Lagi dan lagi dia kecewa melihat iklan itu. Jisoo tidak tahu pasti apa yang menyebabkan seolah dirinya tidak dianggap oleh iklan bergengsi itu. Kendati dirinya bahkan sangat mendukung brand itu dan secara individu bahkan mempromosikan lebih dari pada ketiga membernya yang lain. Tidak, dia tidak sama sekali menyalahkan mereka, hanya saja kenapa terus dirinya? Apakah memang dirinya sangat buruk seperti omongan kebanyakan orang lain padanya? Apakah benar bahwa dirinya adalah lubang hitam dalam grup? Apakah memang dia sama sekali tidak berbakat bahkan hingga iklan saja tidak menginginkannya?
Jujur saja dia sakit hati, dan lebih sakit hati melihat fans yang begitu setia mendukungnya tanpa cela itu harus bermusuhan dengan fans satu grupnya sendiri. Meski banyak cacian yang dia terima selama ini, dia masih menerima banyak dukungan dari para fans. Mungkin itu fans yang memang setia mendukungnya dari predebut. Fans yang masih menginginkan dirinya ada, dan tidak bersedih akan adanya member yang lain selain dirinya. Tetapi dia bohong jika mengatakan dia tidak menemukan mereka yang berkata sebagai fans tetapi tidak mendukungnya, malah menjatuhkannya.
Sekalipun dia memang tidak sebaik yang lain, bukankan tidak sopan mengatakan hal buruk untuk menjatuhkan orang lain? Apakah mereka tidak punya hati? Tidakkah mereka tahu betapa kerasnya dia berusaha hingga bisa mencapai titik ini? Dia bahkan bisa melebihi apa yang selama ini dia bisa, hanya saja selalu dibatasi oleh pihak yang seolah tidak pernah mendukungnya. Dia sendiri bingung, kepada siapa dia bisa berpihak dan mengeluh. Disaat dia sama sekali tidak bisa menceritakan kepada membernya. Entahlah, ketiga membernya ini sadar akan kesedihannya atau tidak. Apakah mereka terlalu tidak peka sehingga selalu percaya dengan senyum palsunya. Terkadang jika dipikir, itu menggelikan, tetapi berarti dia berhasil menjadi kakak yang baik karena berhasil menyembunyikan semua rasa sakitnya di bawah kebahagiaan mereka.
Masih melamun dan hanya sekadar membaca berita buruk yang kembali menimpa dirinya, dan sesekali banyak tagar yang mencuat mendukungnya, dia disadarkan pada bunyi bel di apartemennya.
"Oppa? Kenapa kesini? Ini sudah sangat larut." Kata Jisoo pada seseorang serba tertutup di depan pintu apartemennya.
Orang itu segera masuk bahkan tanpa dipersilahkan oleh Jisoo, membuatnya mendengus sebal. Orang yang diketahui seorang lelaki yang sangat dikenalnya itu dengan santainya membuka semua penutup wajah dan kepalanya dan kemudian menerjang Jisoo sangat erat seolah mereka sudah lama sekali tidak bertemu. Padahal jika diingat, mereka baru saja bertemu dua hari lalu.
"Aku sudah menduga kamu pasti akan melihatnya, bukankah sudah aku bilang untuk mengabaikannya?" Tanyanya merujuk pada ponsel Jisoo yang masih membuka foto iklan menyebalkan itu.
"Aku tidak bermaksud melihatnya, aku hanya ingin melihat tagar dengan namaku, hanya saja ternyata isinya itu." Jawab Jisoo masih dalam dekapannya.
"Kamu tahu, mereka terlalu murah untuk mendapatkanmu. Kamu terlalu berharga hanya untuk disiakan seperti itu." Katanya sambil menepuk punggung Jisoo pelan, menenangkan.
"Aku tidak masalah dengan semua itu, semuanya baik-baik saja."
Lelaki itu, Oh Sehun, merenggangkan sedikit pelukannya dan bisa menatap mata indah kekasihnya yang kini meredup, dia bahkan bisa melihat ada air di ujung matanya. Seperti dia menahan tangis.
"Jangan ditahan, kamu sedang tidak di hadapan membermu sekarang. Kamu ada di depanku. Aku bukan orang lain, dan aku tidak butuh kekuatanmu untuk terus bertahan."
"Aku kan sudah bilang, aku baik-baik saja." Kata Jisoo melepas pelukan mereka dan duduk di sofa depan tv.
Wajahnya masih menunduk dan sorot matanya masih saja layu. Sehun menyusul dan duduk di sampingnya.