Cerita ini sudah di ebookkan.
Dapatkan link ebook di profilku. Harga sangat terjangkau
Buat kalian yang tak sabar mengikuti di Wattpad, bisa membeli versi e-booknya.
HEPI reading.
❤️❤️❤️
.
.“Mbak Jum! Mbaaak!”
Mata Jum berbinar mendengar panggilan itu. Hanya seseorang yang suka berteriak memanggil namanya seperti itu, siapa lagi kalau bukan ....
“Ramaaa!” teriak Jum gemas. Sudah lama dia tak bertemu dengan mantan momongannya, dia sangat rindu.
Juno yang tengah mengopi di teras spontan memanjangkan lehernya untuk melihat momen di dekatnya. Jum berlari dan memeluk seseorang yang memanggil namanya tadi. Dia baru menyadari tingginya hanya sebahu momongannya.
“Ram, kamu makan apa toh? Sekarang Mbak cuma sebahumu. Padahal dulu kamu sedada Mbak. Inget ndak, dulu Mbak sering uyel-uyel rambutmu di sini?” cetus Jum sembari menunjuk dadanya yang montok.
Rama tergelak, cowok tujuhbelas tahun yang tengah akil balik ini tentu amat penasaran dengan segala perkakas lawan jenisnya. Dengan nakalnya dia memanfaatkan kesempatan ini untuk merasakan hangat dan kenyalnya dada perempuan.
“Inget, Mbak. Sekarang Mbak masih bisa kok uyel-uyel rambut Rama di situ.”
Rama berlutut supaya bisa melabuhkan kepalanya di dada Jum. Senyum usil cowok itu diam-diam tersungging di wajah tampannya ketika dia sengaja menggesekkan hidungnya di puncak bukit kembar si Embak. Dan dengan polosnya Jum yang tak sadar dimesumin mantan momongannya, menguyel-uyel rambut Rama.
“Walah, rambutmu tebal sekali, Ram,” puji Jum.
“Sudah turunannya, Mbak. Di bagian lain ada yang lebih tebal, Mbak. Nanti kapan-kapan Rama tunjukkan.” Rama tersenyum penuh arti. Dia suka, karena Mbak yang dulu mengasuhnya masih secantik dalam ingatan. Bahkan lebih cantik sekarang, karena kini Mbak Jum lebih putih dan lebih semok. Maklum janda bahenol. Rama memanfaatkan kesempatan ini untuk memeluk pinggang Jum, supaya bisa menggrepe pantat bulat sang Embak.
“Nakal!” sembur Jum sehingga tangan Rama yang nyaris hinggap di pantatnya batal seketika.
“Apa kamu masih suka telanjang gondal-gandul saat habis mandi?” lanjut Jum tergelak. Dia lupa yang dihadapinya sekarang adalah remaja yang tengah nakal-nakalnya, bukan bocah lelaki yang masih polos.
Gondal-gandul? Juno langsung tersedak kopi mendengar kata-kata vulgar itu meluncur dari mulut seksi Jum. Dia terbatuk hebat sembari mengutuk dalam hati. Apa pembantu ndeso itu tak bisa memfilter ucapannya? Mata Juno mendelik begitu melihat respon nakal adik sambungnya.
“Tambah gondal-gandul, Mbak. Nanti kapan Rama tunjukin. Mbak pengin lihat ....”
“Ehem ... ehem ....”
Dehaman suara dingin itu membuyarkan kesenangan Rama. Dia terpaksa mengurai pelukannya ketika abangnya menjewer telinganya dan menariknya berdiri.
“Aduh, Bang! Sakiiit ...,” rengek Rama sembari mengusap telinganya yang memerah.
Jum yang merasa kasihan ingin mengelus telinga Rama, namun Juno keburu menariknya menjauh.
“Eh, Den ... Den, mau apa toh?” tanya Jum bingung.
“Bang Jun! Mau di apain embak gue?” protes Rama.
Tak dipedulikan protes Rama dan kebingungan Jum, Juno membawa Jum ke kamarnya dan segera menguncinya. Jum semakin tak mengerti.
“Den, mengapa Jum dikunci di sini?”
“Lo pikir kenapa? Pikir pakai otak udang lo!” cemooh Juno.
Dia pembantu, tentu majikannya menyekapnya didalam kamar berkaitan dengan tugas dan tanggung jawabnya. Jum tersenyum begitu menyadari hal itu.
“Ngertos, Den. Jum siyap melaksanakan tugas.” Jum tersenyum manis, lantas dia membuka celemeknya sambil mendekat ke ranjang.
Juno menelan salivanya. Mengapa gerakan perempuan ini terlihat eksotis di matanya? Begitu seksi seperti wanita penggoda! Jakun Juno naik turun melihat Jum naik ke ranjangnya dengan pantat menungging menghadap padanya, pantat itu bergoyang gemulai seakan mengundang Juno untuk menyeruduknya dari belakang.
“Dimana toh?” gumam Jum bingung, tangannya menggaruk kepalanya yang tak gatal. Tadi dia meninggalkan penebah ranjang di sini, Jum ingat sekali. Sekarang dia mencarinya karena akan dipakainya untuk membersihkan ranjang majikannya.
“Disini!” Suara berat menyahutinya.
Jum terdiam ketika merasakan ada sesuatu yang keras menempel di bokongnya. Perlahan dia menoleh, tatapan sayunya bertemu dengan tatapan membara Juno.
“Den, mau apa ...?”
“Bukannya gue pernah bilang, lo harus melayani semua kebutuhan gue?”
Jum mengangguk dengan jengah. Bagaimana tidak, sebagai janda dia tahu persis benda apa yang tengah menggesek-gesek di pantatnya. Wajahnya memerah seperti kepiting rebus. Sudah lama dia tak merasakannya, hasratnya perlahan naik.
“Den, butuh apa?”
Jum terhenyak saat Juno mendadak menunggingkan pantatnya. Wajahnya tegang. Dia dapat merasakan tangan Juno menyentuh bokongnya dan meremasnya gemas.
“Apa lo begitu jalangnya sampai adik gue ingin lo embat juga?” desis Juno geram.
“Maksud Den ... Rama? Ya Allah, Rama itu momongan saya dulu. dia masih ... aaah!” pekik Jum kaget.
Juno menekan punggungnya kebawah hingga payudaranya menempel erat ke kasur. Otomatis pantat Jum semakin menukik ke atas, menyuguhkan pemandangan erotis bagi lelaki jutek yang berdiri di belakangnya.
Tengkuk Jum meremang merasakan elusan Juno di bulatan pantatnya. Matanya mendelik ketika Juno sekonyong-konyong memelorotkan celana stritch selutut yang dkenakannya hingga ke lutut.
“Den!”
“Shut up!”
Plak!
Juno menceples pantat montok yang sedari tadi membuatnya gemas bukan kepalang. Diremasnya kencang hingga perempuan yang ditindihnya memekik lirih. Tak sabar lagi, dia merobek celana lusuh berwarna jingga yang dikenakan Jum untuk menutupi lembah berbukit dengan bulu lebat milik Jum.
Mata Juno berkilat nafsu memandang kewanitaan Jum, miliknya semakin menegang dan mendesak ingin keluar.
“Den!”
Jum ingin berontak, namun Juno semakin menindihnya hingga dia tak berdaya. Tangan Jum tak sengaja menyentuh sesuatu yang panjang dan keras. Matanya membelalak kaget. Sejak kapan kontol Den Juno keluar dari kancutnya? pikir Jum heran.
“Dasar janda binal! Lo pengin merasakan sentuhan lelaki? Gue akan memberi apa yang lo mau!”
“Den, bukan be ....” Dia bukan janda murahan, tapi mengapa mendengar Juno menganggapnya demikian justru membuatnya terangsang? Kewanitaannya becek, dan berdenyut kencang. Gairahnya meningkat pesat.
Plak!Jum memekik lirih. Sekali lagi Juno menceples pantatnya, hingga terasa panas. Darahnya menghangat seketika, dan bergelenyar. Jum merinding merasakan tangan panas Jum tengah mengusap bibir kewanitaannya, lantas tersentak ketika jari pemuda itu memasuki liang kewanitaannya dengan cepat.
“Den, jangan ....”
“Jangan apa? Jangan hentikan?"
Peluh membasahi wajahnya, Jum terlihat sangat gugup. Dia menggeliat dengan gelisah, seiring gerakan tangan Juno mengobel miliknya.
“Hen ... ti ....”
“Lo pengin gue berhenti?”
Jum mengangguk dengan susah payah. Juno tersenyum culas.
“Baik, begitu tangan gue berhenti ... kontol gue akan menggantikannya!”
==== >(*~*)< ====
Bersambung
KAMU SEDANG MEMBACA
43. JUM (21+) / Tamat
RomanceJum hanyalah wanita sederhana yang datang dari desa dan bekerja sebagai pembantu di keluarga kaya. Apalah daya dia menjadi budak dalam permainan napsu anak-anak majikannya. Jum tak menyadari, dia hanyalah alat balas dendam seseorang. Dia larut dal...