20. Rasa sakit, lagi.
•
•
•
Hening,
Raga merasakan keheningan saat ini. Ia tahu Raka ada di dekatnya, dari bau tubuh Raka, Raga dapat menyimpulkan bahwa remaja SMA itu memang ada di dekat Raga. Namun kalian tahu sendiri, 'kan? Raka tidak suka berbicara dengan Raga. Dan Raga yang terlalu takut untuk memulai berkomunikasi dengan Raka."Ga," panggilan dingin dari Raka itu adalah kata-kata yang dikeluarkannya setelah Rama meninggalkan Raga dan Raka di rumah berdua.
"Iya, kak?"
"Kita keluar."
Raga mengerutkan kening, kakaknya yang satu ini kenapa terlalu irit bicara? "Maksud kak Raka?"
"Gue mau keluar, udah sumpek. Lo ikut gue."
Raga yang bingung, akhirnya ia memilih untuk mengangguk saja. Jika ia menjawab, yang ada amukan Raka akan keluar. Raga cukup takut untuk bertengkar dengan Raka saat ini.
• S E K U A T R A G A •
Entah kemana Raka akan membawa Raga, namun sedari tadi kaki Raga terus melangkah mengikuti Raka yang menggenggam Raga. Iya, benar. Raka menggenggam Raga, sebenarnya ini bukanlah sebuah genggaman, melainkan cengkraman. Raka terlalu menguatkan genggaman dengan Raga.
"Kak, kita mau kemana, sih?" Raga menahan sakitnya genggaman tangan Raka. Sungguh, tenaga Raka terlalu besar dan kuat.
"Diem!"
Raga bungkam, ia membiarkan tangan kirinya digenggam oleh Raka dan menggerakkan tangan kanannya yang terdapat tongkat sebagai penunjuk arah. Jika saja Raka tahu, selain tangan kiri Raga yang sakit, perut bagian bawah Raga pun sakit. Kalian tahu, 'kan, apa yang terjadi?
Tak berselang lama Raka berhenti. Raga pun turut terhenti di tempatnya. "Udah sampe, ya, Kak?"
"Lo diem di sini, jangan kemana-mana. Gue tinggal sebentar," Raka melepaskan tangannya dari tangan Raga. Kakinya mulai melangkah meninggalkan Raga.
"Kak? Mau kemana?" Tanya Raga. Ia jadi bingung, Raka sebenarnya mau apa?
"Diem di situ dulu! Gue gak lama" Raka mengubah langkahnya menjadi cepat hingga berlari. Ia tidak ingin membuang waktu.
Raga terdiam di tempat ia berdiri tadi. Sebenarnya apa tujuan Raka? Mengapa Raga jadi ditinggal? Raga juga tidak tahu ini dimana, terdengar sangat sepi. Tidak ada suara kendaraan sama sekali. Entah ini hanya perasaan Raga atau bagaimana, tapi ia merasa tidak sendirian. Seperti ada yang menemani Raga saat ini.
Kresek
Raga terperanjat, itu suara apa? "Ada orang, ya?" Raga menggerakkan tongkatnya kesana-kemari dengan langkah yang perlahan-lahan maju.
Ini aneh, tapi Raga mencium sesuatu. Ia samar-samar mencium sebuah parfum pria. Apakah ada orang di sekitarnya? Yang pasti, orang ini bukanlah Raka. Dari aroma parfumnya, sangat berbeda dengan aroma Raka.
"Ada orang, ya?"
Tidak ada yang menjawab.
Raga jadi bingung sendiri. Ada apa ini? Jantung Raga menjadi berdetak dengan cepat. Raga menjadi gelisah.
Bugh
"Akhh..." Raga merintih, ia terkejut bukan main. Ada yang menendang perut Raga sangat kuat hingga ia tersungkur ke belakang, agak jauh dari tempatnya. Bahkan, tongkat Raga entah ada dimana.
Brummm
Raga mendengar ada suara motor yang mendekat. Ia mencoba untuk bangun dengan perlahan-lahan. Raga mencoba untuk menopang tubuhnya. Perutnya sungguh sangat sakit. Karena tendangan tadi, perut Raga yang awalnya sudah sakit menjadi lebih sakit.
Pendengaran Raga kembali mendengar suara motor itu semakin dekat, semakin dekat, dan semakin dekat lagi, hingga ...
Brakkk
Tubuh Raga terguling di aspal jalanan. Sudah dapat dipastikan olehnya, darah segar kini muncul di area dahi, siku dan kaki bagian bawah. Raga merintih kecil, ia tidak sanggup mengeluarkan suara. Rasanya terlalu sakit, sungguh. Tangannya perlahan menyentuh perut. Ia meringis, "S-sakit..."
Telinga Raga menangkap suara motor tadi mendekati tubuh Raga kembali. Raga hanya dapat menutup mata dan berdoa kepada Tuhan, agar nasib buruk tidak menimpanya.
Krekk
"AAKKHHH!"
Namun sayang,
Doa Raga tidak terkabulkan. Motor itu berhasil melintas di atas kaki Raga hingga membuat Raga berteriak kesakitan. Sungguh, tubuh Raga terasa remuk. Dari atas hingga bawah, semua rasanya sakit. Raga menangis dan merintih. Kenapa saat-saat seperti ini kedua kakak Raga juga tidak ada disisi Raga?Suara motor tadi pun menghilang dari pendengaran Raga. Pengemudi motor tersebut seolah tidak melihat Raga. Di dalam hati, Raga bertanya. Kenapa ada orang yang setega itu terhadapnya?
"RAGA! RAGA!"
Samar-samar Raga mendengar sebuah suara memanggil dan mendekati dirinya. Raga mengembangkan senyum dengan perlahan ketika usapan tangan menyentuh tubuhnya.
"K-kak ... R–"
"Ra-Raka ...."
•
•
•
•
•
•
Marhaban ya Ramadhan, Smoochies!
Selamat menunaikan ibadah puasa bagi kalian yang menjalankan^^Yak, first time dalam sejarah aku menulis, aku berani double up. Alasannya? Karena kemarin-kemarin aku lupa mau up part 19 (╥﹏╥) wkwkwk, tapi gapapa. Udah dibayar sekalian sama part 20.
Berharap cerita ini semakin dinanti sama kalian dan sesuai dengan ekspektasi kalian!
-SmoothyCha
KAMU SEDANG MEMBACA
SEKUAT RAGA [END]
Teen FictionDi saat anak seusianya mengejar ilmu dan bermain, ia harus memilih menghabiskan waktu di rumah. Ketika teman-temannya memikirkan tujuan hidup mereka, ia hanya mengikuti apa kata orang saja. Karena hidupnya memang tak memiliki tujuan. Namanya Raga, p...