chapt 5: Sebuah ketakutan

10 2 0
                                    

Senja hari itu, sepulang sekolah aku langsung menuju ke alamat yang di berikan oleh bara. Alamat yang tertuju kepada sebuah rumah sederhana bercat tembok kuning. Kulihat seorang wanita paruh baya tengah menyapu di halaman rumah itu. Yang sepertinya pemilik rumah tersebut.

'permisi, apakah benar ini alamat rumah Bu Hana?' sapaku kepada perempuan paruh baya itu yang langsung menoleh ke arahku dan menghentikan aktivitasnya. 'iya, dengan saya sendiri' jawabnya pelan.

'ini Bu, saya mau mengantarkan surat dari bara' ujarku seraya menyodorkan sebuah surat. Sejujurnya, surat itu murni tulisan tanganku sendiri. Karena tak mungkin kan hantu bisa menulis?

Aku tahu setelah ini, mungkin aku tak akan bertemu dengannya lagi. Karena mungkin ini alasan bara masih tetap di sini. Rasa sedih bercampur senang memenuhi rongga dada. Menarik-narik benang kusut yang membuat satu rasa yang mengganggu ketenangan jiwa.

'aish, anak itu. Pasti sedang bertengkar lagi dengan papanya. Bara itu anak yang baik. Tetapi dia tidak bisa menerima kehadiran mama tirinya. Sehingga ia menjadi anak berandalan' ujar Bu Hana sembari membuka suratnya.

Sapu yang di genggamnya terjatuh, tubuhnya gemetar. 'maafkan mama bara, maafkan mama sayang' ujarnya sembari memeluk surat itu. Air matanya berderai membasahi surat yang menjadi kabar paling buruk bagi setiap ibu.

Tak terasa, tangisku turut pecah. Ku lihat bara memeluk mamanya. Aku yang melihatnya kemudian ikut memeluk bu Hana. Senja itu aku dan Bu Hana memutuskan untuk pergi ziarah ke kuburan bara.

Kakiku menginjak tanah pemakaman yang lembab. Suasana senja yang tenang menemani langkahku dengan Bu Hana. Sampai saat mataku tertuju kepada sebuah nisan dengan sebuah nama yang tak asing bagiku.

*Bara Gemma Heliantus*

Ku langkahkan kakiku menuju nisan itu. Tempat jasad bara di kebumikan. Setelah selesai mendoakannya, kita beranjak pulang. Langit pun nampak mendung.

Aku takut tak akan bisa bertemu dengannya lagi. Aku takut tak akan bisa menjalani hari²ku tanpa sosoknya lagi. Aku takut... aku tak akan merasakan bahagia, sebagai mana aku bahagia ketika bersamanya. Hanya itu lah yang ada dalam pikiranku saat ini. Hanya ketakutan tentang sebuah perpisahan.

Senja dan Rindu didalamnyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang