30

936 44 11
                                    

Yeri POV






Beberapa bulan kebelakang aku dan Mark melewati dengan biasa saja. Kita sudah saling menyatakan perasaan satu sama lain. Mungkin menurut ku dan Mark, ini jauh lebih baik.

Ketika naik kelas 12 kami sempat berpisah kelas.

Kini, aku bukan lagi Yeri yang nolep. Sebisa mungkin aku berteman dengan siapa saja. Dan inilah diriku yang sekarang. Tidak lagi bergantung pada Mark.

Ngomong-ngomong soal lelaki itu, sesekali, aku melihat Mark dan teman-temannya di lapangan sambil bermain basket. Mark tidak berubah, sama seperti dulu, murid famous yang dicintai seantero sekolah. Apalagi ketika tim basketnya memenangkan turnamen kejuaraan musim semi sebulan yang lalu. Aku turut senang dengan pencapaian dia selama ini.

Namun, dia sedikit berubah.

Mungkin hanya firasatku saja, namun faktanya aku dan Mark jarang sekali berinteraksi kali ini. Alih-alih aku menyapa atau sekadar mengirim satu pesan singkat padanya, aku malah diam melihat bagaimana dia dari kejauhan.

Mark juga jarang mendatangi ku, dia terlalu sibuk dengan teman-temannya.

Begitupun dengan aku sendiri, pulang sekolah sampai sore, dilanjut bimbel sampai malam. Buat hari libur aku menghabiskan waktu di rumah. Tak jarang aku tidur seharian karena lelah.

Seperti sekarang, aku melihat dia, Lucas, Xiaojun, dan juga Hendery saling melempar tawa di meja kantin. Sementara aku hanya tersenyum sumir. Ingin sekali menanyakan keberadaannya, apakah selama ini dia sehat? Apa dia bahagia? Apa dia masih mengingatku sebagai sahabatnya?

Mark menangkap keberadaanku disini. Dia langsung berlari menghampiriku tak lupa ia selalu tersenyum.

"Yer udah lama banget, gimana kabarnya?"

Oh ayolah Mark. Pertanyaan macam apa itu? Jelas-jelas aku rindu tawa recehmu. Mungkin ini terdengar alay, namun faktanya memang begitu. Aku rindu Mark yang dulu.

"Baik!" aku membalas senyuman itu lalu menyodorkan selembar surat undangan padanya. "Buat Mama Papa lo,"

Mark menerima surat undangan itu lalu membacanya. Tertera ada nama Suho dan Irene yang akan melakukan janji suci seminggu lagi.

"Selamat ya buat Om Suho!" hanya dua kata penutup perbincangan ini. Setelah itu, dia kembali kepada teman-temannya.









🍉🍉🍉🍉🍉






Hari pernikahan Ayah tidak terlalu ramai, hanya beberapa tamu yang diundang. Tak lain adalah rekan kerja ayah, saudara, dan teman dekat. Aku sangat senang ketika Bunda Irene menjadi bunda ku. Aku juga melihat raut wajah ayah yang senantiasa tersenyum tanda ia sedang bahagia.

Aku berusaha sebisa mungkin menikmati pesta ini, walaupun pada kenyataannya aku kurang nyaman berada ditengah banyak orang sekalipun itu teman dekat maupun saudara.

Aku hanya bisa menikmati beberapa dessert yang disediakan bersama sepupu kesayanganku. Mas Yuta. Dan kekasih barunya, Mbak Sana. Fyi, setelah lulus kuliah Yuta dan Sana akan bertunangan, aku sangat senang ketika Yuta bisa melupakan mantannya. Hehe. Toh Mbak Sana juga udah perfect kok, baik pula.

"Rencana lulus mau kemana?" tanya Sana padaku.

"Kuliah Mbak,"

Sana tergelak. "Yaiya Mbak tahu, maksudnya mau kuliah kemana? Jurusan apa?"

Pertanyaan yang sederhana namun sulit untuk di jawab.

"Gatau heheh!" sejujurnya, aku belum menemukan passionku dimana. Sampai saat ini aku masih bingung.

FRIENDZONE || Markri ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang