04|| Secret before tragedy

17 6 7
                                    

Satu jam setelah pemberian bantuan pada Lee Haechan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Satu jam setelah pemberian bantuan pada Lee Haechan.

Renjun meletakkan berkasnya diatas meja, meja yang disusun menjadi persegi itu telah terisi beberapa orang yang duduk disana.

"Kita sudah dapat pengalih yang tepat, aku yakin dia akan dapat mengalihkan perhatian Yoon Sanha. Prototype Cyber Technology itu harus kembali pada kita, aku akan mengambil benda itu ketika keadaan sudah sangat sepi di markasnya."

Pemuda bersurai biru itu, Na Jaemin mengucapkan rasa penasarannya. "Apa kau yakin? Aku rasa dia butuh satu orang dari kita untuk memberikan pengarahan padanya, apapun bisa terjadi saat itu. Bahkan rencana yang kita buat saat ini bisa melenceng."

Mendengarnya, pemuda berambut coklat disamping Jaemin mengangguk setuju. "Aku setuju dengan Jaemin, aku masih tak mempercayai orang itu."

Brak!

Belum sempat Renjun menjawab, pintu yang dibuka dengan keras akibat dua orang yang masuk ke dalamnya dengan tergesa membuatnya terpaksa menghentikan ucapannya.

Dua orang dengan kemeja kotak-kotak merah dan hitam yang sama itu langsung duduk di kursi kosong, yang lebih tinggi memberikan sebuah flashdisk padanya. "Hyung!! Cukup! Kami berdua sudah kewalahan! Segera ambil Prototype itu agar pekerjaan kami lebih mudah!"

"Iya Hyung! Kalau tidak, kami akan menuntut pada Lee Viell! Bila perlu, kami akan langsung pergi kepada Nona Al!" Seru pemuda berkulit putih dengan mata sipitnya, tangannya sudah berancang-ancang menekan jam tangan berlayar yang melingkar apik di pergelangan tangan putihnya.

Renjun menghela nafas. "Dengarkan aku!"

Seketika ruangan kembali hening.

"Aku akan melakukan segala cara untuk mendapat Prototype itu. Ucapan Jaemin benar, dia bisa saja melenceng dari rencana. Jadi, Jaemin apa kau mau membimbingnya?"

Jaemin yang sedang mengemut permen pun mengangguk mengiyakan. "Asal dia setipe denganku, aku tidak akan banyak omong."

"Baiklah. Jeno, ini profilnya. Sambungkan di hologram."

Mengikuti arahan dari Renjun, pemuda berambut coklat dengan nama Lee Jeno itu menyambungkan data yang diberikan Renjun ke layar hologram.

Sebuah foto seseorang beserta biodatanya terpampang jelas dihadapan mereka berlima sekarang. Dua pemuda berbaju sama ini berteriak histeris.

"Ahh! Wajahnya tidak asing!!"

Begitu teriaknya.

Sementara Jeno memperhatikan wajah itu lamat-lamat, otaknya mengarahkan satu nama untuk disebut. "Lee Haechan?"

Renjun mengangguk. "Benar, dia Lee Haechan. Satu sekolah dengan kita."

Jaemin mengerutkan alisnya, lantas setelah itu menggebrak pelan meja di depannya. "Ah! Lee Haechan yang tak mempunyai mimpi itu?"

My Blood and Direction || Lee HaechanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang