Little Uncle

594 47 2
                                    

Tower of God

Original story by SIU

Disclaimer by SIU

Enjoy reading

.

.

.

.

.

Baam masih terpuruk. Koma nya Aguero membuat suasana hatinya dititik terendah. Seminggu pertama Bam terus terpekur di kamar Aguero, menemani omeganya sepanjang hari. Lelaki itu bahkan belum pernah menyentuh kedua bayi nya. Bam bukannya tak ingin mengurus si kembar, hanya saja hatinya masih sangat kalut, ia ketakutan setengah mati. Belahan jiwa nya sedang terbaring lemah, tidak sadarkan diri disana.

"Kau seharusnya mengurus kedua bayi mu juga, viole."

Terdengar sahutan dari arah belakangnya, disana Ran selaku adik iparnya menatap malas kearahnya. Lelaki biru itu bersender pada kusen pintu, lelah juga dia melihat iparnya itu bersedih ria. Ayolah, Aguero tidak akan mati semudah itu.

"..."

Ran berdecak kesal saat tak mendapati sahutan dari Bam, ia benar benar ingin menghajar alpha satu itu. Benar benar merepotkan pikirnya.

"A.A akan memukulmu jika kau menelantarkan anakmu seperti ini."

"Sebentar lagi..."

"Baik, aku akan membawa si kembar ke kediaman keluarga Khun."

Ran berbalik, membelakangi Bam disana. Tangannya ia simpan didalam saku celananya, kemudian ia melangkah sembari berkata dengan santainya. Tentu saja Bam sedikit tersulut oleh itu, ia bahkan langsung berdiri dan menatap Ran.

"Kau tidak akan berani-"

"Apa? Ingin bertarung? Akan ku ladeni jika itu yang kau mau, tapi A.A akan marah padaku nanti jadi aku menolak."

Bam terdiam sesaat apa yang dikatakan Ran ada benarnya juga, tak ada pilihan lain selain pergi. Lagi pula ia jadi kepikiran dengan anak anaknya, dua Minggu setelah mereka lahir ia belum pernah sekedar memeluk mereka. Jika dipikir pikir ia adalah orang tua yang buruk.

"Aku akan menemui mereka."

"Bagus jika kau sadar."

Bam lalu keluar dari kamar Aguero, ia menepuk bahu Ran sejenak tanda menitip Aguero padanya. Selepas kepergian Bam, Ran mendekat kearah ranjang kakak nya, menatap nya sejenak lalu duduk ditempat duduk Bam sebelumnya. Tangannya terulur, meremas pelan tangan pucat itu, merasakan kehangatan ditangannya.

"A.A, si bodoh itu sudah pergi. Dia bilang akan menemui anak kalian. Cepatlah bangun viole sudah seperti orang gila."

.
.
.

"Maafkan papa, jangan mengadu pada mama kalian oke nanti dia mengamuk,"

Bam mengelus rambut kedua anaknya, masih jelas terlihat keharuan di matanya. Bam sangat ingin menggendong mereka, namun ia juga takut untuk melakukan itu maklumlah ia tak punya pengalaman menjadi orang tua. Jadi ia hanya bisa sekedar mengecup atau mengelus pipi mereka.

"Aku akan menggantikan mu untuk menjaga si kembar itu."

Ran yang sedari tadi diam menatap membuka suara. Sedari tadi ia hanya memperhatikan aktifitas Bam dari sofa yang ia duduki. Tangannya bersedekap, matanya menatap malas dan setengah mengantuk. Bam yang mendengar penuturannya menatap ragu, ia agak sangsi sebenarnya untuk membiarkan Ran merawat si kembar.

The GraceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang