Apa yang telah dipersatukan oleh Tuhan, tidak akan bisa dipisahkan oleh manusia. Sekuat apa pun manusia berusaha, tidak akan mampu menandingi kuasa Tuhan.
Segala persiapan untuk acara pernikahan Rani dan Vendra sudah hampir selesai. Mulai dari tempat acara, catering, dekorasi, souvenir dan beberapa hal lainnya sudah di atur oleh Bu Widya. Undangan pun telah dikirimkan melalui orang kepercayaan Pak Gunawan.
Rani sudah bersiap ketika Vendra datang menjemputnya untuk melakukan fitting baju pengantin.
“Nanti setelah fitting, Aku ajak Kamu ke suatu tempat ya?” ujar Vendra yang mendapat anggukan dari Rani. Keduanya pun berjalan menuju mobil Vendra.
“Mau kemana tho Nduk?” tanya Yangti yang baru saja datang dari luar.
“Mau ke butik, Yangti. Mau ngecek kebayanya, sudah pas atau belum,” jawab Rani.
“Mbok ya kebayanya aja yang dibawa kesini. Calon manten itu bau wangi, rawan kalau sering keluar rumah. Malahan harusnya dipingit, ndak boleh ketemu dulu sebelum akad nikah,” kata Yangti menasihati.
“Sebentar saja kok, Yangti. Setelah urusannya selesai, Vendra langsung antar Rani pulang ke rumah,” ujar Vendra.
“Yowis. Yang penting tetap hati – hati. Langsung pulang kalau sudah selesai,” perintah Yangti Sundari, kemudian masuk ke dalam rumah.
“Nggih Yangti,” jawab Rani dan Vendra bersamaan.
Mobil Vendra melesat membelah jalanan kota Yogyakarta yang cukup ramai setiap akhir pekan.
Hampir saja mobil Vendra menabrak delman yang tiba – tiba berhenti ditengah jalan. Kudanya tampak letih dan tidak mau berjalan lagi. Terlihat sang kusir berusaha untuk membujuk kudanya untuk berjalan, atau setidaknya sedikit bergeser ke pinggir supaya lalu lintas tidak macet.
Vendra memundurkan sedikit mobilnya, kemudian mengambil rute kanan untuk mendahului kuda yang masih belum mau bergerak. Rani menarik napas lega setelah mereka melewati kejadian barusan.
Fiuuuhhhh
“Hampir saja.” Rani menyeka keringat di dahinya.
“Maaf ya Ran kalau Kamu jadi kaget,” kata Vendra membelai kepala Rani dengan tangan kirinya. Sementara tangan kanannya tetap memegang setir.
“Pelan – pelan saja,” sahutnya. Dia masih deg-degan karena hampir saja mengalami kecelakaan.
Beberapa gaun telah dicoba oleh Rani. Putar kesana dan putar kesini, Rani mencoba berpose, sementara bola mata Vendra sibuk mengikuti gerakan Rani yang begitu lincah. Ia juga mencoba beberapa baju berwarna senada dengan gaun Rani. Keduanya tampak serasi bagaikan raja dan ratu sehari.
Setelah melakukan fitting, Vendra mengajak Rani ke sebuah makam yang ternyata merupakan makam istri Vendra.
Ia ingin mengenalkan Rani sekaligus meminta izin untuk menikah lagi. Walau pun Vendra tidak mencintainya, namun Ia menghormati istrinya yang telah meninggal.
Sesudah pulang dari makam, Vendra mengajak Rani untuk mampir ke rumah mantan mertuanya untuk memberitahu bahwa Ia akan menikah.
“Bapak merestui pernikahan Kalian. Bapak juga berterima kasih kepada Nak Vendra karena telah berbesar hati untuk memenuhi keinginan putri Bapak untuk menikah,” ujar lelaki paruh baya itu.
“Terima kasih atas restunya, Pak,” ujar Vendra.
***
Semerbak wangi bunga sangat terasa di berbagai sudut ballroom salah satu hotel mewah di Yogyakarta, tempat Rani dan Vendra menggelar akad nikah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jodoh Pilihan Eyang
Novela JuvenilBagaimana jika Kamu dipaksa untuk memutuskan hubungan dengan kekasihmu karena wetonnya dianggap tidak cocok denganmu? Padahal Kamu dan kekasihmu sudah berada ditahap yang lebih serius. Akan kah Kamu menolaknya atau malah mengikhlaskannya? Maharani...