Brian dan Aric bersikeras pada pendirian mereka, bahwa mereka tak akan pernah menyerah untuk menyelesaikan permainan dari psikopat itu. Mereka berdua yakin jika mereka akan menemukan mayat wanita itu tepat waktu.
Pak Kevin telah menyuruh semua bawahannya untuk menghentikan pencarian mayat itu, dirinya merasa jika semua anggota polisi tak mampu menemukan mayat wanita itu dalam waktu 24 jam.
Tanpa sepengetahuan pak Kevin, Aric dan Brian memutuskan untuk melakukan pencarian sendiri.
Seperti biasa, mereka selalu berdiskusi di apartemen pribadi Brian.
Aric menopang kepalanya, mencoba berpikir dengan keras. "Bagaimana kita mencari mayat itu jika kita tak tau siapa dia? Jika kita tau siapa orangnya maka dengan mudah kita akan menemukannya," ucap Aric dengan tatapan kosongnya.
"Waktunya tinggal 5 jam lagi, Aric. Haruskah kita menyerah?" Brian.
Aric mengacak rambutnya kasar, "Ah... Entahlah!"
Brian melamun, mencoba berpikir dengan keras agar ia dan rekannya bisa menemukan jasad wanita yang baru di bunuh oleh psikopat tersebut.
Brian tiba-tiba berhenti melamun, sepertinya detektif muda itu sudah memiliki ide.
"Hei! Bangunan tua saat Hugo menurunkan Alice, saat itu kita hanya fokus pada mobil Hugo 'kan?" Tanya Brian kemudian.
"Ya..." sahut Aric, masih tak mengerti dengan pertanyaan Brian.
"Jika memang Alice di bunuh di sana, maka si pembunuh itu atau mobilnya terekam oleh CCTV 'bukan?"
"Ya..." Aric masih tak mengerti maksud perkataan Brian.
"Kalau begitu mari periksa lagi rekaman CCTV disana, aku yakin jika pembunuh itu terekam oleh CCTV!" Brian.
Aric membulatkan matanya begitu ia mengerti dengan maksud Brian. "Kamu benar! Saat itu kita menyalin rekaman itu ke ponselku, dan aku telah memindahkannya ke laptop. Ayo kita ke rumahku untuk memeriksa rekaman itu lagi!"
Mereka lalu beranjak untuk segera pergi ke rumah Aric.
🔪☠️☠️🔪
"Denzel, aku duluan, ya!" Ucap Aaron sambil keluar dari kelas, meninggalkan Denzel yang masih berada di sana dengan seorang mahasiswi.
Denzel hanya menyahuti Aaron dengan melambaikan tangannya sambil tersenyum lebar. Kemudian dirinya fokus lagi pada layar laptop, mengisi data nilai mahasiswa yang di perintahkan oleh dosennya.
"Dwynee, kalau kamu ingin pulang, pulanglah. Biarkan aku saja yang mendata nilai," tawar Denzel pada mahasiswi di sebelahnya.
"Tidak, Denzel. Pak dosen sudah memerintahkan kita berdua, Jadi aku harus memenuhi perintahnya." Kata Dwynee dengan wajah yang sedikit memerah.
Denzel tersenyum pada Dwynee yang berhasil membuat wajah mahasiswi itu semakin memerah. Setelah itu Denzel kembali fokus pada layar laptopnya.
Dwynee terus memperhatikan wajah tampan Denzel dengan senyum yang sedikit tergurat di wajahnya. Gadis itu memang sejak lama menyukai Denzel secara diam-diam, tapi sayangnya Denzel tidak menyadarinya.
Sadar jika wanita di sebelahnya memperhatikan, Denzel lantas menoleh padanya sambil bertanya, "Kenapa kamu memperhatikanku? Kamu menyukaiku?" Tanyanya gamblang sambil tersenyum manis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Beheader Of Girls || Psikopat [ END✓]
Mystery / ThrillerSeorang psikopat yang tidak percaya adanya Tuhan, dia membunuh wanita hanya untuk mencari keberadaan yang maha kuasa. "Jika Tuhan ada, maka dia akan datang untuk menyelamatkan hambanya." *Cerita ini terinspirasi dari kisah Ted bundy, pembunuh beran...