Bab 20 - se-aamiin tidak seiman

152 12 0
                                    

Pesawat telah mendarat dengan sempurna di bandara Sam Ratulangi, Manado.

Rani menarik napas dalam – dalam, menghirup udara pertamanya di kota kelahiran Juan. Kota yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya untuk Ia datangi.

Salah satu kota di Indonesia yang terkenal dengan keindahan alam, kuliner dan adat istiadatnya yang kental.

Mobil jemputan membawa Mereka ke hotel dengan panorama pantai yang indah. Rani tidak sabar untuk merebahkan dirinya setelah menempuh perjalanan 3 jam 25 menit dari Jakarta.

Kamar Juan dan Rani berseberangan. Juan tidak menginap di rumah Omanya karena Ia ingin menemani Rani yang tinggal di hotel selama Mereka berada di Manado.

Padahal Rani tidak keberatan jika Ia harus tinggal sendiri di hotel, namun dengan segala alasannya Juan memaksa agar Ia juga ikut menyewa kamar di hotel.

TOK TOK TOK

Juan mengetuk pintu kamar Rani beberapa kali. Namun tidak ada sahutan sama sekali.

“Dasar ceroboh,” gumam Juan yang mengetahui pintu kamar Rani tidak terkunci. Juan masuk dan memastikan keadaan Rani.

“Rani!” seru Juan. Namun tetap tidak mendapat sahutan dari Rani.

Juan terperangah saat melihat Rani sedang larut dalam ibadahnya. Ia berusaha untuk tidak mengganggu Rani dengan duduk diam disudut ruangan.

“Juan, bagaimana Kamu bisa masuk?” tanya Rani yang baru saja selesai sholat. Ia terkejut sekaligus penasaran.

“Aku tadi ketuk pintu, tapi tidak ada jawaban darimu. Karena Aku khawatir dan melihat pintumu sedikit terbuka, maka Aku putuskan untuk masuk dan memastikan keadaanmu,” jelas Juan.

Ia tidak ingin Rani salah sangka dengan sikapnya yang tiba – tiba nyelonong masuk kamar Rani.

“Oya? Aku ceroboh sekali sampai lupa mengunci pintu,” ujar Rani meruntuki dirinya sendiri.

“Kamu bersiap lah, Aku akan menunggumu di luar. Aku ingin mengajakmu berkeliling kota sebelum Kita ke rumah Oma,” kata Juan kemudian beranjak keluar.

“Yuk,” ajak Rani yang sudah siap untuk pergi.

Ia tampak anggun dengan dress polos lengan panjang berwarna cream dengan kancing depan dan kerah bulat yang memperlihatkan lehernya yang jenjang.

Juan tertegun sejenak. Ini bukan pertama kalinya Ia melihat Rani tanpa pakaian kerjanya, namun Juan tetap saja tak mampu mengendalikan hatinya yang berdebar – debar setiap kali menatap Rani.

Tak ingin berlama – lama, Juan segera menggandeng tangan Rani menuju mobil sewaan yang telah menunggunya di lobi.

“Mau kemana Kita?” tanya Rani saat mobil sudah melaju.

“Aku ingin mengajak Kamu wisata kuliner. Sudah pernah makan ikan cakalang fufu?” tanya Juan.

“Aku belum pernah mencobanya, tapi Aku pernah mendengar namanya dari acara kuliner yang pernah Aku lihat di televisi,” jawab Rani.

“Kamu wajib mencobanya, ini makanan khas Manado yang sudah sangat terkenal,” jawab Juan dengan bangga memperkenalkan kuliner khas kotanya.

Pandangan Rani tertuju kepada ombak yang berkejaran sepanjang waktu. Entah apa yang mereka cari sesampainya di tepi pantai berpasir putih itu.

“Silakan,” ucap pramusaji yang baru saja meletakkan beberapa makanan pesanan Juan.

Cakalang fufu merupakan sajian favorit di Manado. Ikan asap bisa dipanaskan dan digoreng sebentar untuk dimakan bersama nasi hangat serta sambal dabu – dabu. Bisa juga dijadikan berbagai macam olahan seperti mi cakalang dan lain - lain.

Jodoh Pilihan EyangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang