#36 Sebuah Umpan

190 56 23
                                    

"Jeon Jungkook." Gunho membaca satu persatu informasi mengenai lelaki yang begitu dekat dengan puterinya. Bahkan, menjadikan puterinya lelaki itu wakil dari yayasan yang baru diresmikan. Rasanya aneh sebab awalnya Tzuyu mengatakan akan membangun pabrik cat kuku juga kosmetik. Namun, semuanya berubah menjadi yayasan sosial.

"Apa dia alasannya?" gumamnya. Dari informasi yang ada, Jungkook bukan berasal dari keluarga pengusaha atau seorang pengusaha. Bahkan, tak ada keterangan soal perusahaan apa yang Jungkook miliki. Namun, melihat bagaimana Tzuyu menatap lelaki itu, ia yakin puterinya sangat mencintai Jungkook.

"Tapi, aku tidak akan membiarkan Tzuyu bersamanya. Tidak akan."

💎💎💎

Tzuyu begitu menikmati peran barunya. Bukan, bukan sebagai isteri dari seorang Jeon Jungkook. Melainkan, duduk di meja kerjanya sembari membaca beberapa proposal yang masuk. Ia tak menyangka jika banyak orang yang mau menyalurkan donasi mereka. Padahal, ia sempat berpikir jika mendapat kepercayaan orang-orang akan begitu sulit.

Suara ketukan membuat Tzuyu mengangkat pandangannya. Ia segera tersenyum saat lelaki yang iacintai, datang dengan dua kantung plastik. Ia menutup proposal-proposal itu lalu berjalan menuju sofa yang ada di ruangan itu.

"Kita bisa makan di luar. Kenapa memesannya?" tanya Tzuyu. Ia memindahkan mangkuk dan alat makan yang memang sudah ia simpan di bawah meja. Ia kemudian membantu Jungkook untuk menyajikan makanan itu.

"Kau sibuk. Jadi, aku merasa lebih baik aku memesan makanan untukmu." Jungkook memang cukup kesulitan pada awalnya. Namun, dengan bantuan Tzuyu juga Hyeri, perlahan ia bisa memahami tugasnya. Ia bersyukur karena Tzuyu mau mengajarinya dengan sabar.

"Aku merindukan anak-anak." Tzuyu mencebik. Ia terlalu terbiasa dengan mengajarkan mereka menulis juga berhitung. Itu merupakan pengetahuan dasar yang harus mereka miliki. Terlebih, mereka tak mampu untuk belajar di sekolah formal seperti yang lainnya.

"Bukankah mereka adalah alasan terbesarmu membuat yayasan ini?"

"Tapi aku sangat merindukan mereka."

Jungkook tersenyum kemudian membersihkan tangannya dengan tisu setelah menyajikan tteobboki juga jjampong itu. "Maaf, sepertinya aku membuatmu harus tetap di sini."

"Tidak, ini bukan salahmu. Ayo makan." Tzuyu lebih dulu menyantap jjampong. Ia selalu mempercayakan soal makanan pada kekasihnya. Jungkook selalu tahu di mana makanan yang enak atau cara memasak makanan yang enak. Hingga satu ide mulai muncul di kepalanya sekarang. "Bagaimana jika kau membuka kedai?"

Jungkook segera tersedak mendengarnya. Ia meraih botol air mineral kemudian menegaknya. Sungguh, Tzuyu memang tidak punya filter untuk kalimat demi kalimat yang akan dikatakan. Bahkan, setelah memberikan posisi yang cukup tinggi, kali ini Tzuyu malah mulai membicarakan soal membuka kedai.

"Kenapa kau malah tersedak?"

Jungkook masih terbatuk. Ia kembali meneguk air mineral sebelum menatap gadis di sampingnya. "Apa kau tidak bisa jika tidak membuat seseorang terkejut?"

"Aku hanya mengatakannya. Apa tidak boleh?" Tzuyu mengulum senyum. Lagi pula, dengan atau tanpa kedai, Jungkook sudah menjadi orang kaya sekarang. Meski lelaki itu tak tahu, setengah saham yang ada di yayasan juga salon Tzuyu sudah menjadi miliknya. Hitung-hitung, ia sedang berinvestasi. Toh, ia akan tetap ikut menikmati saham itu nantinya. Juga, ia akan menggunakan ini sebagai alasan agar orang tuanya memberikan restu.

Can I Love You? [End]✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang