✨12✨

3.6K 505 39
                                    




🥀__🥀


Jisung menatap keindahan Tokyo dimalam hari, Ayah dan kakaknya sedang menunggu direstoran samping hotel. Pandangannya menerawang, mungkin hatinya sedikit gelisah. Sudah dua hari ia di Jepang dan besok subuh akan kembali ke negara asalnya, Bundanya sejak kemarin tidak bisa dihubungi dan itu sangat tidak biasa. Bahkan bundanya tidak mengirikinya satu pun pesan.

Menghela nafas pelan, Jisung berjalan keluar dari kamar hotel. Mereka berencana akan night drive menelusuri indahnya kota, mungkin quality time karena Jeno ragu setelah ini apakah ia akan bisa tetap bertemu Jisung atau tidak.

"Lama banget ish" Chenle sudah hampir mengamuk.

"Maaf, tadi adek sakit perut" Jeno menoleh dengan cepat, memastikan bungsunya baik atau tidak.

"Adek sakit?? mau istirahat aja?" Jisung menggeleng. Sakit perut hanyalah alasannya agar Chenle tidak mengamuk.

"Ayo jalan ayah, nanti keburu malem" Jeno mengangguk. Mobil yang disediakan dari kantor cabang Jepang yang mereka tumpangi sekarang melaju teratur membelah jalanan Tokyo. Awalnya mobil berjalan tidak punya tujuan, namun ketiganya memutuskan untuk berhenti di taman yang lumayan ramai. Mencari jajanan atau hanya sekedar berjalan sambil berbincang ringan.

"Ayah ada niatan gak balik sama bunda?" Pertanyaan Chenle membuat Jeno tersenyum tipis, selama ini jika Chenle menanyakan hal ini ia akan diam saja. Tapi sepertinya ia harus menjawabnya malam ini karena bukan hanya Chenle, tapi Jisung pun ikut mencondongkan kepalanya.

"Kalo bunda ngasi kesempatan, iya. Kalo bunda gak ngasi, yaudah engga" Jisung tidak puas dengan jawaban Jeno.

"Kok kesannya ayah gak usaha sih?" Jeno mengelus kepala Jisung pelan.

"Ayah boleh cerita??" Keduanya mengangguk. Jeno tidak pernah bercerita alasan mereka bercerai dengan versinya.

"Ayah brengsek banget waktu itu, mungkin karena ayah dan bunda udah pacaran lama, jadi pas udah nikah ayah bosan. Pengen sesuatu yang baru, ayah gak membenarkan kelakuan ayah. Ayah salah, seharusnya ayah bisa kontrol diri ayah. Apalagi waktu itu kalian baru beranjak remaja, masih labil dan rewel banget minta perhatian orang tua. Ayah capek ngadepin bunda dirumah, kalaupun ayah pulang tuh gak bisa tenang karena ada kalian yang selalu merenggek minta ayah main sama kalian atau minta ayah dengerin cerita kalian. Ayah jarang pulang, tiba-tiba terlintas difikiran ayah untuk cerai sama bunda. Yang ada difikiran ayah cuma, kalau ayah sama bunda cerai. Ayah gak bakalan lagi pusing setiap pulang kerumah. Setelah setahun cerai, ayah baru sadar sama semua kesalahan ayah, tapi posisinya udah terlambat karena bunda udan nutup semua akses ayah untuk gapai kalian. Kakak bisa tinggal sama ayah karena bunda gak mampu bayar biaya rumah sakit kakak. Ayah waktu itu gak tau harus bersyukur atau sedih waktu kaki kamu patah kak" Chenle diam.

"Ayah salah. Wajar kalau bunda kalian sebenci itu sama ayah"

"Ayah, tapi kan ayah udah berubah? Ayah udah sadar kalo ayah salah dan udah nyoba untuk memerbaiki semuanya?"

"Ayah memang sudah berubah, tapi apa luka bunda sudah kering?? Kakak, Adek, Ayah mohon. Cukup ayah yang nyakitin bunda, jangan kalian. Seego apa pun kalian nganggep bunda, bunda tetap cuma punya kalian" Jisung dan Chenle serempak tenggelam dengan fikirannya masing-masing. Tiba-tiba merasa bersalah karena sudah banyak membenci Haechan.

"Besok, begitu kita sampe. Kita langsung ketemu bunda ya?? Kalian harus minta maaf. Ayah tau kalian selama ini selalu ngungkit semua kelakuan bunda yang egois. Bunda gak egois nak, dia cuma berusaha melindungi dirinya. Tapi mungkin memang dia gak sadar kalau perasaan kalian juga terlibat disini"

Jisung merasa hatinya sangat sakit. Ia telah melakukan kesalahan besar. Apakah bundanya akan tetap memaafkannya??







🥀__🥀








Dibio aku ada secreto, diisi ya kalo mau hehehehehe

why✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang