07. UNTUK HATINYA YANG PATAH

1K 67 6
                                    

[New version, luvv💙][ enjoy reading ]

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

[New version, luvv💙]
[ enjoy reading ]

ׁ ⊹ ₊ ©GuritaSalto_ ׁ ₊



Fana merah jambu menghiasi langit cerah, daun - daun layu berterbangan kesana kemari, kicauan burung terdengar merayap di langit indah. Liora meremas benda pipih nan canggih itu, netranya berkaca-kaca tatkala melihat foto profil WhatsApp mama.

Dirinya yang kecil dulu ternyata akrab bersama mama dan versi dewasa sekarang, ada setitik benci hinggap dihati. Jangankan Elyra, Aksara saja tidak ia beritahu keberangkatannya ke Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Dibandingkan mama, Liora merasa tenang bersama papa, hingar bingar bisik terjebak dibenak perlahan berangsur mereda.

Pria paruh baya datang, mendaratkan bokongnya di samping Liora.  Sebelah tangannya merangkul pundak, kacamata hitam bertengger dihidung mancung. Liora mendengar papanya menghela nafas panjang.

"Sejauh ini hubungan kamu dan Askara baik-baik saja, 'kan?" tanya Morgan, papa Liora. Ngomong-ngomong Aksara diterima dan dikenal baik oleh keluarga Liora, diberi kepercayaan sebab bukan sekali dua kali bertemu, Morgan merasa Aksara mentransfer energi baik untuk putri semata wayangnya. Sejak hubunganpernikahannya retak, Morgan jarang sekali bertemu langsung Aksara. Alih-alih chat dan video call lewat WhatsApp di waktu senggang.

Liora menggembungkan pipi, menolehkan kepala menatap papa dengan raut wajah menunjukkan kebahagiaan. "Baik, dong, Pa."

"Pertahankan ke depannya. Papa mau tahu, nih, planning kamu selanjutnya apa? Jadi nikah muda anak papa?" tanya Morgan lembut. Liora menyandarkan kepala dipundak papa.

"Liora berhak menentukan jalan hidup sendiri, 'kan?"

Morgan mengerutkan kening. "Tentu sayang, kenapa engga?"

Hati gadis itu menghangat disapu suara lembut Papa, dipanggil sayang, dipanggil anak papa. Setitik cairan bening jatuh, segera disekanya sebelum tertangkap basah. Perasaannya cukup sensitif kali ini, kemarin bertemu mama yang Liora dapatkan adalah goresan luka.

"Kemarin  ..., bukan, beberapa hari yang lalu Aksara ngelamar Liora, Pa." Ada jeda sejenak. Gadis itu menegakkan kepala. "Atas paksaan Liora karena takut dijodohin sama cowok lain, mama ngedesak Liora. Tapi, sejak mama mengaku mau nikah dan alasan dibalik papa dan mama cerai, Liora mutusin gak mau nikah, Liora mau lanjut study ke perguruan tinggi, urusan nikah belakangan," ucapnya tegas.

Morgan tersenyum tipis, mengusap pipi tirus anak gadisnya. "Good idea, papa setuju keputusan kamu. Papa juga mau tau alasan kenapa kamu gak mau nikah muda?"

"Takut takdir Liora berakhir sama kayak papa," cicitnya menundukkan kepala. "Kata orang, jodoh anak perempuan adalah cerminan orang tuanya."

Morgan terdiam membisu. Berakhirnya hubungan pernikahan berhasil membuahkan trauma hebat untuk Liora, putrinya. Segala rencana yang telah disusun rapi terpaksa hancur hanya karena sebuah ketidakharmonisan dari hubungan orang terdekat ternyata memberi pengaruh negatif yang luar biasa.

Rumah Ke Rumah Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang