Jatuh hati (2)

820 75 29
                                    




Setelah sebuah undangan manis datang ke pangkuan Windy, hari itu wanita yang baru saja di PHK dua hari yang lalu tanpa berpikir dua kali untuk mengiyakan. Tak terkira rasa bahagianya kala bertemu dengan teman-teman lama. Terutama lelaki yang selalu menemaninya di Jerman dulu, Jeffery. Ternyata hari sudah malam, dirasa baru satu jam yang lalu bertemu. Hingga dengan penuh rasa peduli, Jeffery mengantarkan Windy hingga depan rumahnya.

"Rumah kamu bagus banget," ujar Jeffery, "gede banget lagi, keknya bisa buat main golf di dalem," tambahnya melayangkan candaan.

"Hah? Ini rumah suami, bukan rumah aku," Windy mengelak, "apaan sih.. keliatannya doang gede kok," tambahnya.

"Ga sia-sia deh ya dijodohin kalo dapetnya macem begini," balas Jeffery, pria yang tadinya membiarkan matanya fokus ke arah rumah mewah itu, lalu mengganti dengan perlahan ke arah dua manik mata Windy, "I really am so happy for you," ujar Jeffery dengan nada sendu.

Windy terdiam. Tidak tahu harus membalas apa.

"I'm sorry, Jae..." sekali lagi kata maaf yang ia utarakan, "aku tau kamu bosan denger ini, tapi aku... aku minta maaf," tatapan yang saling mengikat itu, terputus karena Windy memilih menunduk, tak kuasa melihat kedua mata indah Jeffery, mantan kekasihnya, meski di temaram cahaya malam.

"Hawanya jadi gak enak nih, daripada nambah canggung mendingan kamu masuk rumah, gih," usir Jeffery secara halus.

"Once again, danke.." ujar Windy yang memberanikan diri untuk sekali lagi menatap Jeffery. Ia hanya tersenyum mengiyakan yang menghantarkan Windy keluar dari mobil SUV miliknya.

***

"Dianter pulang sama siapa?" tanya Calvin yang tidak diketahui Windy sudah menunggunya di teras.

"Oh- itu temen," jawab Windy.

"Temen? Yakin temen?" balas Calvin.

"Iyalah temen, minggir dong aku mau masuk," Windy yang merasa terpojok tidak berani menatap mata Calvin, memilih menghindar dengan masuk ke dalam meski lewat celah kecil yang tersisa di daun pintu akibat terhalang tubuh Calvin.

"Kayanya aku liat sg Gisela,  kalian pada say goodbye jam 07.00 deh, kok kamu sampe rumah jam 10.00? Ngapain aja sama mantan kamu? Nge-room dulu?" Kalimat Calvin sudah keterlaluan dan itu menyinggung Windy.

Wanita itu menyeringai, lalu membalikkan tubuhnya, dengan langkah pelan ia menghampiri Calvin yang masih berdiri tak jauh dari pintu masuk, "Kayanya kaca di rumah ini banyak deh, Cal. Ngaca dulu bisa gak? Orang yang masih hubungin pacar setelah menikah gak pantas nuduh sembarangan," balas Windy.

Cahaya yang lebih terang di dalam ruangan membuat Calvin memiliki akses untuk melihat wajah Windy lebih jelas. Jejak lipstik luntur di bibir wanita itu menimbulkan tanda tanya besar di kepalanya, "bibir kamu kenapa?"

"Bibir? Gak kenapa-kenapa" balas Windy dengan penuh tanda tanya. Wanita itu langsung memegang bibirnya, "emangnya ada yang salah?"

"Abis dicipok kamu sama dia? Berantakan gitu lipstiknya" ujar Calvin dengan nada cemooh yang kental diiringi seringaian.

"Cal... kalo ngomong tuh dipikir dulu bisa gak sih? Astaga, tega ya kamu tuduh aku kaya gitu," Windy menatap mata Calvin dengan nyalang.

"Pergi gak izin, pulang-pulang dianter laki lain, coba koreksi dulu tingkah kamu" ujar Calvin.

"Cal, can you just act normal? Gak usah peduliin aku bisa kan? Sama kaya kamu biasanya!" Windy memegang kepalanya yang berat karena argumen ini, "Terus kamu yakin hubungan kamu dengan Sheena nunjukin kalau tingkah kamu udah paling bener? Please lah Cal, kamu juga udah bilang mau cerai sama aku kalo Sheena balik dari Paris, can we end our marriage peacefully?" balas Windy yang sudah lelah dan suaranya hampir habis setelah karaokean dengan mantan pacarnya, Jeffery.

imagine: wenyeolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang