7. Juna : Peach

1.8K 32 4
                                    

Blam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Blam.

Mina menutup pintu unit apartemennya tepat di depan wajah Juna. Juna tak sempat mencerna apa yang terjadi. Tubuhnya yang tadi sedang dimanja oleh Mina, tiba-tiba dihentikan Mina secara sepihak, membuatnya merasakan nafsu yang menggantung tak jelas.

Sial.

Juna berderap marah menuju basement tempat dia memarkirkan mobilnya. Nafasnya berburu. Ia membanting pintu mobil dengan kencang, lalu menghembuskan nafas keras.

Ia butuh pelampiasan. Ia butuh sesuatu untuk melepaskan hasrat yang seharusnya sudah mencapai puncaknya. Ia merasakan kemaluannya menegang, namun ia bingung, apa yang harus dilakukannya untuk melepaskan nafsu ini?

Elysian.

Tangannya bergegas mengambil ponsel dan mencoba menelpon Elysian. Sayang, baterai ponselnya mati. Dengan kesal Juna melempar ponselnya ke sembarang arah lalu membenturkan kepalanya ke setir mobil, meninggalkan bekas merah di dahinya.

Sialan.

SIALAN!

Apa semua wanita cantik begitu? Apa semua wanita bisa seenaknya berlaku begitu saat bercinta? Dia seenaknya berhenti saat aku hampir klimaks! Mina sialan!!

Juna tak henti-hentinya merutuk Mina dalam hati. Satu-satunya hal yang bisa dia pikirkan hanya bagaimana caranya untuk menyalurkan nafsunya yang kepalang membuncah.

Seperti kesetanan, Juna mengendarai mobilnya dengan liar, beberapa kali ia hampir menabrak pembatas jalan dan pengendara lainnya. Bahkan sempat beradu makian dengan seorang pengendara motor. Tapi amarahnya masih belum bisa reda juga. Ia harus bertemu dengan Elysian.

Juna memparkir mobil didepan rumahnya lalu membanting pintu mobilnya. Pak Alim tahu, majikannya ini sedang emosi, maka Pak Alim hanya maklum dan membukakan pintu gerbang tanpa basa-basi pada Juna.

"Elysian!! Elysian, kamu dimana!?" teriaknya. Matanya berkeliling mencari sosok Elysian. Bu Ria tergopoh-gopoh menghampiri Juna.

"Nyonya sudah berangkat kerja, Tuan..."

"Berangkat jam berapa dia?" tanya Juna. Tangannya mengacak-acak rambutnya sendiri. Kesal dan marahnya masih terlihat jelas di wajahnya.

"J-jam 7.30, Tuan."

"Pagi banget. Ngapain dia pergi ke kantor sepagi itu!?" teriak Juna pada dirinya sendiri. Bu Ria pamit, berusaha menghindar dari amarah Juna. Bu Ria tahu, jangan berurusan dengan majikannya ini saat dia sedang marah. Salah-salah, malah bu Ria yang kena semprot.

"Bu Ria, tolong bikinin saya kopi yang strong ya. Sekalian sama roti oles saja. Saya lupa belum makan dari pagi." pinta Juna. Ia baru ingat, ini jam 10.30 dan perutnya kosong. Terlalu dini untuk makan siang, tapi terlalu siang untuk sarapan. Dia melangkah menuju kamar, men-charge ponselnya lalu berjalan menuju shower untuk sedikit meredakan amarahnya.

[M] KALOPSIA | jaeminju markriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang