"Ide bagus!"
Gebi tersenyum menyerahkan masker hitam pada yoongi.
Mereka berdua memutuskan untuk berjalan jalan ke sungai han yang lebih sepi dimalam hari.
"Kau tidak pakai?"
"Untuk apa? Lagian aku bukan idol sepertimu"
Yoongi tersenyum di balik masker. Lantas memasangkan kopi putih ke kepala gebi.
"Lebih cantik seperti ini! Mukamu jadi tidak terlihat!"
"His, menyebalkan sekali!" Degus gebi dibalas senyuman lebar di balik masker.
Lagu seesaw melantun di kedua telinga mereka masing masing. Setelah sampai mereka mendengarkan lagi dengan handset yang sama. Sementara mobil yang mengantar mereka memilih menunggu di parkiran. Jadi jika ada kejadian yang tidak dihadapkan terjadi, mereka masih bisa segera lari ke parkiran.
"Ada banyak pesan pesan di sini"
"Pesan apa?"
"Pesan yang akan kau baca sebelum memutuskan akan bunuh diri atau tidak"
"Ne?!!"
"Biasa Saja, kau membuat telingaku tuli"
"Jangan berlebihan" desis gebi sinis.
"Dulu, sungai han adalah pilihan orang orang untuk mati. Makanya, pemerintah memutuskan untuk membuat kalimat yang mendukung mereka. Bahkan disetiap tiang ada panggilan daruratkan? Itu yang akan membantu ketika ada orang yang terjun atau akan bunuh diri dan masih ragu"
"Menyeramkan sekali"
"Orang di korea sebagian tidak mengenal tuhan. Mereka juga percaya renkarnasi, adanya kehidupan setelah kematian. Mereka mudah putus asa"
"Kau percaya renkarnasi juga?"
"Percaya, tapi setelah aku mati aku akan bedoa supaya di hidupkan menjadi sebuah batu saja"
"Bodoh" gebi tertawa.
"Itu lebih baik dari pada menjadi manusia yang memiliki perasaan"
"Kenapa tidak memilih jadi manusia yang tidak berperasaan?"
"Kau mendukungku jadi psikopat?"
"Jangan psikopat, sosiopat lebih baik"
"Kau yang lebih bodoh" ucapnya datar semakin membuat gebi tertawa.
"Kenapa sih tertawa mulu?"
"Percakapan kita tak akan pernah berhenti. Aku dengar kau orangnya tidak suka bicara banyak, jadi itu sedikit membuatku senang"
Yoongi tiba tiba diam dan berhenti. Tepat di dekat sungai, mereka berdua memandangi pemandangan malam yang gelap di sungai han.
Dia benar juga. Yoongi memang pendiamkan? Terutama dengan orang yang baru dia kenal. Tapi kenapa dengan gebi rasanya berbeda? Padahal sejak awal saja mereka sudah berbeda. Ras, suku, kebangsaan, bahkan kepercayaan, terutama pendapat jika tuhan itu ada atau tidak.
"Diagamaku juga percaya adanya renkarnasi. Tapi bukan seperti yang kau ucapkan tadi. Pemahaman kita beda"
"Bagaimana di agamamu?"
"Adanya kehidupan setelah kematian adalah surga dan neraka. Seseorang yang berbuat baik di dunia pasti akan masuk surga. Sementara yang bermaksiat akan dapat balasan di neraka"
"Jadi kau pilih mana?"
"Tentu saja menjadi bidadari di surga"
"Bidadari?"
Gebi tersenyum.
"Itu yang dimanakan adanya kehidupan setelah kematian di agamaku. Bukan seperti yang kau bicarakan jika hidup lagi setelah mati"
"Oh, ada juga di agamaku. Tapi berbeda lagi, yang ini namanya mati suri. Orang yang sudah dinyatakan meninggal tapi hidup kembali. Menurut kesaksian orang yang pernah mati suri, mereka melihat surga dan neraka. Tapi dia berada diambang kematian"
"Maksudmu tidak mati dan tidak hidup?"
"Pintar sekali"
Gebi tertawa.
"Apa ada bukti ilmiah adanya surga dan neraka yang kau bicarakan tadi?"
"Tidak, itulah kepercayaan orang muslim"
"Kau ingin tau sesuatu?"
"Apa?"
"Itulah kenapa orang korea memilih tidak memeluk agama apapun. Memilih tidak mengenal tuhan karena tidak ada bukti bahwa tuhan itu ada"
"Em, aku tidak marah karena itu juga hak kalian"
"Aku memang atheis tapi aku berdoa"
"Pada siapa?"
"Siapapun yang bisa mengabulkan doaku"
Gebi tersenyum.
Mereka kembali meneruskan berjalan menyusuri sungai. Orang orang juga tidak curiga dengan mereka berdua.
"Aku lapar"
"Baiklah, ayo pulang"
"Kenapa? Makan itu artinya aku butuh makan bukannya minta pulang" cekcok yoongi menatap sedikit sebal ke arah gebi. Seakan mereka berdua adalah sepasang kekasih yang tengah bertengkar.
"Kau ini kenapa? Maksudku kita beli bahan makanan saja dan aku akan memasakkanmu di rumah. Dari pada makan diluar dan semua orang akan memberitakanmu? Bagaimana? Aku juga akan repot nantinya"
Yoongi berjalan duluan. Membuat handset yang menyatu diantara mereka terlepas dari telinga gebi.
"Menyebalkan sekali" desis gebi mengikuti.
Paragraf Sepuluh : Tuhan Ada atau Tidak?
Gebi memutuskan memasak sup pedas asam manis. Sementara yoongi sibuk bekerja dengan laptopnya.
"Tour kami akan berlangsung"
Gebi menoleh dengan senyum "alhamdulillah"
"Apa itu?"
"Ucapan syukur"
"Alha? Mwo?"
"Alham-duli-lah" ucap gebi sambil meletakan sup didekat yoongi.
"Alham-dulilah?"
"Yeseu!!!" Seru gebi senang.
Yoongi ikut tersenyum dan menyuapkan sup ke mulutnya.
"Kau juga akan ikut tentunya"
"Akhirnya bisa jalan jalan" ucap gebi lega.
Yoongi menatap gebi lantas kearah tangannya yang masih setia menggunakan jam darinya. Padahal dia berniat membelikan untuk jigeum. Tapi ternyata pantas juga untuk gadis di hadapannya.
"Mau bertukar pendapat lagi?"
"Em, tentang apa?" Tanya gebi sedikit bingung.
"Ada banyak hal baik terjadi dihidupku setelah kau datang"
"Maksudmu kau putus dengan jigeum itu hal baik?"
"Bukan! Maksudku, kau membantuku mencari ide untuk lagu terbaruku dan itu rilis dalam jangka waktu yang sejak awal di tetapkan. Padahal itu sangat mepet tapi penggemar semua menyukainya"
"Lantas tour kita mendapat investor dan akhirnya kita berangkat bulan depan"
"Ya mungkin itu takdir" ucap gebi tenang.
"Kau juga menjadi pendengar yang baik untukku"
"Ya tak apa kan? Kenapa? Kau menyukainya?"
"Ya, aku kagum padamu"
"Terima kasih"
Yoongi lantas diam "bodoh sekali! Kenapa dia tidak peka?!"
KAMU SEDANG MEMBACA
𝘔𝘢𝘢𝘧, 𝘚𝘢𝘺𝘢 𝘮𝘶𝘴𝘭𝘪𝘮 - Min Yoongi (End)
Fanfic"𝑇𝑜𝑙𝑜𝑛𝑔 𝑗𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑗𝑎𝑡𝑢ℎ 𝑐𝑖𝑛𝑡𝑎 𝑠𝑎𝑚𝑎 𝑠𝑎𝑦𝑎, 𝑠𝑎𝑦𝑎 𝑚𝑢𝑠𝑙𝑖𝑚" start : 23 okt 2021 end : 9 nov 2021 edit : 22 jan 2023 @Hak cipta