3 | Fear

399 22 0
                                    

Mohon koreksi jika ada yang typo 😊

Happy reading🍒
____________________

"Ma, Boneka beluang cokelat Ica tadi mana?" Ucap putri kecilnya yang sudah berbaring di sampingnya dengan sebotol susu di tangan kanannya.

Hana yang hendak menaiki ranjang di sebelah putrinya, berpikir. Ah iya, boneka itu. Tadi siang sepulang dari mall, Ica membeli boneka beruang warna coklat yang sebesar dirinya. Hana jadi tidak enak dengan Fika dan Dika--suami Fika. Dika juga menolak ketika Hana menyerahkan uangnya. Katanya, boneka itu bukan dirinya yang membeli tetapi temannya yang bertemu di sana--di mall.

Ah iya, bonekanya!

Hana mengambil boneka yang di letakkan di sofa kamarnya.

"Nih, emangnya Ica nggak pengen peluk mama?" Seloroh Hana ketika dirinya sudah berbaring di samping putri kecilnya.

Ica yang sebelumnya menyedot susu dari botol, kembali melepaskan bibirnya lalu berkata, "yaudah bonekanya di sebelah kili, mama di sebelah kanan bial Ica bisa peluk dua-duanya." Ucap anak itu dengan polosnya. Hana tak bisa untuk tidak tertawa.

"Ya ampun... anak siapa sih ini pinter banget?" Ucap Hana dengan sisa tawanya yang belum reda lalu beralih menciumi pipi putri kecilnya yang sedikit gembil. Diikuti Ica yang tertawa dan mengatakan pada mamanya untuk berhenti menciumi wajahnya karena dirinya kegelian.

"Mama."

"Iya sayang?"

"Tadi om yang kasih boneka beluang buat Ica, baiiiiik banget. Soalnya tadi siang Ica juga di beliin es cim telus dibeliin...," jedanya, "owh iya dibeliin itu, Ica lupa namanya ma, yang kayak tante Pika beliin kemalin itu yang ada ayam-ayamnya telus ada sausnya." Jelasnya menggebu-gebu.

"Ayam KFC ?"

"Iya ituuu ayam kaciii."

"KFC," Hana membenarkan sembari tertawa karena tingkah anaknya yang menggemaskan.

"Iya itu."

"Trus Icanya ada bilang makasih nggak sama om itu?"

"Ada dong mama..." Ucap anak itu antusias.

Hana merasa anaknya tidak terlalu cepat dekat dengan orang asing, Ica lebih mengikuti sifat Hana yang cenderung introvert, namun saat ini anaknya sangat bahagia, mungkin karena Ica belum pernah merasakan sosok papa kandungnya makanya anak itu sangat gembira ketika bercerita tentang om itu padanya. Siapapun orang yang dimaksud Ica, Hana berharap bisa bertemu dengannya dan mengucapkan terimakasih untuk apa saja yang sudah diberikan dan dilakukan terhadap putri kecil kesayangannya.

****

Ibu dari Rumaisa Fadilla yang genap 28 tahun itu, tak pernah menginginkan kekurangan kebahagian yang disuguhkan terhadap putri satu-satunya itu. Hana yang memang di besarkan dari umurnya yang berusia empat tahun di sebuah rumah yang bernamakan panti asuhan, berharap tak pernah menginginkan anaknya kelak seperti dirinya yang ditinggal pergi oleh kedua orang tuanya setelah kecelakaan. Akan tetapi, lagi-lagi takdir memberikan tema yang sama pada anaknya dengan cerita yang berbeda.

Hana tak pernah tau ketika usia pernikahannya yang baru genap satu tahun itu berakhir begitu saja. Ia tau, dirinya juga ikut andil dalam keputusan besar tersebut. Tetapi akar dari permasalahan yang dirinya lihat bukan darinya, tapi dari pria yang dianggap sempurna untuk melengkapi cerita mereka sebagai pasangan hidupnya.

Ketika perpisahan yang tak pernah terbayangkan olehnya terjadi, Hana memilih mengasingkan diri dari semua hal yang berkaitan dengan masa lalunya. Salah satunya Bunda Nirmala, seseorang yang berperan penting dalam hidupnya. Tetapi, dia tak menyangka, wanita yang usianya tak lagi muda itu ikut andil dalam menjadikan hidupnya yang seperti ini. Dia tak menutup mata atas kebaikan yang pernah Bunda Malanya berikan untuknya. Akan tetapi, ketika seseorang yang amat dia percayai dan sayangi begitu tega mengikhlaskan dirinya kepada lelaki yang telah menipunya itu, Hana merasakan kekecewaan yang teramat sangat.

Cerita BaruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang