percaya akan hal ini. Apa ini nyata? Adalah pertanyaan yang sedari tadi melintas di otaknya.
'Bagaimana mungkin aku bisa bereinkarnasi ke dalam dunia novel?'
Kekecewaan mulai menyeruak masuk ke dalam hatinya. Dia berpikir bahwa dia telah gagal melakukan tugas untuk menjaga adik perempuannya sampai dia memiliki keluarganya sendiri. Dan dia juga merasa gagal menggantikan peran kedua orang tuanya yang sudah lama tiada. Sekarang, siapa yang akan menjaga adiknya?
"Aku lelah ...," gumamnya sambil menutupi mata dengan lengan kanannya.
Dia menangis. Seorang pria yang biasanya tangguh menghadapi terjalnya kehidupan kini tengah menangis dalam diam. Yang menandakan bahwa saat ini dia benar-benar sedang kacau.
Dan detik berikutnya, dia pun terlelap dalam mimpi.
.
.
.20/10/2021
Reflemoon
KAMU SEDANG MEMBACA
Become The Villain's Brother (REVISI)
FantasíaEgi, pria dewasa berumur 21 tahun baru saja bertengkar dengan adik perempuannya kemarin sore. Mereka bertengkar karena sebuah novel berjudul "The Reborn of Marquess". Adiknya itu terus-terusan membaca novel tersebut sampai dia lupa belajar. Karena i...