~Chapter 23 - Confession~

189 13 0
                                    

 

Warning!

Cerita ini beralur maju mundur. Perhatikan tanda (***) sebagai alur mundur atau cerita masa lalu saat Mark dan Haechan masih kuliah.













 

 
Happy Reading!

 

 
Matahari menusuk dan membuat mata terpejam itu mengerjap akan sinarnya yang benderang. Melalui sela-sela lubang jendela yang sengaja di tutup, seolah tidak berniat membangunkan insan kecil itu. Nyatanya, matahari lebih kuat menerpa dengan perlahan, dan benar-benar memperlihatkan warna coklat bersihnya yang indah.

Lenguhan keluar dari pria kecil itu dan dengan cepat ia mengusap mata dan juga sedikit bergerak perlahan untuk mencari kehangatan yang sangat ia butuhkan.

"Mark-ah..." panggilan yang manis nan pendek yang terdengar serak namun mendatangkan balasan menenangkan dengan segera setelahnya. Di sela-sela dekapan hangat seseorang, pria kecil yang tak lain adalah Lee Haechan itu tersenyum dan mulai menenggelamkan wajah pada dada bidang pria yang ia panggil barusan.

"Hmm, Bear... Tidurlah lagi, aku disini..."

Usapan teratur di punggung yang ia dapatkan berkali-kali juga kalimat hangat yang Mark ucapakan membuat Haechan kembali memejamkan mata dan tanpa sadar kembali masuk menuju dunia manis lainnya yang masih menunggu. Kehangatan yang tersalur dari tubuh seseorang yang sudah lama tidak ia dapatkan mampu membuat segala hal yang Haechan takutkan menghilang seolah terbang terbawa angin.

Dan saat dia terbangun untuk kedua kalinya di pagi indah itu, Haechan menyadari semuanya, menyadari keajaiban dari dekapan eran nan hangat, usapan perlahan yang menenangkan, detak jantung yang terdengar seperti alunan dan dada yang bergerak mengikuti hembusan nafas. Semua hal itu mampu membuat Haechan tidur nyenyak untuk pertama kalinya setelah hampir enam tahun terlewati tanpa harapan.

Tanpa rasa lelah, dan obat tentu saja.

Dan kenyataan itu langsung menghantam Haechan keras hingga air mata tanpa sadar keluar sebagai bentuk ungkapan rasa sesak mendalam yang ia rasakan. Haechan menangis pagi itu, bukan hanya karena rasa bahagia yang meluap namun rasa bersalah teramat karena mengabaikan kebahagiaan yang sejak awal memang selalu berada di depan matanya. Kebahagiaannya yang adalah Mark Lee dan selalu berasal dari pria itu.

"Mark-ah... K-kau dimana?" dia menyingkap selimut dan terduduk ketika akhirnya membuka mata dan tak mendapati dekapan hangat yang sebelumnya ia rasakan juga sosok yang memberinya dekapan tersebut. Mark tidak ada di kamarnya, pria itu juga tidak ada di sebelahnya saat dia benar-benar terbangun sepenuhnya kali ini.

"Mark-ah... Mark Lee...?" panggilnya lagi seperti sebuah rintihan.

Haechan mengedarkan pandangan keseluruh penjuru kamar dan tanda-tanda keberadaan Mark tidak kunjung ia dapatkan pada iris matanya. Dengan posisi terduduk di atas kasur, menampilkan ekspresi kosong yang anehnya terlihat menggemaskan, Haechan mengerjap beberapa kali dan mulai mencoba untuk mengusap matanya secara perlahan.

Namun alih-alih senyuman pagi yang indah sebagai sambutan untuk memulai hari baru yang cerah, nyatanya aliran kecil yang malah keluar perlahan dari matanya. Satu persatu dan diakhiri dengan isakan menyedihkan yang terdengar menggema. "M-Mark-ah... Hikss... A-aku tertidur... Aku tidur dan s-sekarang hikss... Dimana kau? Hikss hikss..." Haechan masih terus memanggil walau keadaannya sudah dipenuhi oleh tangisan yang jelas membuat dadanya sakit dan juga sesak.

Pagi itu dia jelas menangis, bukan karena Haechan merasa kehilangan dan juga kesepian karena terbangun seorang diri di pagi indah itu (walau itu salah satunya), namun lebih dari hal-hal yang telah terjadi di kehidupannya yang sempat mencicipi kepahitan, kenyataan ini membuat Haechan menjadi lebih menyadari tentang betapa besarnya pengaruh kehadiran seorang Mark Lee di dalam hidupnya. Tentang betapa membutuhkannya ia akan sosok istimewa itu di sampingnya.

For Your Life [MARKHYUCK]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang