Sagara-22

1.2K 180 68
                                        

◇◇◇

Malam yang gelap gulita pun terasa bersinar, walau tanpa bulan. Hawa dingin pun berubah panas, padahal anginnya cukup kencang. Bahkan masakan yang kelebihan garam pun tetap dimakan sambil tersenyum. Agaknya benar, bahwa cinta itu membutakan segalanya, membuat gila siapa saja.

Buktinya Nadine, gadis itu terus saja memandangi langit mendung dengan hiasan cahaya kilat yang menyambar-nyambar. Seperti akan turun hujan, ditambah angin kencang yang mampu menerbangkan rambut Nadine hingga berantakan. Tak apa, Nadine tetap senang.

"Teh kata Mama masuk, mau ujan. Udah malem juga ini."

"Bentar Dit, sayang langitnya lagi cantik banget."

Aditya mendengkus sebal. Kakaknya kalau sedang jatuh cinta jadi lupa segalanya, dan semakin menjengkelkan kala Nadine tak memberitahu perihal siapa yang membuatnya segila itu. Adit heran saja, sejak gadis itu pulang ke rumah, wajahnya tak berhenti tersenyum, mama bilang kakaknya sedang terkena sindrom budak cinta oleh seseorang, tetapi mereka berdua tak memberitahu Aditya siapa orang tersebut.

"Nasi goreng asin, dibilang enak. Langit mendung gini dibilang cantik, hawa dingin gini dibilang anget. Teteh udah gila, ya?"

Nadine menolehkan kepalanya pada Aditya yang berdiri di ambang pintu sambil melipat tangan di dada, raut wajahnya kentara kesal sekali.

"Bocil mah ulah nyaho, cicing bae." Lalu Nadine menampilkan senyum lebarnya setelah berkata seperti itu, membuat sang adik bergidik ngeri.

|Bocil enggak boleh tahu, diem aja.|

"Teteh kenapa sih? Jangan bikin Adit takut! Mama udah tidur, Teh. Kalau mau kesurupan jangan sekarang."

Kini Nadine menatapnya tak suka. Ia mempoutkan bibirnya seraya menggerutu. "Enak aja kamu mah, mana ada kesurupan? Nih denger, hati Teteh itu lagi berbunga-bunga. Jadi jangan julid melulu. Kebanyakan main sama Sean dan Riki, kan jadi gitu."

"Iya tahu Teteh lagi bucin, tapi bucinnya sama siap dulu? Adit perlu tahu Teh, biar Teteh enggak dibegoin kayak waktu itu."

"Ck, kamu mah kebiasaan begitu, Teteh dikhianatin ya, bukan dibegoin. Kalau gitu, kesannya kayak Teteh bego beneran."

"Ya, emang."

Nadine melototkan matanya, benar-benar enggak punya akhlak adiknya ini. Nadine segera saja mendekati Aditya lalu menangkup kedua pipinya sambil menatapnya dengan seringaian. Aditya tentu panik. Pikirnya sang kakak akan melakukan hal aneh padanya, seperti menciumi pipi gembulnya mungkin.

"Sagara, i love you!!" Dengan kilat, Nadine mencium pipi Aditya kemudian berlari menuju kamarnya sambil tertawa. Benar kan, Nadine benar-benar melakukan hal aneh.

Sementara Aditya nampak tertekan di tempatnya. Matanya masih melotot bersama detak jantungnya yang berdegup kencang. Tentu saja ia terkejut atas tingkah absurd kakaknya. Aditya pun membuang napas kasar lalu bergegas menutup pintu dan menguncinya, lantas segera memasuki kamar dan membaringkan tubuhnya di kasur——agar lekas tidur.

***

Sejak mereka resmi berpacaran, Saga tak pernah lagi memberi ruang untuk Nadine pergi sendiri. Bahkan hari ini saja, mereka duduk berdua ketika di dalam kelas mendengarkan materi yang guru mereka sampaikan. Atau ketika istirahat tiba, mereka pergi ke kantin berdua, makan berdua, mengobrol hanya berdua sambil tertawa. Tak peduli jika masih ada Dewa dan juga Kania yang bersama mereka, menatap sebal ke arah keduanya.

Bisa dikatakan, jarak yang terbentang diantara Saga dan Nadine hanya ketika keduanya berada di rumah masing-masing. Setidaknya untuk hari ini, ya, karena mereka baru resmi menjalin hubungan tadi malam.

Luka Sagara [✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang