Saat dalam perjalanan menuju ke Nekoma, kami mengobrol santai dengan membicarakan berbagai macam hal. Ayah yang sedang mengemudi pun sesekali ikut bergabung dengan pembicaraan kami. Ayah menceritakan masa-masa SMA-nya. Yah, ayah adalah lulusan SMA Karasuno.
"Oh, iya. Aku sudah lama tidak berkunjung ke SMA Karasuno. Apa ada yang berubah disana?" tanya Ayahku sambil mengemudi.
"Kenapa anda menanyakan itu, Akito-san?" balas pelatih Ukai.
"apa Shoyo tidak memberitahu kalian? Aku dan Istriku adalah lulusan SMA Karasuno" ucap Ayahku.
"Eh?!" ucap teman-temanku.
"Anda adalah lulusan SMA Karasuno?!" ucap mereka lagi.
"Kau benar-benar tidak memberitahu mereka, ya, Shoyo" ucap ayah sambil sedikit tertawa.
"Mereka tidak bertanya padaku juga" balasku.
"Yah, setidaknya kau ceritakanlah latar keluargamu pada teman-temanmu" ucap Ayah.
"Baiklah, lain kali akan aku lakukan" balasku.
"Ngomong-ngomong, aku sedikit pegal, kita istirahat dulu sebentar. Kita sedikit jajan saja dulu disana" ucap ayah sambil melirik ke suatu tempat.
Kami pun mengikuti arah mata ayah dan melihat sebuah tempat belanja yang cukup besar. Kami semua berpikir sebentar, lalu Takeda-sensei mengambil ponselnya dan sepertinya sedang mengirimkan pesan kepada seseorang.
"Tidak masalah, Akito-san. Aku sudah memberitahu Nekomata-sensei kalau kita akan sampai sekitar sore hari. Ini juga sudah masuk jam makan siang. Anak-anak pasti sudah lapar" ucap Takeda-sensei.
"Kalau begitu, jangan berhenti disini. Aku tahu restoran di dekat sini. Kita akan berhenti disana saja" ucap ayahku.
"Eh? Tapi, bukankah anda sudah lelah setelah mengemudi kurang lebih 2 jam" ucap Takeda-sensei.
"Aku masih bisa bertahan sedikit lagi, kok" balas ayah.
Ayah pun terus menjalankan mobil dan setelah kurang lebih 10 menit, Ayah masuk ke sebuah tempat yang cukup besar bertuliskan "Restoran Miyami". Ayah memarkirkan mobil. Setelah mobil terparkir dengan benar, kami semua keluar dari mobil termasuk ayah.
"Ayo kita masuk" ucap ayah.
Kami pun mengikuti ayah masuk ke dalam restoran itu. Restoran itu besar dan cukup mewah. Selera ayah benar-benar bisa dibilang Luxurious. Ayah benar-benar salah satu anak yang dibesarkan dalam kemewahan Keluarga Hinata. Aku benar-benar kagum dengan ayah yang tidak tumbuh dengan manja ditengah-tengah kemewahan itu.
Saat ayah membuka pintu restoran, disana kami di sambut oleh seorang pelayan pria yang berusia sekitar 40-45 tahunan. Dia membungkuk kepada kami lalu mengajukan pertanyaan pada kami.
"Berapa kursi yang anda butuhkan?" tanyanya.
"Aku butuh 17 tempat duduk, tolong" jawab ayah.
"Kalau begitu, mari ikuti saya" ucap pelayan tersebut.
Kami pun mengikuti pelayan tersebut dan sampailah kami di sebuah ruang di lantai 2 dengan meja yang cukup panjang dan banyak kursi yang mengelilingi meja tersebut.
"Kami tidak punya tempat untuk 17 orang, namun anda bisa memakai ruangan ini" ucapnya.
"Tidak apa-apa, terimakasih" ucap ayah.
Kami pun berjalan menuju ke meja tersebut dan duduk di kursi yang kami pilih sendiri. Aku dan Kageyama duduk bersebelahan. Omong-omong, diruangan ini memiliki jendela kaca yang memungkinkan kami untuk melihat ke lantai 1.
KAMU SEDANG MEMBACA
BIG ARCADE FAMILY
Teen Fictionbagaimana jika Hinata Shoyo sebenarnya adalah bagian dari Keluarga besar yang sangat kaya? dan keluarganya terlibat dalam perang perebutan hak waris dengan keluarga cabang-nya? Apakah Shoyo mampu untuk menjalani hidup sebagai siswa SMA biasa? SINOPS...