Saat Hanah membuka matanya kembali, dia melihat sinar matahari menembus jendela. Gorden yang menutupinya sudah dibuka. Ketika dia menoleh ke samping, dia melihat Sam sedang duduk di atas kasur dengan sebuah bantal mengganjal punggungnya.
Melihat Hanah bergerak, Sam mengalihkan tatapan dari tablet di tangannya dan tersenyum ke arah Hanah. "Morning."
Gadis itu balas tersenyum ke arahnya. "Morning," ucapnya.
"Hari ini aku nggak bekerja karena weekend. Ada hari Sabtu dan Minggu. Kamu mau kemana?" tanya Sam. Dia meletakkan tabletnya di nakas lalu kembali berbaring di atas kasur dengan tangan menyangga kepalanya dan tubuhnya miring ke arah Hanah.
Ditanya seperti itu, Hanah jadi memutar otaknya. Hal yang aku ingin lakukan bersama Sam... "Gimana kalau kita ke Dufan saja?" tanya Hanah.
Sam mengangkat sebelah alisnya. "Yakin ke Dufan? Nggak mau ke mall?"
Hanah segera menggelengkan kepalanya. "Ngapain ke mall? Nggak ada sesuatu yang mau kubeli," jawabnya.
Laki-laki itu terkekeh pelan. Wanita-wanita yang dulunya pernah ada di dekat Sam selalu akan menjawab mall begitu dia menanyakan tempat tujuan. Dia selalu menganggap kesenangan wanita didapatkan dengan berbelanja. Namun, sepertinya hal itu berbeda dengan istrinya.
"Kalau begitu, ayo ke Dufan," ujar Sam.
"Okay!" sahut Hanah sambil tersenyum lebar. Sudah lama dia tidak pergi ke taman hiburan. Jadi dia cukup senang saat Sam setuju dengan usulannya. Gadis itu beranjak dari kasur lalu berlari ke arah kamar mandi untuk bersiap-siap.
***
"Nad, jangan beli banyak-banyak," tegur seorang laki-laki yang saat ini sedang menenteng dua tas belanjaan.
"Yah, kak Chandra nggak seru! Baru segini, udah protes!" balas Nadya Nataraharja sambil berkacak pinggang.
"Coba deh kamu yang bawa, pasti ngerti deh kenapa aku protes ke kamu," dengus Chandra sebal. Di kedua tangannya ada dua tas belanjaan yang cukup besar berisi banyak barang.
Nadya mengembangkan senyum jahilnya. Dia menoleh ke arah samping kakaknya itu dan menatap seorang wanita yang hanya diam sambil tersenyum geli melihat tingkah kedua kakak-beradik itu. "Kak Nana, habis ini mau kemana lagi?" tanya Nadya bersemangat.
Saat ini mereka sedang mengunjungi sebuah mall. Mereka sudah berkeliling lumayan jauh namun tampaknya Nadya masih belum puas. Dia masih terlihat bersemangat memandang etalase toko.
"Bagaimana kalau kita beristirahat dulu sambil makan siang?" Usul dari Nana seketika membuat wajah Chandra berubah sumringah. Sekarang memang sudah menunjukkan pukul satu siang. Sudah saatnya mengisi perut.
Nadya menganggukkan kepalanya setuju. Dirasa-rasa memang dia sudah mulai lapar. Tanpa protes, dia mengikuti langkah Nana dan berjalan di samping wanita itu. Keduanya melihat-lihat resto dengan Chandra menenteng dua tas belanja berjalan di belakang mereka.
"Lho, itu kan..." gumam Nadya sambil melihat ke sebuah arah.
Nana menoleh lalu mengikuti arah pandangan Nadya. Agak jauh dari mereka, ada sepasang pria dan wanita sedang waiting list di depan sebuah resto. Nana cukup terkejut melihat sosok yang dikenalinya itu. Sekarang dia jadi bertanya-tanya bagaimana Nadya mengenali kedua orang itu.
"Apa kamu mengenal Manajer Pram Setiabudi dan bu Diana Quinnesa?" tanya Nana sedikit heran.
"Aku kenal kak Pram, dia kakak tiri teman baikku. Wanita sebelahnya bernama Diana?" Kini gadis itu balik bertanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Behind Marriage (Completed)
RomanceBagi Sam, Hanah adalah alat yang ia perlukan untuk membuat kakek memilihnya menjadi penerus bisnis keluarga. "Buktikan pada kakek bahwa kamu bisa membentuk sebuah keluarga. Dengan begitu, kakek akan membuat kamu menjadi penerus satu-satunya bisnis k...