41. Penyesalan

2.8K 289 21
                                    


Anin bergegas untuk sampai ke kelas sebelum ia dipertemukan dengan lelaki jangkung yang tanpa sengaja telah membuat Anin kacau kemarin.

Kakinya mengambil langkah besar. Ia terus berjalan tanpa mendengarkan beberapa decak kagum dari murid pria yang selalu menyukai penampilan Anin.

Padahal, hari ini ia hanya mengatur rambutnya begitu sederhana tanpa ulasan make up ataupun tambahan aksesoris lain selain jam di tangan kirinya.

Tap! Tap! Tap!

Langkahnya melambat saat ia menyadari akan melewati lorong dimana Galen dan teman-temannya sering berkumpul pada waktu sebelum pelajaran dimulai atau istirahat.

Matanya mulai menelusur jarak jauh berharap cemas dan tak menginginkan sebuah pertemuan di antara mereka.

Ia berhenti sejenak sebelum berbelok ke lorong yang ia maksud dan khawatirkan.

"Huft!"

"Kalo pun ketemu, muka tembok aja!"

"Anin, Lo pasti bisa!"

Ia menyemangati diri sendiri sebelum melanjutkan perjalanan ke kelasnya.

Ia sepertinya memang bukan gadis yang beruntung karena dugaannya tidak meleset. Mereka ada di sana. Tengah duduk di atas tangga yang harus Anin lewati.

Ia mengumpat kasar dalam hati. Sekali lagi menarik napas panjang, berusaha menenangkan diri.

Ia semakin dekat dengan orang-orang di sekitar Galen.

Meskipun tak menginginkan keberadaannya, ia tetap mencari posisi Galen agar tidak bersinggung tatap.

Anin menemukannya.

Pria itu tengah duduk di belakang Revan yang sedang asik beradu mulut dengan Aciel. Pria itu hanya terdiam sambil menunduk, tidak memperhatikan temannya yang lain.

Ya, memang begitulah Galen.

Seseorang mulai menyadari kedatangan Anin yang akan menaiki tangga melewati mereka.

"Pagi, pacar Galen," sapa Jordi dengan senyuman khasnya.

Anin terpaksa menghentikan langkah lalu menatap Jordi.

"Pagi, bapak Jordi. Bisa gak, nyapanya gak usah pake embel-embel?" Anin memaksakan senyum dengan usaha yang keras.

"Loh? Emangnya kenapa? Kan lo emang ceweknya Galen," serang Jordi disertai seringai liciknya. Tak lupa, ia melirik Galen yang juga belum tertarik dengan kedatangan seorang gadis yang tengah dekat dengannya.

Aciel yang tak mau kalahpun, mulai ikut terlibat dalam pembicaraan.

"Mungkin dia malu, karena gak pantes buat jadi pacar Galen," kekehnya menertawai Anin.

Bukan Aciel namanya jika tidak melemparkan kalimat pedas dan mengena pada Anin.

Gadis itu tak menanggapinya dengan serius, ia hanya merasa heran mengapa Galen mengabaikan keberadaan dirinya.

Apakah karena pernyataan cinta mendadak dari Anin membuat Galen tidak nyaman?

Ia menghela napas begitu berat sampai terdengar oleh yang lain. Hal itu tentu saja mendapatkan seruan heboh dari sekitarnya.

"Ternyata bener dugaan kita, mereka pasti lagi berantem," celetuk Jordi kepada Revan.

Sebenarnya, Revan sempat menanyakan hal yang tak pernah keluar dari mulutnya selama ia hidup yaitu penasaran dengan apa yang Galen lakukan.

Galen datang tanpa menjemput Anin yang notabenenya adalah kekasih yang selalu ia lindungi dan perhatikan.

Celah seperti itu menjadikan teman Galen semakin memanasi kelanjutan hubungan keduanya yang sempat membaik selama kasus pembullyan berlangsung.

Vous Me Voyez? ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang